Budaya-Tionghoa.Net| Terdapat tiga hal yang dapat kita jadikan pedoman dalam instropeksi diri setiap harinya. Yang pertama adalah, apakah kita telah berusaha secara optimal untuk orang lain; kedua, apakah kita telah membina suatu hubungan kepercayaan yang baik dengan teman kita; dan yang ketiga adalah, apakah kita telah melaksanakan dengan baik apa yang telah diajarkan oleh guru kita? Ketiga pertanyaan instropeksi tersebut berkaitan dengan sifat Kesetiaan [Cung], Kepercayaan [Hsin], dan Bhakti [Hsiao].
|
Murid Confucius, Zeng Zi berkata,” Tiap hari saya memeriksa diri dalam tiga hal: Apakah saya sudah berusaha sebaik-baiknya dalam mengerjakan sesuatu untuk orang lain? Apakah saya bisa dipercaya dalam hubungan saya dengan teman-teman ? Apakah saya gagal mengubah apa yang diajarkan guru kepada saya ? ” (Lun Yu I/4).
Pengetahuan yang kita pelajari haruslah dapat kita manfaatkan untuk menambahpengetahuan orang lain. Pengetahuan adalah sumber kebijaksanaan, dan dengan kebijaksanaan kita akan memperoleh kebahagiaan.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Apakah bukan sesuatu yang membahagiakan, berpengetahuan dan bisa menggunakannya ? ” (Lun Yu I/1)
Ajaran dalam Buddhisme juga sependapat bahwa proses belajar itu sangatlah penting adanya. Dimana keinginan untuk belajar, akan meningkatkan pengetahuan, dan dengan pengetahuan akan meningkatkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan membuka tabir tujuan hidup, dan dengan mengetahui tujuan hidup akan membawa kita kepada kebahagiaan. Ungkapan tersebut dapat kita temui dalam Theragatha syair 141, ” Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan; pengetahuan meningkatkan kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, tujuan dapat diketahui; mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan.”
Pemerintahan
Confucius yang pernah memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan, terkenal sangat arief dan bijaksana, sehingga rakyat setempat banyak yang menyukainya, dan Beliaupun sering mendapatkan promosi jabatan. Beliau aktif dalam pemerintahan sejak berusia 35 tahun sampai 60 tahun. Kemudian pada usia 60 tahun ke atas, Beliau mengundurkan diri, kembali ke tempat
kelahirannya dimana Beliau lebih berkonsentrasi dalam memberikan pengajaran kepada murid-muridnya, serta menghasilkan berbagai karya tradisi klasik, baik dengan cara menulis sendiri ataupun mengolah kembali berbagai bentuk karya klasik yang telah ada. Beliau tidak pernah membedakan status sosial seseorang, semua orang adalah saudara, demikian sikap Confucius dalam memandang setiap orang yang ditemuinya.
Pemerintahan yang baik, haruslah dapat memiliki legitimasi dan kepercayaan dari rakyatnya. Tanpa kepercayaan rakyat tersebut, maka suatu pemerintahan tidak berarti apa-apa lagi. Kita sering melihat berbagai pemberontakan, gerakan reformasi, gerakan separatisme, dan berbagai gerakan demonstrasi melanda suatu negara, dimana pemerintahnya sudah tidak memiliki kepercayaan dari rakyatnya lagi. Kekuatan rakyat yang tergabung dalam suatu gerakan, merupakan gelombang dasyat yang dapat meruntuhkan berbagai rangkap tembok kekuasaan.
Zi Kung menanyakan mengenai pemerintahan kepada Guru Khung Fu Zi yang dijawab,” Yang diperlukan dalam suatu pemerintahan adalah makanan yang cukup, senjata yang memadai dan kepercayaan rakyat kepada pemerintahannya.” Lalu Zi Kung menanyakan lebih lanjut, bahwa jika terpaksa harus menyerahkan salah satu dari tiga hal tersebut, maka mana yang harus didahulukan ?, yang dijawab oleh Guru Khung Fu Zi,” Serahkan senjatanya.” Kemudian Zi Kung menanyakan lagi, bahwa apabila kita tidak mempunyai pilihan selain menyerahkan yang dua tersisa tersebut, maka mana yang harus didahulukan, dan Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Serahkanlah makanannya. Sejak dulu, kematian tidak bisa dihindarkan, namun bila rakyat tidak mempunyai kepercayaan
terhadap pemerintahannya, maka akan tidak ada apa-apa lagi yang bisa dipegang.” (Lun Yu XII/7).
Seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh keteladanan bagi rakyatnya, dan senantiasa giat dalam melaksanakan segala kebajikan.
Zi Lu bertanya tentang pemerintahan, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Berlakukan dirimu sebagai seorang suri teladan dalam melaksanakan tugas pemerintahan.” Zi Lu minta penjelasan lebih lanjut, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Tidak pernah berputus asa.” (Lun Yu XIII/1)
‘The right man in the right place’ (orang yang tepat pada tempat yang tepat), merupakan suatu semboyan yang sering didengungkan dalam manajemen modern saat ini, khususnya oleh suatu divisi seleksi penerimaan karyawan dalam suatu perusahaan. Demikian juga prinsip yang sama, sepantasnya diterapkan oleh seorang pemimpin pemerintahan, haruslah senantiasa menempatkan seseorang sesuai kecakapan yang dimilikinya, dimana telah diketahui secara benar. Seorang pemimpin juga harus berlaku arief dengan senantiasa memaafkan kesalahan kecil dan mempromosikan seseorang yang dinilai bijaksana.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Tempatkanlah seseorang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya; maafkanlah kesalahan kecil, dan promosikan orang yang bijaksana, dimana telah kita ketahui.” (Lun Yu XIII/2).
Memerintah tidaklah sulit bagi seseorang yang telah meluruskan diri sesuai dengan susila, sehingga tidak akan mengalami kesulitan untuk meluruskan bawahannya.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Seandainya seseorang telah meluruskan dirinya, maka apalah sulitnya mengatur suatu pemerintahan? Kalau seseorang tidak dapat meluruskan dirinya, bagaimana mungkin dapat meluruskan orang lain pula?” (Lun Yu XIII/13).
Pada saat seseorang baru menduduki suatu posisi yang tinggi, sering terlarut oleh ambisi untuk mendapatkan keuntungan dengan menyelesaikan suatu pekerjaan secara terburu-buru, dimana pada akhirnya hanyalah akan menghasilkan keuntungan kecil saja. Sering karena sifat ambisi tersebut, seseorang malah terperosok dalam kegagalan. Seorang pemimpin yang bijaksana,
akan senantiasa menghilangkan sifat ambisi tersebut, dengan melakukan berbagai persiapan dan perhitungan sebelum bertindak. Dengan demikian berbagai perkara yang besar akan dapat diselesaikan secara sempurna.
Sangat ditekankan oleh Confucius, bahwa dalam berbagai posisi apakah sebagai seorang pemimpin atau kepala negara, bawahan atau menteri, ayah dan anak, haruslah mampu menyadari akan fungsi dan tanggungjawabnya masing-masing sehingga terbentuk keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah, dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Yu XII/11).
Seorang pemimpin yang terlalu malas untuk menyelesaikan suatu perkara di daerah kekuasannya, akan menciptakan penyelewengan para bawahannya atau menterinya dalam melayani rakyat, seorang ayah yang mengabaikan tanggungjawab sebagai orangtua terhadap anaknya akan menciptakan tanggungjawab yang tidak berbeda dari seorang anak kepada orangtuanya.
Kesemuanya itu akan menyebabkan ketidakteraturan. Dapatkan nama (kedudukan) yang tepat, demikian saran dari Confucius, sehingga akan timbullah kemungkinan keadilan dan keteraturan di dalam negeri; mengabaikan nama, maka pintu akan terbuka untuk penyusupan, ketidakharmonisan, dan kerusuhan.
Setiap nama (kedudukan) berhubungan terhadap suatu esensi dari apapun atau siapapun yang berkaitan dengan nama (kedudukan) tersebut. Jika seorang pemimpin, menteri, ayah atau anak mengikuti Jalan Kebenaran [Tao] dalam laku hidupnya sesuai dengan nama (jabatan) yang melekat pada dirinya, maka akan timbul keharmonisan antara nama (jabatan) tersebut dan pernyataan sikap yang ditunjukkannya. Seorang Budiman [C’un Zi] tidak akan terburu-buru mengeluarkan pendapatnya apabila belum memahami sesuatu sesuai dengan nama (kedudukan) yang benar.
Budaya-Tionghoa.Net| Mailing List Budaya Tionghua 1225