Budaya-Tionghoa.Net | Qingming dalam dialek adalah Cheng Beng atau Chni Mia . Adalah salah satu dari 24 jieqi [cuekhui] dan konon sudah dikenal sejak dinasti Xia [He] (2100-1600 SM). 24 jieqi adalah awal dan tengah bulan kalender matahari (bukan kalender bulan), karena itu Qingming jatuh pada tanggal 5 atau 4 April kalender Masehi. Jieqi lainnya yang banyak diperingati adalah Dongzhi [Tang Ci/Tang Cue] yang jatuh sekitar tanggal 22 Desember.
|
Sebenarnya tradisi Qing Ming itu sudah ada sejak masa dinasti Zhou [Ciu] (1100-221 SM), pada periode Chunqiu [ChunChiu] (770-476 SM) dan awal mulanya adalah suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian. Pertanda berakhirnya hawa (bukan cuaca)dingin dan mulainya hawa panas. Dan ada satu syair kuno yaitu “Sehari sebelum Qing Ming tidak ada api” atau yang sering disebut HanSeJie.
KISAH JIE ZITUI
Selain itu Qing Ming juga dikaitkan dengan sebuah kisah mengenai seorang pangeran bernama Zhong-er atau Tiong Ji dari negara Jin melarikan diri karena difitnah oleh selir ayahnya. Dalam pelarian itu dia ditemani beberapa pengawalany diantaranya adalah Jie Zitui atau Kai Cuthui yang sangat setia. Beberapa tahun kemudian sang pangeran kembali ke negaranya dan berhasil menjadi raja bernama Jin Wengong atau Cin Bunkong. Seluruh pengikutnya diberikan jabatan dan hadiah kecuali Jie Zitui.
Jie Zitui merasa tidak dihargai oleh sang raja kemudian dia pergi bersama ibunya ke gunung Mian atau Mian Shan (Bian San) . Di kemudian hari raja Jin Wengong teringat pada Jie Zitui dan mencarinya sampai ke Mian Shan. Setelah beberapa hari mencari , Jie belum juga ditemukan. Atas nasehat seorang penasehatnya , Jin Wengong membakar hutan di Mian Shan agar Jie segera keluar karena terdesak api.
Disisi lain Jie takut dihukum atau dibunuh oleh bekas junjungannya sehingga Jie terbakar dalam posisi menutupi tubuh ibunya. Sejak itu Jin Wengong memakai bakiak dan mengganti nama gunung Mian Shan menjadi gunung Jie. Jie Zitui sendiri dikubur di pohon Liu yang mati meranggas. Jin Wengong memerintahkan rakyat untuk memakan makanan dingin. Setahun kemudian Jin Wengong mendatangai makam Jie dan mengucapkan penyesalan dan menyelenggarakan upacara penghormatan yang megah. Pada saat itu Jin Wengong melihat pohon Liu tumbuh kembali sehingga disebut Qing Ming Liu . Sejak itu peristiwa itu ditetapkan sebagai hari Qing Ming.
PERAYAAN MAKANAN DINGIN
Walaupun kisah Jie itu tercatat dalam Dongzhou Lieguo Zi dan banyak buku sejarah lainnya mencatat nama Jie , tetapi kisah terbakar tersebut hanya terdapat dalam Dongzhou Lieguo Zi. Peristiwa itu dikaitkan dengan Han Shi Jie (Han Cit Sue) atau perayaan makanan dingin dimana orang-orang tidak memasak atau menghangatkan makanan pada hari tersebut yang dimaksudkan untuk menghormati Jie yang tewas terbakar. Dimasukkannya kisah Jie ini bertujuan untuk mengenang jasa orang yang benar2 berjasa tetapi tersingkirkan sama seperti kisah Ou Yan dengan Duanwu (Pekcun).
KEBIASAAN MENGGUNAKAN BATANG LIU
Kebiasaan menggunakan batang Liu sebagai pertanda QingMing ada yang mengaitkan dengan Shen Nong. Dan ada juga yang mengaitkan dengan pemberontakan Sorban Kuning. Ada juga yang mengaitkan dengan mengusir hawa jahat. QingMing itu merupakan salah satu dari 3 hari setan dalam setahun. Dimana pada hari itu dipercaya para setan diberi kebebasan. Tidak hanya pada hari CioKo atau QiYue Ban saja. Kebiasaan menggunakan batang Liu itu merupakan pengaruh Buddhism Mahayana , terutama menyangkut dengan Avalokitesvara Bodhisatva.
MEMBERSIHKAN KUBURAN
Kenapa pada hari QingMing itu harus menyapu/membersihkan kuburan ? Itu berkaitan dengan tumbuhnya rumput , ditakuti binatang2 merusak kuburan. Dan cuaca mulai menghangat. Jadi hari itu dianggap cocok utk membersihkan kuburan. Dan sejak jaman dahulu hari QingMing ini adalah hari untuk menghormati leluhur , membersihkan kuburan. Dan pada dinasti Tang , hari QingMing ditetapkan sebagai hari wajib utk para pejabat membersihkan kuburan , mengurus kuburan2 yang terlantar dan menghormati para leluhur. Tradisi jaman dahulu (dinasti Tang)sama seperti sekarang , seperti membakar uang2an , menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang , membersihkan kuburan. Yang mungkin hilang adalah menggantung lembaran kertas dan sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh diatas kuburan.
KEBIASAAN LAIN
Kebiasaan lainnya adalah main layangan , makan telur , melukis telur dan mengukir kulit telur. Dan tidak ada kebiasaan yang membakar rumah2an , mobil2an. Membakar mobil2an , rumah2an itu hanya dilakukan sekali saja , yaitu ketika pada saat penguburan.
Tujuan Qingming itu adalah menghormati leluhur serta ingat kampung halaman. Contohnya ada satu tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat Qingming , orang tersebut akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh dikantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi ditanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.
QING MING DAN PENGUASA
Ada kisah dari beberapa penguasa yang berkaitan dengan Qingming .
Dinasti Han
Sejarah Qing Ming atau Ceng Beng itu bukan berasal dari dinasti Han. Lebih tepatnya lagi Liu Bang adalah kaisar pendiri dinasti Han , dan ia yang bersama2 Xiang Yu menumbangkan dinasti Qin.
Sedangkan cerita Liu Bang [Lao Pang] dengan Qingming adalah: Setelah mendirikan dinasti Han [Han] (206SM-220M), Liu Bang kembali ke kampung halamannya, mencari kuburan orang tuanya. Ternyata ia tidak dapat menemukan kuburan orang tuanya. Lalu ia melembar segenggam WuSeZhi (kertas lima warna) ke udara, dan wusezhi ini terbang dan menempel ke kuburan orang tuanya. Akhirnya ia berhasil menemukan kuburan orang tuanya.
Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang [Cu Goanciang] pendiri dinasti Ming [Beng] (1368-1644 M). Untuk mencari makam orang tuanya ia memerintahkan setiap orang menaruh untaian kertas panjang (ko cua) di tanah kuburan dan diatas nisan (bongpai) pada saat Qingming.
PERAYAAN CIOKO
Perayaan Cioko adalah perayaan (yang dipengaruhi) Buddhisme. Pada perayaan cioko diadakan upacara pelimpahan jasa kepada leluhur (yang sudah meninggal) juga kepada mereka yang sudah meninggal tetapi tidak mempunyai keturunan. Dalam Ullambana Sutra (YuLanPenJing) dikatakan Maudgalyayana (Mulian) (Pali: Moggallana) mengetahui ibunya terlahir di alam setan kelaparan, dengan kesaktiannya ia mengirimkan makanan, tetapi ibunya tidak bisa memakannya. Sang Buddha menasehati Maudgalyayana untuk membuat persembahan makanan (dan kebutuhan lain) kepada Sangha pada tanggal 15 bulan 7. Jasa perbuatan ini dilimpahkan kepada ibunya agar dapat mendorong berbuahnya karma baik sang ibu. Akhirnya, ibu Maudgalyayana dapat terlahir di alam yang lebih baik.
Andrew Huang , King Hian
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua