CONFUCIANISME DALAM KEHIDUPAN SAAT INI
Kebanyakan orang beranggapan bahwa membicarakan paham ajaran Confucius, tidaklah lebih daripada menghubungkannya dengan suatu lelucon sejarah atau kiasan kuno. Tidak banyak yang mendengar atau membaca pelajaran-pelajaranNya. Bagaimanapun, kebenaran dan nilai penting dari ucapan-ucapan yang disampaikan oleh Confucius dinilai cukup beralasan hingga kehidupan saat ini, karena pelajaran Confucius berkembang pada era kehidupan Beliau yang bisa disamakan dengan kehidupan saat ini.
Ditinjau dari karya Confucius yang ada, menggambarkan bahwa pada saat era kehidupan Confucius dibandingkan dengan era sebelumnya adalah merupakan suatu era kekacauan moral (moral chaos), dimana nilai susila dalam kehidupan pada umumnya tidak diterima atau tidak dipandang sama sekali. Kriminalitas meningkat, perampokan dan pencurian sering terjadi di desa-desa, dan pembunuhan merupakan suatu masalah yang serius di kota dan di pengadilan.
Jarak antara yang kaya dan yang miskin sangat lebar, dimana yang kaya hidup dalam kegemilangan harta dan makanan berlimpah, yang sama sekali tidak pernah dirasakan oleh orang yang kadang-kadang untuk makan sesuap nasi saja dalam sehari sangatlah sulit. Pemerintahan saat itu melakukan korupsi di mana-mana, sehingga tidak dipercayai oleh rakyat yang tidak pernah lalai dalam mengkritik atas kurangnya kontribusi kesejahteraan dari yang kaya dan yang berkuasa kepada rakyat jelata; sebagaimana tercatat oleh sejarahwan terkemuka, Suma Xian (Shu Xian) bahwa, ” Para perdana menteri tidak pernah keluar dan bekerja di lapangan.”
Sektor ekonomi berubah, dimana kelas yang produktif seperti petani sama sekali terperosok ke batas kehancuran, sedangkan sektor perdagangan tumbuh dengan pesat. Di pasar bermunculan barang-barang yang mahal dan sama sekali tidak memiliki nilai kegunaan yang nyata . Kelas menengah pada saat itu yang merupakan kaum terpelajar mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Sementara itu para reformis, seperti Confucius bermunculan, mereka merupakan kelompok minoritas, dan kehidupan masyarakat didominasi oleh para pesimis dan konservatif. Masing-masing berusaha membuat blok sosial, menjaga kepentingan sendiri, setiap kali terjadi reformasi politik atau sosial akan dipandang secara negatif.
Kedengarannya sangat familiar bukan ? Memang demikianlah kenyataan kehidupan di dunia yang kita alami saat ini. Sangatlah penting untuk dicatat, bagaimanapun tidak produktifnya para ahli filsafat saat itu, namun ajaran Confucius tidak hanya berakar, tetapi berkembang secara meluas, yang akhirnya mengtransformasi kehidupan masyarakat China dengan dominasi dan nilai sosial budayanya selama berabad-abad. Itulah sebabnya bahwa ajaran Confucius masih dirasakan bermanfaat sampai saat ini.
Pengaruh ajaran Confucius sangat terasa di negara-negara Asia khususnya Korea, Jepang, Singapura, dan Taiwan, dimana kehidupan penduduknya sangat mapan pada umumnya, termasuk kehidupan sosialnya, dan merupakan negara industri yang maju di Asia. Ajaran-ajaran pokoknya seperti asas Jen (Truly Virtuous Man), yang bisa diartikan sebagai moralitas, peri kemanusiaan, kebajikan atau cinta kasih. Jen merupakan suatu standar moral yang tertinggi bagi seseorang yang dicerminkan dalam tingkah laku yang bersusila (Li/Propriety). Sehingga terbentuklah orang yang disebut Budiman (C’un Zi/the Superior Man) .
Ajaran-ajaran Confucius juga mempengaruhi pikiran para sastrawan danm negarawan di negara-negara Eropa dan Amerika sampai saat ini. Hal ini terbukti dalam pertemuan para pemenang hadiah Nobel di Paris, bulan Januari 1988 yang merupakan Konferensi Internasional Pertama, dimana pada sesi terakhir, dari 75 partisipan termasuk 52 ilmuwan yang sesudah mempertimbangkan dengan teliti selama empat hari, akhirnya bersepakat mengeluarkan suatu daftar yang berisi 16 kesimpulan yang diberi tema `Menghadapi Abad Ke-21′ (Facing the Twenty-First Century). Ikhtisar penting dari kesimpulan tersebut adalah, sebagaimana tertulis bahwa,” If mankind is to survive, it must go back 25 centuries in time to tap the wisdom of Confucius.” yang dapat diartikan ” Jika nilai kemanusiaan tetap perlu dipertahankan, maka haruslah kembali ke 25 abad yang lalu untuk menyentuh kebijaksanaan Confucius.”
Selama melakukan riset untuk tulisan ini, termasuk mengunjungi beberapa situs internet (web sites) yang berkaitan dengan ajaran Confucius, Penyusun menemukan bahwa terdapat cukup banyak masyarakat, khususnya di Eropa dan Amerika yang mempelajari dan memperdalam filsafat Confucianisme dengan membentuk dan merancang situs yang sangat komprenhensif . Mereka melakukan penerjemahan dan komentar-komentar, khususnya Buku Kumpulan Ujaran Confucius (The Analect = Lun Yu), Buku tentang Pelajaran Besar (The Great Learning = Da Xue), Buku tentang Jalan Tengah (The Doctrine of the Mean = Chung Yung) dan Pelajaran Mencius (The Mencius = Meng Zi). Kelompok ini tidak mementingkan berbagai tata cara upacara kebhaktian dalam Confucianisme tetapi lebih mengutamakan penghayatan dan pengamalan filsafat Confucius dalam kehidupan sehari-hari.
Alexander Pope:
“Superior and alone, Confucius stood who taught that useful science to be good.”
(” Confucius dengan agung dan sendirian, telah mengajarkan suatu ilmu pengetahuan yang berguna dan bermanfaat,”)
Budaya-Tionghoa.Net |
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.