MANUSIA TERLAHIR DENGAN SIFATNYA YANG SALEH
Manusia terlahir di dunia dengan sifatnya yang saleh dan luas sehingga tugas mereka dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi dari badan, kekuatan dan pikiran.
” Yang Maha Esa menciptakan umat manusia dan merancangkannya dengan sifat yang saleh dan luas. Dengan fungsi-fungsi dari badan, kekuatan dan pikiran; tugas-tugas mereka untuk dilaksanakan.” (Shi Cing IV/ Thang VI/1)Pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Shi Cing dan Shu Cing disebut berulang kali, demikian juga catatan Confucius dalam Lun Yu. Dikatakan bahwa seseorang yang menentang Yang Maha Kuasa maka tidak akan memiliki apapun walaupun dia berdoa.
Guru Khung Fu Zi bersabda ,
” Dia yang menentang Yang Maha Kuasa tidaklah akan memiliki apa-apa, walaupun dia berdoa.” (Lun Yu III/13).
Menjauhi makanan terlarang, bersikap sederhana, memiliki moralitas dan menjunjung tinggi sifat Cinta Kasih [Jen] yang merupakan nilai sejati seorang Budiman serta mempelajari kesenian adalah merupakan beberapa faktor utama yang mutlak dikembangkan oleh seseorang dalam menapak Jalan Ketuhanan atau Jalan Kebenaran.
Guru Khung Fu Zi bersabda,
“Jika seseorang berbudi telah berketetapan hati untuk mencari Jalan Ketuhanan, namun masih malu memakai pakaian compang-camping dan makan makanan terlarang, maka tidak ada tempat untuk berbicara tentang Jalan Ketuhanan dengan dia.” (Lun Yu IV/9).
” Seseorang harus mengarahkan aspirasinya terhadap Jalan Ketuhanan, memegang tinggi moralitas, bergantung kepada nilai-nilai sejati seorang Budiman dan mempelajari kesenian.” (Lun Yu VII/6).
Confucius mengakui bahwa diriNya sulit dimengerti oleh orang lain, tetapi Beliaupun tidak menyalahkan Yang Maha Kuasa ataupun orang lain, karena Beliau menyadari akan kekuasaan Yang Maha Kuasa, sehingga membuat Beliau mengerti akan semua hal yang dimulai dari belajar di tingkat yang paling sederhana.
Guru Khung Fu Zi bersabda,
” Tidak ada seorangpun yang bisa mengerti saya ! Saya tidak mengeluh terhadap Yang Maha Kuasa, dan saya juga tidak menyalahkan manusia. Dalam belajar, saya mulai dari tingkat yang paling sederhana dan sedikit demi sedikit bergerak ke yang berada di atas. Jika saya mengerti, semua hanyalah oleh kekuasaan Tuhan saja.” (Lun Yu XIV/37).
Terdapat tiga hal yang harus dijaga oleh seorang Budiman, yaitu memuliakan firman Yang Maha Esa, memuliakan orang yang berbudi luhur dan memuliakan apa yang diucapkan orang yang berbudi luhur.
Guru Khung Fu Zi bersabda,
” Seorang Budiman yang berwatak luhur memuliakan tiga hal, yaitu memuliakan firman Tuhan Yang Maha Esa, memuliakan orang-orang besar yang berbudi luhur dan memuliakan kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang besar yang berbudi luhur. ” (Lun Yu XVI/8).
MANUSIA HARUS MENGERTI KAPAN HARUS DIAM
Namun tanpa kita sadari, justru kita tidak mencoba untuk mendengarkan solusi yang diberikan oleh Yang Maha Agung. Karena kita selalu mengeluh, dan tidak pernah mendiamkan diri untuk mendengarkan. Lakukan meditasi dan pusatkanpikiran, maka disanalah akan kita temukan solusinya.
Guru Khung Fu Zi bersabda,
” Saya lebih baik tidak berbicara. ” Zi Kung (salah satu muridnya) menanyakan lebih lanjut, bahwa kalau Guru tidak mau bicara, maka bagaimana mereka sebagai murid-muridnya harus mencatat. Yang dijawab oleh Guru Khung Fu Zi : ” Apakah Yang Maha Kuasa berbicara ? Empat musim bergantian dan segenap makhluk tumbuh dan hidup. Apakah Yang Maha Kuasa berbicara ? ” (Lun Yu XVII/19).
Th’ien Li suatu Kebenaran
Th’ien Li adalah suatu Kebenaran berupa ketentuan-ketentuan hukum alam yang berasal dari Yang Maha Esa. Setiap manusia harus berusaha untuk mengolah batinnya dan memperbaiki sifat-sifat buruknya, agar dapat menjalani kehidupan selaras dengan Th’ien Li.
Confucius menjelaskan suatu konsep kesamaan hak azasi yang melihat bahwa tingkat pendidikan dan situasi lingkungan merupakan faktor yang menciptakan perbedaan antar tingkat sosial dalam kehidupan umat manusia, dimana pada dasarnya secara alami adalah sama. Th’ien Li atau ketentuan hukum alam ini dapat kita samakan dengan pengertian karma yang secara alami akan berbuah sesuai dengan kondisi kematangannya.
Walaupun demikian, tidaklah berarti bahwa kita harus mengeluh dan berputus asa dalam menerima kondisi kelahiran kita yang kurang menyenangkan dibandingkan dengan orang lain yang kita rasakan lebih berbahagia. Justru dengan menerima konsep persamaan awal yang tanpa perbedaan tersebut, maka akan memacu kita untuk lebih giat merubah kondisi yang kurang menyenangkan tersebut dengan mengolah batin dan hidup secara selaras melalui belajar dan senantiasa berada di Jalan Kebenaran.
Guru Khung Fu Zi bersabda :
” Secara alami, semua manusia itu adalah sama. Namun karena ada perbedaan dalam pendidikan dan lingkungan, sehingga menimbulkan perbedaan yang mana makin lama makin jelas perbedaan tersebut .” (Yun Lu XVII/2).
Th’ien Ming Hakekat Sejati
Th’ien Ming adalah segala sesuatu di alam ini, yang telah ada atau yang telah terjadi, dimana erat kaitannya dengan Th’ien Li. Th’ien yang absolut sebagai sumbernya, sedangkan alam semesta bergerak menurut hukum-hukumnya. Manusia di dalam kehidupannya menghadapi penderitaan, kematian, kesenangan, kekayaan dan kemiskinan, yang semuanya berasal dari Yang Maha Esa [Th’ien], sesuatu yang tidak berawal dan tidak berakhir. Sesuatu yang kita bawa serta dari kehidupan-kehidupan sebelumnya, benih-benih perbuatan kita sendiri yang didorong oleh nafsu keinginan untuk menjalani kehidupan ini dalam lingkaran kehidupan dan kematian. Hanya dengan pengolahan batin yang mendalam dan pengertian yang benar atas hukum sebab-akibat, maka manusia akan dapat terbebas dari lingkaran kehidupan dan kematian tersebut.
Confucius menawarkan suatu jalan untuk mengolah batin agar dapat hidup secara berbudi luhur dan berkesadaran tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kepada masyarakat maupun dalam menjaga keharmonisan kehidupannya dengan alam semesta. Proses pengolahan diri ini dijelaskan sebagai berikut :
Dalam menjalani kehidupan, setiap orang harus mengolah batinnya dan mengubah sifat buruknya, serta berusaha mengolah diri, agar dapat menuju pada sifat budi yang luhur dan berakhlak sebagai manusia Budiman yang berbudi luhur
[C’un Zi].
Peningkatan kesejahteraan hidup setiap orang dapat dilakukan dengan carabelajar, agar dapat menguasai suatu ilmu atau kepandaian. Oleh karena itu, pendidikan dan nama baik dalam kehidupan bermasyarakat memainkan peranan yang penting bagi kehidupan seseorang.
Kesadaran yang tinggi atas tugas dan tanggungjawab setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat, dimanapun dia berada sangatlah ditekankan untuk senantiasa menjaga kehidupan yang selaras dengan hukum alam.
Seseorang haruslah mampu mengenal firman dari Yang Maha Kuasa. Firman yang disampaikan melalui Para Guru Agung yang telah datang ke dunia ini yang dalam bahasa lainnya dikenal sebagai Wahyu, Dharma, Sabda, Tao, ataupun Alunan Surgawi. Tanpa mengenal firman tersebut, maka kita tidaklah mungkin dapat menjadi seorang Budiman, sehingga kita tidaklah mungkin dapat mengenal sifat jati diri kita sebenarnya sebagai seorang manusia.
Guru Khung Fu Zi bersabda :
” Tanpa mengenal firman dari Yang Maha Esa, tidaklah mungkin menjadi seorang Budiman yang berbudi luhur. Tanpa menguasai ketentuan-ketentuan budi pekerti, tidaklah mungkin mengembangkan suatu kepribadian. Tanpa mengetahui makna kandungan dari kata-kata, tidaklah mungkin dapat mengenal manusia.” (Lun Yu XX/3 = alinea terakhir dari Lun
Yu).