PERIODE KAMAKURA DAN SESUDAHNYA
Pada periode ini ada dua aliran yang diperkenalkan di Jepang dari Tiongkok yaitu sekte Tanah Murni (Jodo Shu ) atau Jingtu dan Zen (Chan), kedua sekte ini berfokus pada ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan menuju keselamatan manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren. Ritual dan ajaran sekte-sekte ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak terlalu rumit serta popular dikalangan rakyat kebanyakan.
Sekte Jodo Shu (Tanah Murni – Jingtu) didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen (1133-1212), ia mendirikan sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam formalisme dan kecendrungan biara Buddha yang menyendiri pada masa hidupnya. Mantan pengikut Honen yang bernama Shinran (1173-1262) mendirikan sekte Tanah Murni Sejati (Jodo Shinsu), Shinran membawa pandangan selangkah lebih jauh. Nama atau mantera Amida (Amithaba) cukup diucapkan sekali saja untuk mendapatkan keselamatan asal dilakukan dengan penuh keyakinan. Shinran bahkan mengambil seorang istri dan mendapatkan lima orang anak. Biara Honganji Barat dan Honganji Timur di Kyoto adalah pusat kedua sekte tersebut. Sekte Jodo Shinsu ini adalah sekte Buddha yang terbesar di Jepang diikuti oleh Jodo Shu.
Sekte Zen (Chan) juga berasal dari Tiongkok, sekte ini terbagi dalam dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai (Linji) dan aliran Soto (Tsao- tung/Caodung). Sekte Zen ini dibawa ke Tiongkok dari India pada abad ke-6 oleh seorang biksu India Bodhidharma, berbeda dengan wajah Buddha yang dikenal oleh umum, Bodhidharma berwajah sangar dan seram, penuh berewok wajahnya, sorotan matanya tajam dan menakutkan. Ia bersemedi selama sembilan tahun disebuah biara sebelum mulai mengajar di biara Shao-lin, ia juga dikenal sebagai pelopor aliran Kung-fu Shao-lin. Sekte Zen asli di Tiongkok diteruskan sampai ke generasi kepemimpinan ke-6 Hui Neng. Setelah itu terpencar di Tiongkok dan ke Jepang. Sekte Zen memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna dicapai dengan meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan Samurai yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab suci.
[Foto Ilustrasi :Stephane D’Alu , ” The Kinkaku-ji Temple (aka the Golden Temple) reflecting on the water. It is located in Kyoto, Japan” , 2004 , Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported ]
Sekte Zen aliran Rinzai (Linji/Lin-chi) dibawa oleh seorang biksu Tendai bernama Eisei (1141-1215) dari Tiongkok dan didirikan di Jepang pada tahun 1191. Eisei dikenal juga sebagai orang yang membawa dan memperkenalkan Teh di Jepang. Rinzai menekankan diri pada “Koan”, mempelajari sebuah masalah yang tidak dapat dipecahkan menurut logika dan terkenal dengan retorikanya “apa suara yang timbul bila orang bertepuk sebelah tangan?” Eisei mendirikan biara Enkakuji sebagai pusatnya di Kamakura
Sekte Zen aliran Soto (Tsao-tung) dibawa dari Tiongkok oleh seorang biksu Rinzai bernama Dogen (1200-1253), ia belajar di Tiongkok dengan biksu Ju-ching pada tahun 1223-1227 dan pada yahun 1227 ia mendirikan sekte Zen aliran Soto di Jepang. Ia mendirikan biara Eiheiji.
Sekte Zen diperkenalkan ke Jepang ketika Tiongkok dibawah dinasti Sung, sekte Zen memperhatikan hubungan antara Jepang dan Tiongkok, dalam abad ke-13 banyak guru-guru Zen dari Tiongkok diundang ke Jepang atau datang sebagai pelarian dari serbuan Mongol. Pengaruh besar kebudayaan Tiongkok atas Jepang pada masa periode Ashikaga ini adalah berkat peranan dan jasa biksu Zen yang dominan dikehidupan budaya pada jaman Ashikaga, hingga orang menyebutnya sebagai “Zen Culture” (kebudayaan Zen), pengaruh seni, filsafat, arsitektur bangunan dan seni taman Sung atas Jepang pada waktu itu sangat besar. Seni Zen yang terkenal adalah lukisan gaya Sung, gaya seni Zen ini yang minimalis telah mempengaruhi juga seni bangunan arsitektur modern sekarang.
Sekte Nichiren didirikan pada tahun 1253 oleh seorang biksu Tendai berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama Nichiren (1222- 1282), namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga dengan nama sekte Lotus (Hokke-shu). Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada Amithaba serta mantera “Nam-myoho-renge-kyo”. Sekte Nichiren ini disebut juga sebagai Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang sendiri dan pusatnya terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi Nichiren sering dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan tidak toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang. Beberapa cabang sekte Nichiren tertentu dihubungkan dengan tendensi gerakan Nasionalis di Jepang. Salah satu cabang Nichiren membentuk sekte Soka Gakkai pada tahun 1930, Soka Gakkai ini membentuk sebuah partai politik yang bernama Komeito pada tahun 1964 dan pada tahun 1998 partai Komeito lama ini bergabung dengan partai lainnya menjadi partai Komeito Baru dibawah Daisaku Ikeda yang juga seorang pimpinan Soka Gakkai.
Perkembangan agama Buddha di Jepang telah mengalami pasang surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582) dan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal pernah mengaggresi Korea dua kali pada abad ke-16, agama Buddha mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo. Popularitas dan pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada pertengahan abad ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama negara, situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang memasuki era demokrasi dan negara modern.
GOLDEN HORDE , 19930
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua