Budaya-Tionghoa.Net | Pada suatu kehidupan sebelumnya, Kelana dan Derma merupakan dua orang sahabat yang sangat setia dimana masing-masing telah berjanji bahwa pada kehidupan berikutnya mereka akan saling mengingatkan agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Tanpa mereka sadari, dalam kehidupan saat ini mereka setiap hari bertemu, namun bukan sebagai sahabat karib karena Derma telah menjadi seorang pengusaha yang kaya, sedangkan Kelana adalah seorang tunawisma yang pemabuk dan pemalas. Derma telah mengenal pengemis Kelana ini jauh hari sebelum dia berhasil menjadi seorang pengusaha yang kaya. Pada waktu itu hidupnya masih tidak menentu dan sering bermabuk-mabukan, tetapi setelah bertemu dengan Kelana yang waktu itu meminta sedekah dalam keadaan yang menyedihkan dan sedang dilanda mabuk minuman keras, maka membuat dia tersadar untuk tidak menjadi seorang pemabuk dan pemalas.
|
Sehingga diapun menjadi bersemangat sekali dalam bekerja, dimana setiap kali semangat kerjanya mulai runtuh, Kelana akan muncul dan dalam keadaan mabuk meminta sedekah yang tentunya diberikan oleh Derma.
Hubungan Pimpinan dan Bawahan
Seorang pimpinan yang bijak akan senantiasa melihat kesejahteraan bawahannya dengan layak. Demikian juga sebaliknya seorang bawahan yang baik akan senantiasa melaksanakan kewajiban tugasnya dengan penuh tanggungjawab.
Dalam era yang serba kompetitif ini, sering kita jumpai adanya seorang karyawan yang berpindah-pindah tempat kerja hanya mengeluh karena kurang mendapatkan perhatian dari atasannya. Tanpa disadari oleh karyawan bersangkutan, sifat berpindah-pindah kerjaan tersebut malah menciptakan suatu citra yang kurang baik bagi dirinya sendiri, sehingga sampai suatu saat dia menemui kesulitan untuk menemukan suatu pekerjaan yang sesuai . Sifat berpindah-pindah pekerjaan tersebut biasanya timbul karena kurangnya sifat kesetiaan dalam diri orang tersebut. Adakalanya seorang pimpinan menuntut hasil terlebih dahulu dari karyawannya, namun ini merupakan kesalahan yang besar dari tipe pimpinan seperti ini. Karena mestinya seleksi awal dalam penempatan karyawan sudah semestinya ditentukan posisi yang tepat untuk calon karyawan bersangkutan. Kedudukan dan jabatan yang diberikan terhadap seorang karyawan adalah menunjukkan fungsi dan tanggungjawabnya, demikian juga nama atau kedudukan yang disandang oleh seorang pimpinan, menunjukkan luasnya cakupan tanggungjawab yang harus dipikulnya.
Seorang pimpinan haruslah memperlakukan bawahannya dengan budi pekerti, demikian juga seorang bawahan haruslah dapat mengabdi kepada atasannya dengan penuh kesetiaan. Dengan demikian keharmonisan hubungan antara pimpinan dan bawahan akan terjalin dengan baik. Pimpinan dalam pengertian yang lebih luas mencakup kepala negara ataupun seorang raja, sedangkan bawahan mencakup menteri dan para pembantunya.
Guru Khung Fu Zi bersabda :
” Seorang raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan / tata krama / budi pekerti). Seorang menteri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.” (Lun Yu III/19).
Confucius sangat menekankan mengenai pentingnya pemilihan seorang kepala negara, dan juga gaya pemerintahan yang ditunjukkannya. Pandangan Beliau bahwa cara pemerintahan seorang kepala negara akan mempengaruhi juga sikap rakyatnya. Misalnya seorang raja yang memerintah dengan penuh kesusilaan, maka rakyatnya juga akan mengikuti caranya.
Guru Khung Fu Zi bersabda,
“Jika kamu berbuat baik, maka rakyat juga akan berbuat baik. Karakter seorang kepala negara seperti angin dan rakyatnya seperti rumput. Ke arah manapun angin bertiup, maka rumput akan mengikuti arahnya.” (Lun Yu XII, 19)
Beliau mengakui bahwa para pemimpin negara memperoleh posisinya karena mendapatkan mandat dari Yang Maha Kuasa, tetapi Beliau juga
mengargumentasikan bahwa situasi tersebut bukannya tidak bisa berubah. Seandainya seorang pemimpin negara memerintah dengan tangan besi dan penuh ketamakan, maka dia mengkhianati kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Sehingga tepat baginya untuk diturunkan tahtanya dan digantikan pemimpin lainnya. Cara pemerintahan seorang kepala negara atau pemimpin akan mempengaruhi sikap pandang rakyat atau bawahannya.
Guru Meng Zi bersabda,
“Bila seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai tangan dan kakinya, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai jantung dan pikirannya. Jika seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai anjing dan kuda, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai orang kebanyakan. Jika seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai lumpur dan rumput, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai perampok dan musuh.” (Meng Zi IVB, 3)
Lima Norma Kesopanan [Wu Lun] yang telah diuraikan tersebut di atas, dapat dilihat memiliki banyak kesamaannya dengan pengertian Buddhisme sebagaimana sabda Sang Buddha dalam Sigalovada Sutra yang menjelaskan kesopanan dalam kehidupan dengan melakukan kewajiban-kewajiban, seperti kewajiban antara orang tua dan anak, guru dan murid, suami dan istri, sahabat dan kenalan, atasan dan bawahan yang ditambahkan dengan umat biasa dan para orang suci.
Pergaulan di luar sangat menentukan dalam membentuk karakter seseorang. Bergaul dengan teman yang tidak baik tentunya akan mempengaruhi perkembangan batin kita juga. Sebagaimana layaknya seekor anak harimau yang semenjak kecil diasuh dan bergaul dengan kelompok anjing, maka harimau tersebut sesudah besar akan bertingkah laku seperti anjing. Kebijaksanaan dalam bergaul sangat menentukan dimana kita mampu membedakan teman yang baik sebagai seorang sahabat sejati dan yang jahat sebagai koreksi kepribadian kita sendiri yang lemah. Keharmonisan dalam kehidupan di dunia ini harus dibina secara bersama oleh seluruh masyarakat. Karena itu menjaga hubunganantar teman merupakan suatu peranan yang sangat penting.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua