Budaya-Tionghoa.Net | Pengertian manusia yang ideal menurut paham ajaran Confucius adalah; apabila orang tersebut telah pantas disebut C’un Zi (manusia yang Budiman). Manusia yang Budiman menurut pengertian ini adalah seseorang yang telah dapat melaksanakan Lima Sifat Mulia [Wu Chang], dan Delapan Sifat Mulia Kebajikan [Pa Te’] serta menunaikan tanggung jawab terhadap kehidupan pribadinya dan kehidupan bermasyarakat.
|
Seorang Budiman tidaklah pernah bersikap picik ataupun berpikiran sempit, dia senantiasa berpikiran luas dan berpengertian pasrah secara positif.
Guru Khung Fu Zi bersabda , ” Seorang Budiman berhati longgar dan lapang dada; seorang yang picik budi pekertinya berhati sempit dan berbelit-belit.” (Lun Yu VII/37).
Kemanapun seorang Budiman melangkahkan kakinya, maka dia akan dapat segera menyesuaikan dirinya, karena cita-citanya telah teguh, dan sulit untuk dipengaruhi oleh berbagai hal-hal tampak luar. Sedangkan seorang yang picik, sulit bergaul dan mudah dipengaruhi oleh faktor tampak luar.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Seorang Budiman mudah bergaul, tetapi tidak dapat dibelokkan cita-citanya. Seorang yang picik budi pekertinya dapat dibelokkan cita-citanya tetapi tidak mudah bergaul ” (Lun Yu XIII/26).
Seorang Budiman senantiasa berpikiran positif sehingga sifat perbuatannya senantiasa menuju ke atas (menjunjung tinggi Kebenaran), sedangkan seorang yang picik budi pekertinya, pikirannya selalu negatif, dan perbuatannya senantiasa menuju ke bawah (berlandaskan kemaksiatan).
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Majunya seorang Budiman itu menuju ke atas, dan majunya seorang yang picik budi pekertinya menuju ke bawah. ” (Lun Yu XIV/23).
Menurut ajaran Confucius, seorang Budiman haruslah senantiasa menjunjung tinggi Kebenaran, sabar, dapat dipercaya, memiliki kecakapan, pasrah terhadap kematian, mengolah diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain, tidak pernah mau berlomba, selalu menjaga ucapannya. Hal ini dapatdisimpulkan, bahwa seorang Budiman, senantiasa menjaga pikiran, ucapan dan perbuatannya terhadap hal-hal yang melanggar sila moralitas atau susila.
Guru Khung Fu Zi bersabda,” Seorang Budiman berpedoman pada Kebenaran sebagai dasar pendiriannya. Moralitas sebagai dasar perbuatannya, senantiasa mengalah dalam pergaulan, dan selalu berusaha menyempurnakan diri dengan perbuatan yang dapat dipercaya. Dia akan risau apabila tidak memiliki kecakapan, tetapi tidak risau apabila tidak ada orang yang mau mengenalnya. Diapun tidak pernah risau kalau sesudah mati, namanya tidak dikenang oleh orang lagi. Seorang Budiman menuntut pada dirinya sendiri, seorang yang picik budi pekertinya menuntut pada orang lain. Dia mau memacu dirinya untuk menuju kebajikan, tetapi tidak mau berebut dengan orang lain. Dia mau berkumpul untuk membicarakan kebajikan, tetapi tidak mau membentuk komplotan untuk tujuan pertentangan. Seorang Budiman tidak pernah mau memuji orang lain hanya karena ucapannya, dan juga tidak berbicara sembarangan ” (Lun Yu XV/18 – 23).
Seorang Budiman haruslah senantiasa mengendalikan hawa nafsu keinginan rendah dimana dapat merosotkan kemajuan batinnya. Pengendalian Chi’ (komponen dasar dari alam semesta yang mengisi tubuh manusia dan bersikulasi dengan darah), dengan cara lebih banyak merenung, berdiam diri atau bermeditasi, merupakan langkah terbaik untuk mengekang hawa nafsu tersebut.
” Tiga hal yang harus diwaspadai oleh seorang Budiman dalam menjalani kehidupan ini : Bila dia masih muda, darah dan Chi’ tidak stabil, untuk itu dia harus menjaga dirinya terhadap hawa nafsu. Pada usia muda, darah dan Chi’-nya memuncak, untuk itu dia harus menjaga diri terhadap keinginan melawan alam. Pada usia tua, darah dan Chi’-nya berkurang, maka dia harus menjaga dirinya.” (Lun Yu XVI/7).
Seorang Budiman harus menjaga tingkah-lakunya secara benar, baik pada saat melihat, mendengar, menunjukkan perasaan hatinya, bertingkah laku, berbicara, dan bekerja. Demikian juga pada saat dia merasa ragu-ragu, marah ataupun melihat suatu keuntungan, maka dia harus senantiasa menjaga sikapnya supaya tidak melanggar sila moralitas atau susila (Li).
Guru Khung Fu Cu bersabda, ” Ada sembilan hal yang harus direnungkan seorang Budiman:
- Bila melihat, dia harus melihat dengan jelas.
- Bila mendengar, dia harus mendengar dengan jelas,
- Bila menunjukkan perasaan hatinya, dia harus kelihatan ramah,
- Bila bertingkah laku, dia harus kelihatan sopan,
- Bila berbicara, dia harus ingat akan kejujuran,
- Bila bekerja, dia harus berusaha sebaik-baiknya,
- Bila ragu-ragu, dia harus bertanya,
- Bila marah, dia harus ingat akan akibatnya,
- Bila melihat adanya keuntungan, dia harus merenungkan apakah dia berhak mendapatkannya.” (Lun Yu XVI/10).
Tiga kesan utama yang senantiasa melandasi seorang Budiman, dimana juga merupakan suatu ciri khusus seorang Guru Agung, yaitu dari jauh terkesan agung, dari dekat terkesan ramah, dan bila dia berbicara terkesan tegas dan berwibawa.
Murid Confucius, Zi Hsia berkata, ” Orang yang berbudi selalu memberi orang lain tiga kesan yang berbeda. Dari jauh, dia terlihat agung. Jika didekati, dia terlihat ramah. Tetapi bila dia berbicara, bahasanya tegas dan menentukan.” (Lun Yu XIX/9).
Sikap suatu pemerintahan yang tidak memperoleh legitimasi atau kepercayaan dari rakyat, hanyalah akan berubah menjadi penindasan, dimana kehidupan rakyat miskin semakin terperosok dalam jurang kemelaratan. Demikian juga, seorang pejabat yang apabila tidak memperoleh kepercayaan dari rakyat, dimana berusaha menyalahkan atasannya, maka hal seperti itu hanyalah dianggap suatu sikap menyalahkan saja, tanpa berusaha menjunjung tinggi Keadilan dan Kebenaran.
Murid Confucius, Zi Hsia berkata, “Seorang Budiman yang telah memperoleh kepercayaan dari rakyat, baru berani memerintahkan mereka untuk bekerja keras. Apabila kepercayaan tersebut belum diperolehnya, maka akan dianggap suatu penindasan. Demikian juga, seseorang harus memperoleh kepercayaan dahulu sebelum memberi peringataan kepada atasannya. Apabila kepercayaan tersebut belum diperolehnya, maka akan dianggap suatu sikap menyalahkan
saja.” (Lun Yu XIX/10).
Seorang Budiman senantiasa menjaga tingkah-lakunya. Baginya, suatu kesalahan kecil sekalipun, sulit untuk tidak dapat diketahui oleh orang lain.
Murid Confucius, Zi Kung berkata, ” Kesalahan yang dibuat seorang yang berbudi adalah seperti gerhana matahari dan bulan. Bila dia membuat kesalahan, seluruh dunia bisa melihatnya. Bila dia mengoreksi dirinya sendiri, seluruh dunia akan mengaguminya.” (Lun Yu XIX/21).
Mengenal firman Yang Maha Esa (‘firman’ di sini dapatlah diartikan dengan berbagai sabda yang tercatat di berbagai Kitab Suci dimana merupakan peninggalan dari para Guru Agung, Avatar, Nabi, Rasul Allah, Putera Bapa, Buddha, Orang Suci, dan berbagai ‘gelar’ Keillahian yang ada, dan kemudian disakralkan oleh para pengikutNya setelah Mereka meninggal dunia), menguasai ketentuan budi pekerti, dan mengetahui makna kandungan dari suatu kata-kata (‘kata-kata’ disini tidak terbatas hanya pada kata-kata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi termasuk juga berbagai Kitab Suci), maka orang demikian dapat disebut sebagai seorang Budiman yang telah mengembangkan kepribadian dan mengenal secara baik setiap manusia.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Tanpa mengenal firman Yang Maha Esa, tidaklah mungkin menjadi seorang Budiman yang berbudi luhur, tanpa menguasai ketentuan-ketentuan budi pekerti, tidaklah mungkin mengembangkan suatu kepribadian, tanpa mengetahui makna kandungan dari kata-kata, tidaklah mungkin dapat mengenal manusia.” (Lun Yu XX/3 = alinea terakhir dari Lun Yu).
Pikiran, ucapan, dan perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang Budiman akan menciptakan contoh yang positif kepada orang lain di sekitarnya, sehingga dengan demikian, akan tercipta keharmonisan hidup, kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia di dunia.
HENGKI SURYADI
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua