Budaya-Tionghoa.Net | Tentang Wali Songo ini pertama-tama tentulah kita harus selalu tidak melupakan bahwa mereka itu sebetulnya lebih banyak merupakan folklore daripada catatan sejarah yang sahih. Karena itu, cerita tentang mereka, selain rata-rata banyak bumbu magic-nya, juga ada macam-macam versinya yang berbeda-beda. Ada versi yang merupakan modus kultus individu, ada versi yang merupakan modus syiar agama, ada versi yang hanya modus entertainment berupa dongeng hiburan saja, dsb. Sehingga apa yang dikatakan tentang mereka itu tidaklah harus diterima dengan terlalu serius.
|
Kalau mereka semua ternyata betul-betul orang Cina, mungkin saja. Tetapi barangkali hanya punya nama alias Cina (seperti loohoe sendiri yang di kalangan fans cersil dipanggil Lok In thaysoe), lalu setelah sekian ratus tahun dikira itu nama betulnya, bisa juga. Atau seperti contoh kutipan Xuan Tong looheng ini, yang betul-betul Cina dari salah satu Wali Songo itu adalah ibu angkatnya, boleh juga.
Tetapi versi lain, seperti babad Cirebon, misalnya, mengisahkannya berbeda. Babad ini meng-klaim Syarif Hidayatullah adalah anak Raja Mesir yang ditugaskan berda’wah ke Cirebon, lalu datang ke Cirebon dalam waktu satu malam .Kemudian dikisahkan bahwa Sunan Gunung Jati ini diambil menantu oleh Kaisar Cina dari dinasti Beng yang juga beragama Islam. Mau diceritakan secara “ngaco” begini, ya boleh-boleh saja. Toh hanya legenda.
Tentang Sunan Giri (Raden Paku) misalnya, versi yang dikutip Mang Ucup mengatakan dia cucunya Sunan Ampel. Tetapi menurut versi yang dikutip Xuan Tong mengatakan dia anak angkat Nyai Gede Pinatih yang dikirim berguru ke Sunan Ampel, dan di Ampel itu lalu bersahabat (jadi seumuran) dengan anak Sunan Ampel, Makdum Ibrahim, yang kemudian menjadi Sunan Bonang. Mau dicari mana yang benar dari kedua versi ini, tentu percuma, namanya juga legenda.
Bahkan kalau dicermati berbagai legenda tentang Wali Songo, akan terlihat bahwa jumlah tokoh-tokoh yang disebut-sebut sebagai Wali Songo itu bisa mencapai lebih banyak dari sembilan. Begitu pula kurun waktu kehidupan mereka,kalau diperhatikan dengan teliti, ternyata bukan di satu jaman/generasi saja Boleh dibilang ada Wali Songo v-1.0, lalu Wali Songo v-2.0, lalu mungkin Wali Songo v-2.1., dst.
Ada beberapa nama yang dalam beberapa versi selalu sama, tetapi ada nama-nama lain yang berubah-ubah. Beberapa orang bahkan suka menghitung bahwa Syeh Siti Jenar pun sebetulnya salahsatu dari yang sembilan itu. Jadi, he he he…, mungkin seperti Thian San Cit Kiam, setiap saat jumlah kelompok the Seven Swords of Mount Tian ini tetap tujuh kiamkek, Cit Kiam, tetapi orangnya berganti-ganti sehingga total jumlah kiamkek-nya lebih dari tujuh.
Wasalam.
Akhmad Bukhari Saleh
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
CATATAN ADMIN :
Tulisan ini ditampilkan berpasangan dengan tulisan Mang Ucup yang berjudul “Walisongo Itu Cina ” yang juga ada di web ini.
TAUTAN INTERNAL :
- http://web.budaya-tionghoa.net/religi-filosofi/agama-islam/843-tentang-wali-songo- [Akhmad Bukhari Saleh ]
- http://web.budaya-tionghoa.net/religi-filosofi/agama-islam/844-walisongo-itu-cina- [Mang Ucup ]
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/11078 [Mang Ucup]