天下皆知美之为美 斯恶矣 皆知善之为善 斯不善已
故有无相生 难易相成 长短相形 高下相倾 音声相和 前後相随
是以圣人处无为之事 行不言之教
万物作焉而不辞 生而不有 为而不恃 功成而弗居
夫唯弗居 是以不去
Budaya-Tionghoa.Net | Pemahaman pada bab 2 ini lebih mengarah kepada konsep dualisme yang melekat dalam diri kita ini. Dengan mengetahui adanya yang indah maka kita akan mengetahui yang buruk. Ada dan tiada walau saling berlawanan tapi disitulah kehidupan berlangsung, tidak selalu yang berlawanan itu adalah yang buruk tapi juga bisa menjadi sesuatu hal, misalnya ada panjang dan pendek yang menjadi bentuk, suara yang tinggi dan rendah menjadi suatu lagu yang harmonis. Semua itu karena persepsi pikiran dari kita saja.
|
Sikap kita sudah mendua dalam menilai segala sesuatu dan tidak bisa bersikap obyektif dalam menilai karena konsep dualisme yang melekat kepada diri kita. Tapi tanpa adanya dualisme tentunya kita tidak akan bisa exist di dunia ini karena memang kenyataannya kita hidup dalam alam dualisme jadi kenyataan itu harus dihadapi bukan dihindari. Karena dualisme juga yang menghidupkan seperti Ada dan Tiada yang melahirkan alam semesta berikut isinya.
Dengan memahami adanya dualisme tentunya kita harus bersikap bijak dalam bertindak itu. Karena itulah para orang suci atau bijak selalu bertindak WuWei atau tanpa pamrih yang melibatkan egonya atau membesarkan egonya, tindakan yang dilakukan adalah selalu tindakan spontan tanpa pernah ada pikiran yang terbersit dalam dirinya apakah tindakan itu menguntungkan dirinya atau misalnya demi nama baik atau kekayaan. Karena jika tindakan itu disertai suatu sikap YouWei atau dengan pamrih maka orang tersebut tidak dapat disebut orang suci.
Tindakan bajik yang tanpa pamrih sering kita lakukan dalam banyak kehidupan kita sehari-hari, walau mungkin pikiran kita yang menjadi jangkar dalam tindakan kita itu bisa berbeda-beda. Misalnya saat mengendarai kendaraan kemudian ada orang yang melintas, secara reflek kita pasti akan merem kendaraan, atau saat anak-anak sekolah sedang menyebrang di zebra cross, jika kita memiliki dasar kebajikan dan secara tidak langsung sudah terpatri dalam diri kita, maka kita akan menghentikan kendaraan dan mempersilahkan anak-anak sekolah menyebrang.
Seorang suci selalu memberikan contoh daripada ujar-ujar. Misalnya bunda Theresa yang selalu memberikan contoh daripada khotbah atau master ZhengYan yang memberikan suri tauladan bagi orang sekitarnya. Contoh atau suri tauladan itu adalah cara pengajaran yang agung. Dan karena tindakannya yang tanpa pamrih inilah sehingga orang-orang lain yang menilainya, bukan dirinya sendiri. Itulah sikap para orang Suci.
Sesepuh Qiu memberikan suri tauladan yang baik dengan menasehati Gengis Khan agar menghentikan tindakan brutal dengan tutur kata lembut dan tegas tanpa berpikir akan diberikan anugrah atau kekayaan atau tindakan Beliau dengan menegur Gengis Khan akan membuat diriNya dijatuhi hukuman mati. Prinsip ini disebabkan karena Gengis Khan hendak mengetahui rahasia panjang umur tapi Gengis Khan sendiri tidak memilik De atau budi pekerti. Pembantaian di sepanjang jalan ekspedisi Gengis Khan sudah menunjukkan De yang tidak baik bahkan ketika Tuli terluka, amarah Gengis Khan meluap dan menghabisi penduduk 1 kota tanpa memperdulikan korbannya yang merupakan wanita lemah serta anak-anak.
Mengetahui apa yang baik dan buruk tentunya akan membuat kita menjadi waspada dan dengan cara itu kita bisa bersikap WuWei atau tanpa kehendak mementingkan diri kita sendiri. Dan tidak melawan DAODE. Yang selaras dengan Dao adalah WuWei yang tidak selaras dengan Dao adalah Youwei.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua