Budaya-Tionghoa.Net | Menyinggung tentang Sam Kok (San Kuo, Three Kingdoms) pada penghujung Dinasti Han Timur tepatnya antara tahun 220~280 M, kita mengenal pahlawan2 besar di dalam era tersebut. Mereka adalah Cao Cao, Liu Bei dan Sun Quan, tentunya selain tokoh2 lainnya yang tak kalah kepahlawanannya.
|
Lee Jong-wu (1879~1944) mengemukakan pemikirannya tentang ketiga pahlawan yang terkenal dengan nama “Filsafat Hitam dan Tebal“.
Filsafat ini menceritakan tentang ketiga pahlawan yang punya karakteristik masing-masing sehingga mereka tidak pernah bisa menaklukkan pihak lainnya selama hidup mereka.
Di Taiwan, filsafat ini sangat populer sampai-sampai ada penerapannya dalam strategi bisnis, jual beli saham dan lain-lain. Ia menyatakan bahwa untuk menjadi pahlawan di masa lalu, hanya perlu hati yang hitam dan muka yang tebal.
Pahlawan pertama adalah Cao Cao yang mendirikan kerajaan Wei di Utara. Ia terkenal akan hatinya yang hitam dan bengis. Ia membunuh Lu Bu, Kong Rong, Yang Xiu, Dong Chen bahkan kaisar dan permaisuri pun dibunuh tanpa kecuali. Perkataannya yang terkenal adalah, “Lebih baik saya yang menindas orang daripada saya yang ditindas”. Hatinya yang hitam benar-benar tak dapat dibandingi oleh siapapun pada masanya sehingga ia layak disebut pahlawan.
Lalu Liu Bei, raja kerajaan Shu di Barat. Seluruh keberhasilannya hanya karena satu hal, muka tebal. Ketebalan mukanya tidak ada tandingannya. Ia pernah mengikuti dan menggantungkan hidup kepada Cao Cao, Lu Bu, Liu Biao, Sun Quan, Yuan Shao, hidup berkelana dari seorang penguasa ke penguasa lainnya.
Ia juga tidak merasa malu akan perbuatannya itu. Bila ia menemui kesulitan, maka senjata utamanya adalah menangis, sampai-sampai ada perkataan, “Keberhasilan Liu Bei adalah hasil dari tangisannya”. Tetapi, dia juga pahlawan karena ketebalan mukanya.
Ia dan Cao Cao boleh dibilang adalah dua pihak yang kontras. Suatu hari dalam acara minum arak dan membicarakan tentang pahlawan, seorang berhati hitam dan lainnya bermuka tebal masing-masing tak mau kalah dari yang lawan bicaranya. Dan masing-masing juga mengetahui tak akan dapat mengalahkan lawannya. Maka, Cao Cao akhirnya mengatakan, “Pahlawan di bawah langit (dunia) ini, cuma anda dan saya Cao Cao”.
Selain kedua orang ini, masih ada Sun Quan. Ia beraliansi dengan Liu Bei, malah menikahkan adik perempuannya dengan Liu Bei. Tapi tiba-tiba ia merebut Jingzhou dan membunuh Guan Yu (Kwan Kong). Hatinya hitam mirip dengan Cao Cao, cuma tidak hitam sampai dasarnya, karena ia kemudian meminta damai kepada kerajaan Shu.
Dibandingkan Cao, ia kalah hitam. Ia juga bermuka tebal mengkhianati janji perdamaiannya dengan Cao Cao setelah Cao meninggal dan digantikan anaknya Cao Pi. Namun mukanya tidak setebal Liu Bei. Ia juga diakui sebagai pahlawan bersama-bersama dengan Cao dan Liu. Ia walaupun tidak sehitam Cao dan setebal Liu, namun ia memiliki karakter keduanya.
Mereka bertiga dengan karakteristik masing2, yang satu tak dapat menundukkan pihak lainnya, pihak yang satu juga tak mau tunduk ke pihak yang lain. Maka sewaktu mereka bertiga masih hidup, sangat masuk di akal bila China pada masa itu terbagi atas 3 kerajaan (Sam Kok, San Guo). Walaupun setelah ketiganya meninggal, sejarah mencatat perkembangan yang lain.
RINTO JIANG
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua