Budaya-Tionghoa.Net | Tahun pertama Congning (1102 CE) pada masa pemerintahan kaisar Huizhong, Liang Hongyu dilahirkan di distrik Huai’an, provinsi Anhui. Kakek dan ayahnya adalah panglima kerajaan Song (970 CE – 1279 CE). Ketika muda, ia tidak tenggelam dalam kemewahan dan sisi kewanitaannya. Justru dia lebih menyukai belajar ilmu bela diri. Di samping itu sebagai seorang wanita, dia juga belajar menari, menyanyi, menabuh genderang dan juga kerajinan tangan seperti membuat tikar.
|
Tahun kedua Xuanhe (1120 CE) pada masa pemerintahan kaisar Huizhong, kerajaan Song menghadapi bahaya pemberontakan kaum petani di bawah pimpinan Fang La. Kakek dan ayah Hongyu keduanya tewas, kalah dalam pertempuran melawan Fang La. Peristiwa ini menyebabkan keluarga Liang bangkrut. Pada saat yang sama, bangsa Jin (Jurchen) menyerbu ke selatan dan menimbulkan kekacauan di seluruh negeri serta membuat pemerintahan kerajaan mengungsi ke selatan. Liang Hongyu dan ibunya juga ikut dalam gelombang pengungsian ke selatan. Tanpa harta benda dan modal, Hongyu harus bekerja sebagai wanita penghibur (Ge Ji) di pasukan Song, menghibur para tentara dengan tarian, nyanyian dan tabuhan genderang.
Kerajaan kemudian mengutus panglima Tong Guan dan panglima Tan Zhen untuk memadamkan pemberontakan Fang La. Dalam pasukan itu terdapat seorang perwira lapangan berpangkat rendah yang bernama Han Shizong. Han Shizong berasal dari provinsi Shaanxi, orangnya gagah dan tampan serta suka menolong sesama. Dalam pertempuran, Han Shizong kemudian berhasil menagkap Fang La.
Panglima Tong Guan dan panglima Tan Zhen kemudian merayakan kemenangan pasukannya dalam perang dengan berpesta pora. Para wanita penghibur ditugaskan untuk menuang arak untuk para tentara. Dalam pesta inilah Liang Hongyu pertama kali bertemu dengan Han Shizhong. Hongyu tertarik kepada Shizhong yang hanya diam saja walaupun teman-temannya berpesta pora, sedang Shizhong tertarik kepada Hongyu karena menurutnya Hongyu memiliki perawakan sebagai seorang pahlawan. Hubungan mereka kemudian berlanjut ke pernikahan keduanya. Dari pernikahan itu, setahun kemudian mereka memiliki seorang anak lelaki bernama Han Liang.
Han Shizhong kemudian ditugaskan ke distrik Xiuzhou sementara Liang Hongyu tetap tinggal di ibukota bersama anaknya. Setelah Han Shizhong meninggalkan ibukota, dua orang panglima bernama Miao Fu dan Liu Zhengyan melakukan pemberontakan. Mereka tidak menyukai kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh kaum sida-sia/kasim. Mereka merebut istana, membunuh semua kasim dan memerintahkan agar kaisar Gaozhong turun tahta.
Selama kaisar Gaozhong berada dalam tahanan, perdana mentri Zhu Shengfei, ibu suri Longyu dan Liang Hongyu diam-diam mengatur rencana. Liang Hongyu kemudian berunding dengan pimpinan pemberontak. Ia meyakinkan mereka bahwa dirinya sanggup membujuk suaminya untuk bergabung bersama pemberontak dengan membawa serta pasukannya. Para pemberontak menyetujui permintaan Hongyu dan melepaskannya untuk pergi bertemu suaminya. Dengan mendekap bayinya di tangan kanan, Liang Hongyu berkuda dari ibu kota ke Xiuzhou semalaman. Liang Hongyu dan suaminya beserta para panglima yang masih setia pada kerajaan kembali ke ibukota dan menghancurkan pemberontakan. Atas jasa-jasanya dalam mengatasi pemberontakan ini Liang Hongyu dianugerahi gelar Putri Perdamaian Bangsa, Han Shizong dinaikkan pangkatnya menjadi Panglima Sayap Kiri Pasukan Kekaisaran.
Awal musim semi 1129 CE, pasukan Jin kembali menyerbu ke selatan melintasi Changjiang. Di bulan maret tahun berikutnya, Han Shizhong dan Liang Hongyu memimpin armada Song ke Zhengjiang dalam rangka upaya memutuskan jalan mundur pasukan Jin. Pertempuran besar sudah diperkirakan akan terjadi. Tahun 1130 CE, pasukan Jin yang berkekuatan sekitar 100,000 orang mulai mundur ke utara setelah melakukan perampasan di selatan. Armada mereka yang penuh dengan barang-barang rampasan berlayar tepat ke posisi armada Song yang dipimpin Liang Hongyu dan suaminya. Masalahnya, pasukan Song hanya berjumlah sekitar 8,000 orang harus menghadapi 100,000 orang.
Malamnya, pasangan suami istri itu tidak bisa tidur memikirkan taktik yang akan dipakai untuk memenangkan pertempuran. Liang Hongyu lalu mengutarakan bahwa adalah tidak mungkin menang dengan cara berhadapan langsung karena perbedaan kekuatan yang besar. Ia mengusulkan agar membagi pasukan menjadi dua divisi (divisi kiri, kanan dan pasukan kecil di tengah) dan menyerang musuh dari segala arah. Hongyu akan memimpin secara langsung pasukan di tengah untuk memberikan aba-aba gerakan. Pasukan tengah menghadang musuh dengan menggunakan panah, senapan, dan ketapel agar bisa menyerang dari jarak jauh dan tidak bisa dijangkau pasukan musuh. Menurutnya pasukan Jin pasti akan mencoba mematahkan serangan dengan membagi pasukan mereka dan mencoba mengepung pasukan tengah Song dari kedua sayap. Saat itulah, kedua divisi kiri dan kanan Han Shizong harus menyerang pasukan Jin sesuai aba-aba yang diberikan. Hongyu sendiri akan berada di perahunya di antara pasukan tengah, memberikan aba-aba melalui tabuhan genderang dan isyarat lambaian bendera. Jika Hongyu menabuh genderang, pasukan Shizong harus maju, jika tabuhan genderang berhenti maka pasukan juga harus berhenti dan mengambil posisi. Jika bendera komando dilambaikan ke arah barat, pasukan harus maju ke arah barat, sebaliknya jika bendera komando dilambaikan ke timur, pasukan juga harus bergerak ke arah timur. Dengan taktik ini, Liang Hongyu yakin bahwa pasukan Song akan memenangkan pertempuran dan menangkap pimpinan pasukan Jin. Suaminya segera menyetujui taktik ini dan memberikan pujian kepadanya.
Keesokan paginya, Han Shizong dan Liang Hongyu mengatur pasukannya sesuai dengan rencana. Liang Hongyu berdiri di haluan perahu komando dan dengan tenang memberikan aba-aba sesuai dengan yang telah direncanakan. Pertempuran ini berlangsung sampai menjelang malam. Pasukan musuh yang terjebak dan merasa ngeri dipaksa mundur ke dataran yang Huangtian Dang. Selama 48 hari pasukan Jin tidak bisa bergerak. Pemimpin pasukan Jin, Jin Wu Shu, putus asa dan ingin mengakhiri peperangan. Dia mengajukan syarat bahwa semua barang rampasan akan dikembalikan dengan imbalan pasukan Jin dibiarkan mundur dengan selamat. Terhadap permintaan ini, Han Shizhong dan Liang Hongyu membalas dengan pernyataan bahwa semua barang rampasan harus dikembalikan tanpa syarat dan semua tanah di utara Changjiang yang diduduki Jin harus dikembalikan ke kerajaan Song.
Jin Wu Shu terpaksa mencari jalan keluar lain. Dengan menggunakan harta benda hasil rampasan, ia menyuap penduduk lokal untuk mencari jalan keluar. Beberapa dari mereka menyarankan untuk menggali kanal dari Huangtian Dang ke sungai Qinhuai, untuk seterusnya mencari jalan meloloskan diri dari sungai itu. Dalam waktu semalam, sebuah kanal sepanjang 30 li telah berhasil digali. Air dari sungai Qinhuai membanjiri saluran itu, membuat Huangtian Dang memiliki jalan keluar yang bisa dilalui.
Namun, pasukan Jin tidak bisa maju jauh dari sungai Qinhuai karena ternyata mereka dihadang pasukan Yue Fei. Mereka terpaksa kembali ke Huangtian Dang dan sekarang dikepung melaui dua sisi. Melihat bahwa musuh sudah benar-benar terkepung dan tidak mempunyai harapan, Han Shizhong lalu mengadakan pesta bersama pasukannya, di mana dia minum-minum sampai benar-benar mabuk.
Han Shizhong dan Liang Hongyu tidak akan pernah menyangka bahwa harta akan membuat orang begitu tidak setia. Lagi-lagi Jin Wu Shu menyuap beberapa penduduk sekitar dan dari mereka ia mendapatkan usul agar ia menyamarkan kapal-kapalnya dengan lumpur lalu mengambil kesempatan di saat tidak ada angin sehingga kapal-kapal Song tidak akan bisa bergerak. Pasukan Jin disarankan agar menyerang kapal-kapal Song pada saat itu dengan roket api. Roket api ini akan membakar tikar dan layar di kapal-kapal Song yang tidak bisa bergerak sehingga api akan cepat menyebar. Taktik ini membantu pasukan Jin untuk menerobos keluar dari kepungan pasukan Song di bawah pimpinan Han Shizhong dan Liang Hongyu. Serangan pasukan Jin ini berlangsung ketika Han Shizhong dan pasukannya masih mabuk dan tidak sadarkan diri, akibatnya pasukan Song mengalami kekalahan besar.
Kejadian ini mengakibatkan Liang Hongyu menganggap bahwa suaminya telah melakukan kesalahan yang sangat besar sehingga meloloskan pasukan musuh. Dia sendiri berangkat ke ibukota dan meminta agar kaisar menjatuhkan hukuman kepada suaminya. Karena melihat keteguhan hati Liang Hongyu yang menempatkan tanggung jawab dan tugas di atas kepentingan pribadi, kaisar akhirnya tidak menjatuhkan hukuman kepada Han Shizhong. Han Shizhong bahkan diundang ke istana. Han datang bersama anaknya Han Liang. Kaisar yang tertarik kepada Han Liang yang ketika itu berumur 7 tahun bertanya kepada Han Liang bagaimana kemajuannya dalam belajar kaligrafi. Han Liang menuliskan kaligrafi kalimat yang sangat menyenangkan hati kaisar yang artinya kira-kira adalah “Negeri Tiongkok Panjang Umur”. Kaisar yang bergembira lalu memerintahkan Han Shizhong untuk menyerbu ke utara dalam rangka menebus kesalahan yang telah ia perbuat.
Liang Hongyu dan suaminya ditempatkan di daerah kabupaten Chu. Dengan memanfaatkan keunggulan pertahanan yang diberikan sungai Huai, mereka mendirikan tembok tambahan di luar tembok yang lama untuk melindungi daerah itu dari serbuan pasukan Jin. Peperangan selama bertahun-tahun telah menyebabkan kehidupan penduduk di daerah itu menjadi sengsara. Mereka kekurangan perumahan dan makanan. Liang Hongyu lalu mengajari mereka bagaimana membuat atap dari bahan-bahan yang sederhana. Melihat bahwa kuda-kuda memakan akar tanaman ekor kucing (calamus), ia lalu mencobanya sendiri. Setelah itu ia menyarankan agar sayuran itu dijadikan sebagai makanan tambahan bagi pasukan dan penduduk. Berkat usaha Han Shizhong dan Liang Hongyu, daerah Chu mengalami kemajuan pesat dalam waktu singkat. Tempat itu menjadi benteng yang penting lagi. Selama beberapa waktu, pasukan Jin bahkan tidak berpikiran untuk menyerang Chu walau pasukan di sana hanya berjumlah sekitar 30,000 orang.
Kemudian, Han Shizhong, Liang Hongyu dan Yue Fei berangkat bersama untuk melakukan ekspedisi ke utara. Liang Hongyu bertempur dengan gagah berani. Mereka hampir menguasai ibukota kerajaan Jin ketika diperintahkan oleh kaisar, yang dipengaruhi oleh pejabat korup Qin Gui, untuk mundur (dengan 12 titah emas kaisar). Sesampainya mereka di ibukota, Qin Gui segera menahan Yue Fei dan mengeksekusinya dengan alasan Moxuyou yang berarti “tidak ada apa-apa”. Ketika Han Shizhong menggugat tindakan Qin Gui, kekuasaannya untuk memerintah pasukan dicopot. Kecewa, Han Shizhong dan istrinya Liang Hongyu lalu mengundurkan diri dari semua jabatan dan mengasingkan diri di dekat daerah Xi Hu. Han Shizhong meninggal pada tahun 1151 CE dan Liang Hongyu menyusul 2 tahun kemudian pada usia 51 tahun. Mereka dimakamkan bersama di gunung Lingyan dekat Suzhou. Sekarang, sebuah kuil yang didedikasikan untuk Liang Hongyu masih berdiri di Zhun’an.
Yongde
[Foto Ilustrasi : Opera Liang Hongyu , Sumber Foto : http://www.ebeijing.gov.cn/ ]
Budaya-Tionghoa.Net | ICCSG 2006
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.