Budaya-Tionghoa.Net | Saya tak mampu untuk menjawab semua pertanyaan itu mengenai asal usul marga dan leluhur, dalam kasus pertanyaan ini mengenai marga The . Tapi saya bisa memberi sedikit saran. Pertama anda harus mengetahui bahwa anda termasuk kelompok dialek mana , seperti misalkan Hokkian, Hakka, Konghu, Tiociu dll. Kalau semua itu sudah diketahui maka ruang pencarian menjadi lebih sempit. Kemudian harus diketahui marga apa . Leluhur yang pertama kali datang ke Nusantara namanya siapa dan silsilah keluarganya dituliskan semua. . Dengan demikian bisa dicari adakah orang sama sne dan sama kelompok yang kenal? Bisa juga minta bantu milis ini, kalau ada yang merespon berarti ada yang tahu.Biasanya yang mudah dicari sampai kabupaten (xian) saja, kecamatan (xiang) sudah agak susah, dan desa (cun) lebih susah lagi. Apa sebabnya, karena zaman dulu orang yang satu snenya cenderung tinggal berkelompok.
|
Dalam kasus pertanyaan salah satu member adalah marga atau sne Tne (The) di Hokkian , keluarga terkemuka di sana adalah keturunan Zheng Chenggong (Tne Seng Kong) yang merebut kembali Taiwan dari tangan Belanda. Coba dilihat apakah ada dari silsilah yang menggunakan Seng atau Kong. Kebanyakan nama generasi orang Hokkian ada di suku tengah, sedang orang Hakka di suku akhir. Karena Tne Seng Kong orang terkenal, maka di mana kampung halamannya mudah dicari dari internet. The sebetulnya salah tulis, “h” di sana menunjukkan bunyi sengau, bukan bunyi letupan, ejaan sekarang “h” hanya menyatakan letupan, bunyi sengau diganti “n”, jadi bunyi yang tepat Tne, meskipun kebiasaan The. Itu tak apa sekedar meluruskan bunyi.
The atau Tne ?
Dalam dialek Hokkian ada bunyi sengau yang tak ada dalam bahasa Indonesia, Inggeris maupun Mandarin. Dulu para penerjemah menambahkan huruf “h” dibelakang konsonan, tapi kalau ada bunyi letupan juga ditambahkan “h” di belakang konsonan. Jadi orang tak tahu The itu adalah “te” dengan letupan atau “te” dengan sengau. Akibatnya orang yang lahir di Indonesia sudah tak bisa membedakan lagi.
Para ahli di Xiamen University Tiongkok merubah kebiasaan itu, bunyi letupan ditambah “h” sedang bunyi sengau ditambah “n”. Jadi Tne dibaca te tapi dengan bunyi sengau (hidung). Prof. Lim Kea-hiong di Taiwan menggunakan “v” jadi Tve. Menurut saya sih lebih baik Tne saja karena ini ditentukan oleh para ahli bahasa di Universitas Xiamen yang kenamaan, sedang Tv hanya ditentukan oleh seorang, bukan hasil diskusi.
Karena sudah kebiasaan di Indonesia tetap The, untuk merubahnya sulit, sebab memang kita sudah putus hubungan dengan tanah leluhur. Saya sendiri leluhur datang sekitar perang candu, mungkin lebih dulu dari anda, karena ayah buta huruf tak sekolah, maka kehilangan jejak. Meskipun demikian, ayah selalu membawa catatan keluarga atau jiapu kepada orang pandai di Garut untuk ditambahkan kalau ada anak lahir. Sayang waktu mengungsi tahun 1947 tak terbawa,hanya tahu nama kabupaten saja tak tahu kampungnya di mana. Ketika saya ke Tiongkok pertama kali menjengukmertua yang kena PP10 dan tinggal di pertanian dekatXiamen.
Orang sana bilang, tak terlalu sulit mencari turunan, karena sne saya sedikit, dan hanya berkumpul di beberapa kampung tertentu, ia bisa mengantar untuk mencari. Tapi saya menolak, saya hanya seorang dosen,tak punya banyak uang, kalau datang biasanya memangorang semarga akan datang meminta sumbangan, minimal anda harus memperbaiki kelenteng leluhur, atau mendirikan sekolah, atau mengaspal jalan tanah ke kampung, waktu itu Tiongkok baru mulai reformasi, tidak seperti sekarang jalan tol malang melintang di mana-mana. Bahkan sudah nomor dua panjangnya di dunia hanya masih kalah oleh US saja.
Sayapun akhirnya tak menelusur leluhur lagi, biarlah, saya gunakan waktu kalau ada untuk menjelajahi seluruh Tiongkok, dan membantu siapa saja, terutama para murid yang harus berhenti sekolah karena tak bisa membayar uang sekolah. Saya anggap seluruh tanah Tiongkok adalah kampung halaman leluhur saya. Mungkin menghibur diri? Mungkin.
Liang U , 28770
FIGUR TERKENAL DARI MARGA ZHENG
1. Sammy Cheng , penyanyi dan bintang film populer Hong Kong ditahun 90an
2. akan terus di update seiring bertambahnya artikel
Budaya-Tionghoa.Net | ICCSG 2006
Terima kasih kisahnya, pak.
Semoga bapak sehat dan tentrem hidupnya.