Budaya-Tionghoa.Net | Raja terakhir Dinasti Shang, Di Xin [r 1075-1046SM] adalah merupakan seorang penguasa yang kejam, sebagaimana halnya Jie, raja terakhir Dinasti Xia.[1] Dengan tanpa memperdulikan kekacauan yang terjadi di negaranya, ia memerintahkan pembangunan istana dan taman-taman yang indah. Untuk menekan orang-orang yang tidak bersedia patuh padanya, dipergunakanlah alat-alat penyiksaan yang mengerikan, kekacauan di tengah masyarakat pun makin menjadi-jadi.Zhou, sebuah negeri di daerah perbatasanpun menjadi makin maju. Ia semakin bertambah kuat di bawah pemerintahan Raja Wen. [2]
|
Menurut Shi ji dan Zhushu jinian , Ji Chang alias Raja Wen dari Zhou , Zhou Wen Wang , 周文王 [1099-1050 SM] , hendak kembali ke lembah Sungai Fen tempat darimana leluhur mereka berasal[3], atau paling tidak , untuk membawa daerah itu kedalam kontrol militer . Di tahun 1053 SM , Raja Wen memimpin pasukan Zhou untuk ke selatan Shanxi dan menyerbu negara Li [atau dikenal juga sebagai Qi] yang terletak dikawasan modern Changzhi , Huguan Pass , ujung selatan pegunungan Taihang , yang merupakan pertahanan alami bagi ibukota Dinasti Shang .
Pasukan Zhou kemudian mengalahkan Yu yang terletak di Qinyang , sungai Qin yang merupakan sungai pendukung utama Sungai Huang He. Ini membawa ancaman bagi ibukota Anyang , hanya 100 km dari Timur . Dalam satu serangan lagi melawan benteng Chong , yang terletak di kawasan modern Luoyang , Raja Wen wafat setelah 15 tahun memimpin. Raja Wen meninggalkan 8 anak “langsung” dari istri utamanya.[4] Yang tertua bernama Fa 發 , melanjutkan suksesi kepemimpinan Zhou dan melanjutkan kampanye militer. Ji Fa kemudian disebut sebagai Raja Wu 周武王 .
Raja Wu membawa pasukan Zhou untuk mundur ke Mengjin 孟津县 , dimana secara tradisi dikatakan bahwa dia berjumpa dengan 800 pemimpin local. Raja Wu melintasi Huang He, tetapi dia membatalkan kampanye sebelum mendekati ibukota Shang. Atas nasehat Jiang Ziya 姜子牙 , Raja Wu menunda serangan dan mencari kesempatan yang tepat sambil memperkuat jaringan sekutu dan mengamankan tempat-tempat penyeberangan strategis di Sungai Huang He.
Dua tahun kemudian , di bulan pertama tahun 1045 SM , Raja Wu kembali memimpin pasukan Zhou dan sekutunya. Ada beberapa versi lain mengenai tahun peristiwa , yaitu 1122 SM dan 1027 SM (Li Feng , p37)
Menurut Shiji , jumlah personil yang dikerahkan adalah 45 ribu prajurit dan 300 chariot melintasi sungai Huang He,[5] memasuki kawasan selatan Shang yang memungkinkan bagi pasukan Zhou untuk jalan pintas melewati basis pertahanan Shang di pegunungan Taihang. Setelah lima hari , pasukan Zhou mencapai tempat yang disebut Muye 牧野之戰[6] . Dalam Perang Muye [1046 SM] , pada pagi hari jiazi[7], pasukan Shang berhadapan dengan pasukan Zhou . Pasukan mencapai kemenangan militer secara desisif.
Secara tradisi , Raja Shang , Di Xin mundur ke pavilion Lu Tai , memutuskan bunuh diri dengan membakar diri. Sekitar 100 kaum elit Shang ditangkap dan dieksekusi , dan yang lainnya di relokasi untuk membantu berdirinya Dinasti Zhou.
Menurut bab Shifu [Great Capture] dari Yi Zhou Shu [8], pasukan Zhou disisakan untuk berada di sekitar ibukota Shang selama dua bulan untuk membersihkan sisa perlawanan di kawasan tersebut dan mengamankan kesetiaan penguasa local. Setelah itu kembali ke ibukota mereka , Feng , yang sebelumnya didirikan Raja Wen sekitar 100 km disebelah timur Qishan sambil menundukkan sisa perlawanan di sepanjang jalan.
Raja Wu mendelegasikan wewenang kepada saudaranya , Guanshu Xian , Caishu Dud an Huoshu Chu untuk mengatur pemerintahan dari bekas domain Shang. Raja Wu juga menempatkan Zhou Gong Dan , senior lain setelah Guanshu Xian di ibukota Zhou sebagai kepala penasehat. Dengan struktur ini , Raja Wu membangun pemerintahan yang kuat dan tidak bisa diimbangi kekuatan lain selama dia hidup , sayangnya usianya tidak lama. Setelah dua tahun menguasai Shang , Raja Wu wafat.
[ Peta Tiongkok di masa Kampanye Zhou Menundukkan Shang , Courtesy The Cambridge of Ancient China]
REFERENSI :
- Li Feng , 2006 , “Landscape and Power in Early China : The Crisis and Fall of the Western Zhou , 1045-771BC “ , Cambridge University Press
- Loewe Michael . , Shaughnessy Edward., “The Cambridge History of Ancient China , From The Origins of Civilization to 221 SM” .
CATATAN KAKI
[1] http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/dinasti-xia/229-matahari-yang-tidak-mungkin-jatuh-runtuhnya-dinasti-xia-bag1-
[2] http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/the-history-of-zhou-dynasty/211-dinasti-zhou-1122-256-sm-dan-lahirnya-para-filosof-besar-ba1
[3] Asal usul masyarakat Zhou berasal dari Bin . Penelitian Quan Mu [1931] memberikan bukti bahwa Bin dari teks awal sama dengan fonetik “fen” .
[4] Anak langsung dari istri utamanya. Ada anak yang lain
[5] Shiji 4 , p121 [Nienhausser et al , eds , The Grand Scribe’s Records , vol I , p 60]
[6] Shaughnessy , “New” Evidence on the Zhou Conquest”, p 68-9
[7] http://web.budaya-tionghoa.net/perayaan-event/44-kalender-matahari-dan-kalender-bulan
[8] Shaughnessy , op.cit, p 57-61
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua