Budaya-Tionghoa.Net| Dalam bulan Maret 1974 sumber air dari irigasi pertanian di dekat Xi’an, Tiongkok , sembilan petani membuat satu penemuan arkeologis yang menakjubkan. Delapan ribu pasukan ukuran hidup dari para prajurit dan kuda di masa Qin Shi Huang ditemukan. Muncul pertanyaan menarik mengenai teka-teki pikmen sintetik berwarna ungu [“Chinese Purple”, “Han Purple] di sekujur prajurit terracota. Dan para “prajurit” kuno ini sekali lagi membantu ilmuwan dari National High Magnetic Field Laboratory untuk mengungkap kompleksitas misteri alam.
|
Prajurit-prajurit Terracotta itu sebenarnya memiliki warna , tidak berwarna seperti tanah seperti yang biasa kita lihat (Gambar 2) . Tetapi begitu digali dan bersentuhan dengan udara warna pigmennya menghilang. Akhirnya prajurit yang masih terkubur tidak digali sampai ditemukan teknologi yang lebih memungkinkan dimasa mendatang. Dahulu Jepang menawarkan teknologi penggalian dan reservasi yang lebih maju tapi mengajukan syarat bahwa setengah dari yang ditemukan harus menjadi milik Jepang dan untuk ini Tiongkok menampik dan memutuskan untuk menunggu teknologi terbaru yang mencukupi untuk melanjutkan penggalian.
[Foto Ilustrasi : Kevin Schoenmakers , “Fotografi Changan” , 2011]
Mengenai pigmen , sampai abad 19 sebagian besar pigmen didasarkan pada mineral berwarna dengan tiga pengecualian yang signifikan : Egyptian Blue [CaCuSi2O10], Chinese Blue [(BaCuSi2O10]/ Chinese Purple [BaCuSi2O6] dan Maya Blue. Dua yang sebelumnya adalah alkali tanah silikat tembaga dan karena kemiripan ini maka diduga bahwa pigmen Tiongkok berasal dari Egyptian Blue.
Anggapan ini bagaimanapun , meninggalkan banyak pertanyaan terbuka. Pertama , tidak mungkin bahwa ahli kimia Tiongkok bisa memperoleh teknologi ini sebelum pembukaan Jalur Sutera secara resmi [125 SM]. Beberapa sampel “Chinese Purple” berasal dari masa Zhanguo [Negara Berperang , Warring States, 479-221 SM] . Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk beralih dari teknologi berbasis Kalsium ke Barium, transfer teknologi ini , jika memang ada, harus terjadi sebelum masa Zhanguo. Tetapi jikapun telah terjadi hubungan antara Mesir dan Tiongkok, ini tidak menjelaskan alasan kenapa bangsa Tiongkok memutuskan untuk menggunakan Barium sebagai substitusi Kalsium dan menghadapi tantangan berkaitan dengan konsekuensi dengan meningkatnya temperatur sintesis. Masalah lainnya adalah tidak ada muatan Kalsium Egyptian Blue yang ditemukan di Tiongkok.
Dalam studi selanjutnya , biarpun ada kemiripan struktur dengan Egyptian Blue , struktur mikro dan tahapan distribusi gumpalan pigmen. Terlihat bahwa proses sintesis ini mirip dengan kaca berbahan Barium. Dari hasil kajian dan juga bukti arkeologis dapati disimpulkan bahwa teknologi sintesis untuk pigmen Tiongkok merupakan produk kaca dengan indeks refraktif tinggi [batu giok buatan] yang diciptakan oleh Taoist. Hilangnya pigmen Tiongkok dari seni Tiongkok bersamaan dengan meningkatnya pengaruh Confucianisme dan menurunnya pengaruh Taoisme di masa itu.
“Chinese Purple” ditemukan oleh Alkemis Tao sebagai produk sampingan dari yang semula ditujukan untuk mengembangkan sintesis kaca yang mengandung Barium. yang pada gilirannya diciptakan untuk membuat batu giok buatan. Senyawa Barium ditambahkan untuk meningkatkan indeks bias dari kaca, sehingga memberikan penampilan yang sama dengan batu giok. Pengembangan proses ini juga diuntungkan oleh dua teknologi yang berkembang baik di masa kuno seperti pembuatan perunggu [dengan menambahkan senyawa timbal untuk mengurangi suhu leleh] dan membuat tembikar.
Sungguh luar biasa bahwa tiga peradaban kuno , Mesir , Tiongkok dan Maya, menemukan pigmen biru secara independen. Evolusi “Chinese Purple juga merupakan contoh perubahan budaya di masyarakat yang mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi dimasa Tiongkok kuno.
Pigmen Chinese Purple ini memiliki keunikan saat diekspose kedalam medan magnet tinggi dan temperatur rendah , pigmen tersebut memasuki satu kondisi yang jarang teramati selama ini [Quantum Critical Point] dimana pigmen ini kehilangan satu dimensi dari 3D menjadi 2D[imensi].Reduksi dimensi dapat membantu menjelaskan misteri dari materi lain seperti superkonduktor bertemperature tinggi dan magnet metalik yang dikenal sebagai “heavy fermions” dalam kondisi mendekati temperature nol.
Manusia hidup dalam tiga dimensi , atas bawah , depan belakang , kanan kiri sebagai opsi. Gelombang suara eksis dalam tiga dimensi dan menyebar kesegala arah. Gelombang dalam dua dimensi terlihat seperti riak diatas permukaan kolam. Riak menyebar di permukaan saja.
Dalam eksperimen yang dilakukan di lab magnet DC Field Facility , Florida State University oleh Neil Harrison dari Pulsed Field Facility dan Suchitra Sebastian dari Stanford University, dan kolaborasi dengan satu tim ilmuwan , mengamati bahwa medan magnetik tinggi [diatas 23 Tesla] dan temperatur antara 1 sampai 3 derajat Kelvin , gelombang magnet dalam tiga dimensi kristal dari Chinese Purple “eksis” dalam dunia tiga dimensi. Dalam temperatur dibawah itu , mendekati limit kuantum , satu dimensi tidak lagi eksis dengan konsekuensi riak magnetik menyebar kedalam dua dimensi.
Gelombang magnet dalam pigmen eksis dalam satu kondisi unik materi yang disebut Bose-Einstein condensate [BEC]. Dalam kondisi BEC, gelombang individual kehilangan identitas mereka dan mengalami kondensasi kedalam satu gelombang magnet besar yang berombak-ombak. Pada saat temperature lebih rendah , gelombang magnet ini menjadi sensitif terhadap susunan vertical lapisan tembaga [Cu] yang bergeser satu sama lain kedalam satu fenomena yang disebut “geometrical frustation”. Ini membuat sulit bagi gelombang magnetik untuk eksis dimensi ketiga , atas dan bawah, dan berubah menjadi gelombang dua dimensi.
Ilmuwan mengharapkan bahwa informasi yang dikumpulkan tahap demi tahap dari Bose-Einstein condensate ini dapat membantu pembuatan instrumen yang sangat sensitif dan struktur mikro yang lebih kecil dari chip komputer.
Huang Dada
Budaya-Tionghoa.Net| Mailing-List Budaya Tionghua
- Science Daily , “Raiders Of The Lost Dimension: Understanding The Quantum Mechanics Of The Universe”. June 2, 2006
- Samir S Patel , “How Ancient Chinese Chemist Added Color to The Emperor Army”
Photo Credit : Samir S Patel