Budaya-Tionghoa.Net | Ada dua pertanyaan dari anggota mailing-list Budaya Tionghua. Pertama , apakah kutipan “Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina” memang ada dalam hadits?. Pertanyaan kedua , seperti apa Cina pada zaman Nabi Muhammad? Dinasti apa yang sedang berkuasa dan sebesar apa kekuasaan dinasti yang sedang berkuasa dan sebesar apa kekuasaan dinasti tersebut (dalam pengertian luas wilayah, dan kebudayaan).
|
Pertanyaan pertama saya serahkan kepada anggota milis yang muslim untuk menjawabnya.
Sedangkan untuk pertanyaan kedua : Nabi Muhammad SAW hidup tahun 571 – 632 M. D zaman itu, Dinasti Sui baru saja berdiri dan kemudian digantikan oleh Dinasti Tang. Cina telah dipersatukan di dalam satu kesatuan di zaman Qin tahun 221 SM. Itu makanya ada konsensus di antara sejarahwan bahwa kemerdekaan Cina itu telah sejak tahun 221 SM, bukan berdasarkan dinasti yang terakhir. Sejak zaman Dinasti Han, telah ada tertanamkan nasionalisme (Han-isme) di dalam benak orang Cina, bahwa bagaimanapun kacaunya Cina, tetap akan dipersatukan di bawah dinasti yang baru. Ini sesuai dengan kata pengantar novel Samkok yang ditulis Luo Guanzhong, “he jiu bi fen, fen jiu bi he” yang memang merupakan gambaran keadaan politik di Cina dari sejak 2000 tahun yang lalu. Semua yang berperang menyadari bahwa siapapun yang menang, mereka hanya akan meletakkan sebuah zaman baru di dalam darma meneruskan sejarah Cina, bukan menuliskan sejarah negara yang baru pula.
“he jiu bi fen, fen jiu bi he” sendiri arti harfiahnya adalah “tercerai setelah lama bersatu, bersatu kembali setelah lama tercerai”.
Saya kira, Nabi Muhammad SAW tidak mungkin tak tahu ada Jalan Sutra yang sudah mulai ada sejak zaman Han. Di zaman sebelum Nabi Muhammad SAW hidup, hanya ada dua negara adikuasa di dunia, yaitu Cina (Han) dan Roma. Jalan sutra menghubungkan kedua negara adikuasa ini, dan Arab Persia adalah sebuah hub perdagangan. Orang2 Arab dan Persia yang memang pintar berdagang membeli komoditi ke Roma dan Cina untuk kemudian diperdagangkan di Roma dan Cina pula. Sederhananya, orang Roma dan Cina tak pernah bertemu muka, namun masing2 punya barang orang lain di rumah mereka karena ada orang Arab Persia yang menjajakan barang dagangan dari rumah ke rumah. Hubungan Roma dengan Han waktu itu juga mesra, dengan adanya catatan literatur tentang kedatangan diplomat Roma ke Cina. Walau setelah itu, ada beberapa kali invasi Rome (Byzantine) ke wilayah Cina. National Geographic pernah menayangkan acara berkaitan dengan penelitian adanya keturunan orang Roma di Xinjiang dan Gansu yang dipercaya sebagai keturunan prajurit Roma yang ditawan oleh prajurit Cina.
Hubungan Arab Persia dan Cina memang baik sebelum dan sesudah kehidupan Nabi Muhammad SAW, kira2 dapat diberikan batas, sebelum Nabi Muhammad SAW, hubungan Arab Persia dan Cina melalui jalur darat Jalan Sutra, sepeninggal Nabi Muhammad SAW orang Arab mulai melaut dan banyak berdomisili di propinsi2 tenggara Cina. Sampai sekarang, jangan terkejut kalau banyak keturunan Arab di provinsi Fujian dan Guangdong.
Dari sini, bila ingin menggunakan logika, memang tidak heran bila Nabi Muhammad SAW menyinggung Cina di dalam kehidupannya, karena Cina memang lebih kurang menjadi pusat peradaban di Timur waktu itu, sedangkan Roma di Barat.
Namun, terakhir dari saya sendiri. Tidak ada gunanya meributkan masalah haditz Nabi ini karena tafsiran orang yang memang mungkin berbeda2. Bagi saya, tidak usah meributkan apakah “Cina” di sana benar2 me-refer kepada Cina yang kita kenal, karena bila bertanya ke saya, mungkin saja akan saya tafsirkan sebagai anjuran Nabi supaya seseorang itu tidak seperti katak di bawah tempurung, tak punya pandangan luas.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Arsip Mailing-List Budaya Tionghua Bulan Desember 2009