Budaya-Tionghoa.Net | Menurut saya Kwitang berasal dari frasa “Gnuidang” yakni nama propinsi Guangdong dalam lafal Hokkian logat Ciangciu/Zhangzhou, logat Hokkian yang paling banyak dipakai di Jawa.
|
Dalam logat Emui/Xiamen, lafalnya adalah Gngdang. Sulit diterima “dongeng” bahwa Kwitang dianggap berasal nama seorang tuan tanah bernama “Kwik Tang Kiam”, karena di Batavia dan Jabar tidak ada marga Kwik, yang ada adalah Kwee, misalnya Luitenant der Chineezen Kwee Hoen Khoa/Guo Xun Guan, yang menurut Khaij Pa Lek Taij Soe Kie (Sejarah Pembangunan Batavia), merupakan pendiri Kelenteng Kim Tek Ie pada 1650. Marga Kwik adanya di Jawa Tengah, Kwik Kian Gie, misalnya, yang keluarganya berasal dari Lasem (?) yang pindah ke Semarang.
Seingat saya tidak pernah kita temui kasus bahwa nama tuan tanah dijadikan nama tempat. Di Residentie Batavia dan sekitarnya doeloe banyak sekali tanah partikulir, yang dijual Daendels kepada orang Eropa, Tionghoa, dan Arab, tidak ada satu pun yang kita ketahui memakai nama tuan-tanah sebagai namanya.
Sehubungan dengan hal ini saya jadi teringat akan “dongeng” yang pernah beredar tentang asal-muasal Wayang Cokek, penari profesional dalam suatu pertunjukan Gambang Kromong, semacam doger, ronggeng, tledhek dalam budaya Sunda-Jawa. “Dongeng” ini sampai pernah masuk koran terkemuka (saya lupa tanggalnya).
Menurut “dongeng” ini Wayang Cokek ini katanya berasal dari nama tuan tanah Mauk, kini sebuah kecamatan di kabupaten Tangerang, Banten, yang bernama Tan Sio Kek, yang mempunyai rombongan penari perempuan sebagi anak buahnya.
Nah, karena tuannya bernama Tan Sio Kek, maka anak buahnya kemudian disebut Wayang Cokek, bla bla bla… Padahal istilah Wayang Cokek menurut penelitian saya berasal dari kata Wayang dan Cokek.
Wayang artinya Anak Wayang (Artis) dalam bahasa Melayu (sekarang masih dipakai di Malaysia dan Singapura), sedangkan Cokek dari frasa Hokkian Chioo-khek, yang artinya “menyanyi”.
Jadi sama sekali tak ada hubungannya dengan Tan Sio Kek segala rupa (siapa pula tuh?) dan tak ada hubungannya dengan Tangerang, apalagi dengan Mauk. Begitu pula tentang anak “Kwik Tang Kiam” yang katanya suka berjudi dan mabok, bla bla bla…! Entah dari mana si pembuat “dongeng” ngawur ini mendapatkan idenya.
Kiongchiu, DK
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua