Budaya-Tionghoa.Net | Asmaraman Sukowati Kho atau Kho Ping Ho [1926-1994] alias Xu Pinghe adalah penulis cerita silat yang sangat populer di Indonesia. Penggemarnya berasal dari beragam latar belakang , lintas generasi dan lintas etnis.
|
Dengan gaya tulisan yang sederhana , mudah dimengerti bertaburan kata mutiara dan kepiawaian Kho dalam membangun rasa penasaran pembacanya dengan gusar meneruskan membaca hingga titik koma terakhir untuk membunuh rasa penasaran.
Penulis yang sangat produktif juga sukses secara finansial. Dengan 400 judul cerita dengan latar belakang Tiongkok dan 50 kisah dari latar belakang kultur Jawa , Kho mendapat penghasilan setara dengan 20 gaji pegawai negri pada masanya.[1]
Karya Kho Ping Hoo adalah karya original bukan karya terjemahan karena beliau tidak bisa berbahasa Tionghoa. Dia adalah pengarang asli atau original tidak seperti karya terjemahan seperti OKT , Boe Beng Tjoe , Gan KL , Gan KH dan sebagainya.
Walau demikian karya Kho sudah terlanjur dianggap sebagai “Cerita Silat Cina” karena hampir sebagian besar karya Kho berlatar belakang Sejarah Tiongkok.
Karena keterbatasan pengetahuan akan bahasa , sejarah dan kondisi geografis Tiongkok , Kho gagal mengulang sukses Karl May dalam serial Winnetou-nya yang lebih presisi walaupun Karl May belum pernah mengunjungi tempat yang menjadi latar bagi kisahnya.
Karya Kho juga mengandung kesalahan geografis yang fatal saat menyebutkan satu tokoh dalam kisahnya pergi dari kota satu ke kota yang lain hanya dalam sekian jam.
Padahal kenyataannya dua kota yang dikisahkan itu terpisah ribuan lie jauhnya sehingga tidak mungkin ditempuh dalam beberapa jam saja.[2]
Berbeda dengan karya Jin Yong dan Liang Yusheng yang karyanya banyak diterjemahkan dimana latar belakang kisahnya berdasarkan nama-nama tempat yang benar ada dan kondisi iklim yang sama dengan cerita. Jadi , biarpun fiktif , karya Jin Yong memiliki latar belakang sejarah , budaya , tempat , geografis yang lebih presisi. [3][4]
Biar bagaimanapun kekurangan dari karya-karya Kho , Gan Kok Liong memuji Kho Ping Hoo sebagai berikut :
Ia lebih hebat dari saya . Ia tidak bisa membaca aksara Tionghoa, tetapi imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Ceritanya asli dan khas dan sangat sulit ditandingi. Ide-idenya besar , nafas ceritanya panjang. Ia seperti tidak kehabisan bahan. Latar yang ia bangun dan ciptakan pun kuat.[5]
Kho Pinghoo lahir pada tanggal 17 Agustus 1926 di Sragen Jawa Tengah. Sebagai peranakan Tionghoa yang terhitung miskin dan hidup di kota kecil , ia hanya menyelesaikan pendidikan kelas 1 HIS [Hollandsche Inlandsche School] .
Minatnya membaca yang tinggi didorong keinginan mengungkapkan gagasan membuat Kho mulai menulis. Karya pertamanya berupa cerita pendek yang dimuat di majalah terbesar pada saat itu , Star Weekly.
Karya paling populer Kho Ping Hoo adalah serial “Bu Kek Sian Su” dan serial “Pedang Kayu Harum”. Selain itu Kho Ping Hoo juga melahirkan karya dengan latar belakang kebudayaan Jawa seperti “Darah Mengalir di Borobudur” yang sempat diangkat menjadi sandiwara radio sebagai tandingan dari “Saur Sepuh” dan “Tutur Tinular”
Referensi :
1. 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia , 2005 , Penerbit Narasi
2. Arsip Budaya Tionghua no 45829
3. Arsip Budaya Tionghua no 45826
4. Arsip Budaya Tionghua no 38014
5. Aulia Muhammad , “Bayang Baur Sejarah” , 2003
Budaya-Tionghoa.Net |