Budaya-Tionghoa.Net | Serial Samkok sudah beberapa kali ditayangkan di TV di sini [red , Taiwan] . Saya selalu melihat bila ada kesempatan. Malam ini, kebetulan sampai pada serial yang mengisahkan Zhuge Liang meminjam angin tenggara dalam peperangan Chibi. Dikisahkan bahwa Zhou Yu ingin menggunakan serangan api untuk membakar armada Cao Cao di tepi utara Sungai Panjang tepatnya di Sanjiangkou, namun serangan api perlu angin tenggara.
|
Karena angin tenggara tidak datang, Zhou jatuh sakit. Zhuge Liang kemudian datang dan menawarkan obat untuk Zhou Yu, obat yang dimaksud oleh Zhuge Liang adalah ia akan meminjam angin tenggara buat Zhou Yu untuk melancarkan serangan api ke kubu Cao Cao. Zhuge Liang kemudian mengadakan upacara meminta (meminjam) angin tenggara, beberapa saat kemudian angin tenggara benar datang dan Zhou Yu berhasil membakar armada Cao Cao lewat Huang Gai yang pura2 menyerah kepada Cao Cao.
Ini adalah kisah di dalam Sanguo Yanyi, namun kisah sejarah aslinya tidak sepenuhnya demikian. Di dalam sejarah asli, tidak ada masalah tentang angin tenggara. Luo memang sengaja menambahkan tentang angin tenggara di novel karena perang Chibi berlangsung di musim dingin. Musim dingin di Tiongkok biasanya akan berhembus angin barat laut ataupun utara. Jadi, sama sekali mustahil bila ingin mengharapkan angin tenggara berhembus. Ini memang menarik karena masuk akal mengingat armada Zhou Yu harus berangkat dari tepi selatan Sungai Panjang sedangkan armada Cao Cao berada di tepi utara Sungai Panjang.
Namun, saya ingin menganalisis kisah sejarah yang sebenarnya, di mana peranan angin tenggara sama sekali tidak disinggung sebagai faktor keberhasilan taktik Zhou Yu untuk membakar armada Cao Cao. Saya percaya angin tenggara tidak punya peranan sama sekali dalam kenyataan sebenarnya karena ditinjau dari lokasi armada Zhou Yu di tepi selatan waktu itu dan Sanjiangkou di utara, maka armada Zhou Yu sama sekali tidak membutuhkan angin tenggara. Sanjiangkou itu walau letaknya di tepi utara sungai, namun sebenarnya menghadap ke sebelah barat, karena Sungai Panjang di daerah tersebut membelok ke selatan. Jadi, mudah saja bagi Zhou Yu untuk menyerang Cao Cao, armada Huang Gai cukup menyusuri sesuai arus sungai dan sisanya serahkan kepada angin. Karena di musim dingin, selalu saja ada udara bertekanan tinggi di pedalaman Tiongkok, saban hari pasti ada angin kencang berhembus dari barat laut. Untuk mengobarkan api, angin dari mana saja sama artinya, karena angin membantu pembakaran meluas secara cepat dalam arti tidak harus angin tenggara baru akan dapat mengobarkan api.
Jadi, peristiwa Zhuge Liang mengadakan upacara meminjam angin itu sebenarnya tidak ada sama sekali karena memang tidak perlu. Lagipula Cao Cao sebenarnya memang ditakdirkan untuk kalah dalam perang air ini, karena tentara Cao Cao dari utara mahir berkuda namun tidak mahir berperang di air. Jadi, bukan tandingan Zhou Yu yang mahir berperang di air. Kalau ada yang bilang mengapa Cao Cao bisa memang melawan Yuan Shao di Guandu yang juga berada di tepi Sungai Kuning. Itu karena Yuan Shao memang pemimpin yang tidak becus.Menurut komposisi sejarah dalam cerita Samkok, sekarang ini mayoritas berpendapat bahwa komposisi fakta sejarah dan bumbu cerita fiksi di dalam Samkok adalah 70% : 30%.
Saya juga berpendapat demikian, karena Luo menyusun buku Samkok mengacu kepada sejarah sebenarnya. Jadi, bagian sejarah yang ia utak-atik sangat sedikit. Dari pengertian saya sesudah membaca cerita ini, saya merasa prinsip Luo Guanzhong dalam menyusun cerita Samkok adalah sedapat mungkin tidak mengurangi fakta sejarah, sedikit mengubah dan banyak menambahkan.
Dalam beberapa bagian peristiwa, Luo memang sangat kelihatan mendukung secara sepihak Liu Bei karena Luo merasa Liu Bei lebih memiliki legitimasi meneruskan Dinasti Han yang pecah menjadi 3 negara. Liu Bei juga memiliki darah biru karena masih keturunan salah seorang raja. Sedangkan, Cao Cao digambarkan sebagai orang jahat di dalam ceritanya itu. Padahal bila ditinjau dari sejarah, maka sejarah meletakkan legitimasi pada Cao Cao walau keluarga Cao Cao tidak menang pada akhir cerita. Namun, Luo pada akhirnya juga menaati fakta sejarah, bahwa Liu Bei akan kalah.
Kalau Samkok itu cerita fiksi, maka Luo boleh saja menuliskan ending yang bagus untuk Liu Bei misalnya, Shu Han berhasil mempersatukan kembali Tiongkok yang terpecah setelah Cao Cao meninggal. Kesimpulannya, Samkok sendiri bukan cerita fiksi, cuma sebagian peristiwa di dalamnya, ditambahkan oleh Luo sedapat mungkin dengan tidak mengubah alur cerita dan garis besar peristiwa sebenarnya.
RINTO JIANG
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa