Budaya-Tionghoa.Net | Di Barat , di masa lampau, konsep langit begitu sempurna sehingga Bintik Matahari [Sun Spot] menjadi sesuatu yang mustahal. Jikapun ada noktah di keagungan Matahari itu kemudian di interpretasikan sebagai singgahnya planet Merkurius dan Venus untuk kemudian berlalu kembali mengarungi sang waktu.
|
Bangsa Tiongkok di masa lampau juga pada awalnya tidak luput dari teori kesempurnaan surgawi . Ketika bintik Matahari cukup besar untuk diamati , para naturalis Tiongkok kemudian mengamati fenomena alam. Gan De yang hidup di abad 4 SM di negara Qi dan dua rekan kontemporernya , Shi Shen 石申 dari negara Wei dan Wu Xian , dalam katalog bintang. Karya mereka ini bisa dibandingkan dengan karya Yunani yang muncul dua abad kemudian , Hipparchos [190 -120 SM].
Gan De 甘德 [364 SM] merujuk bintik Matahari ketika dia berbicara tentang fenomena Gerhana Matahari dimulai dari tengah matahari dan kemudian menyebar keseluruh permukaan. Tentu saja Gan De tidak tepat , tapi tetap dihargai sebagai orang pertama yang memperhatikan fenomena alam yang langka tersebut. Selain mengamati Matahari , Gan De juga mengamati lima planet utama.
Dalam “The Ocean of Jade” di tahun 165 SM di sebutkan munculnya fenomena matahari berupa karakter “Wang” . Tidak seperti bintik matahari , fenomena matahari ini seperti garis atau bar dari atas ke bawah. Astronomer , DJ Schoove menerima pengamatan ini sebagai pencatatan presisi awal mengenai kemunculan bintik matahari. Catatan kekaisaran menyebutkan fenomena matahari berikutnya di tahun 28 M.Tanpa teleskop ,bagaimana fenomena ini bisa diamati? Belum ada jawaban definitif ,tetapi diduga bahwa perkembangan lensa di Tiongkok pada masa itu menggunakan bahan Dark Quartz yang memungkinkan pengamatan yang lebih presisi pada masa itu. [1]
Pengamatan sistematik di Tiongkok mengenai bintik Matahari baru dimulai di abad 4 M.
Kendala penelitian lanjutan adalah hilangnya dokumen-dokumen penting untuk menghadirkan informasi yang lebih akurat , termasuk rusaknya karya tulis naturalis Zou Yan 鄒衍/邹衍 [305-240SM] , filsuf alam yang memasukan pengamatan matahari sebagai bagian dari kurikulum di sekolahnya. Seandainya tulisan Zhou Yan dapat diperbaiki dari kuburan Han , tidak saja bidang astronomi yang terungkap melainkan karya lainnya soal traditional Chinese medicine [TCM] , akan menambah pemahaman baru mengenai kondisi keilmuan di Tiongkok pada masa itu.
Di Barat , dipercaya bahwa Galileo menjadi orang pertama yang menemukan dengan bantuan teleskop-nya. Tetapi ada catatan lain dalam “Life of Charlemagne” di sekitar tahun 807 M , yang menjelaskan fenomena matahari tersebut . Bangsa Arab , melalui Abu al Fadl Ja’far ibn al-Muqtaf’i di tahun 840 M dan Ibn Rushd di tahun 1196 kemudian kembali diteruskan oleh pengamat di Italia. Kembali ke masa Galileo , ada sengketa penemuan di Eropa bahwa seorang Jesuit , Christopher Scheiner di Belanda , Fabricius di Jerman , dan Thomas Hariot di Inggris telah melihat bintik matahari sebelum Galileo menemukannya.
Joseph Needham telah menghitung bahwa pengamatan bintik matahari dalam sejarah resmi Tiongkok diantara 28 SM – 1683 M , berjumlah 112 pengamatan. Selain itu juga terdapat ratusan informasi tentang bintik Matahari dari literatur Tiongkok lainnya. Permasalahannya adalah dibutuhkan stamina dan waktu untuk mengumpulkan sekian banyak tradisi tertulis di Tiongkok yang panjang.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa |
[Photo Credit : SiriusB , “Ocular projection of the sun with large sunspots using a spotting scope (50mm diameter, 45x magnification) and a sheet of paper approx. 30 cm from the ocular. The apparent granulation is due to that of the paper rather than the photospheric granulation. The middle-edge-variation is clearly visible, but may by somewhat overemphasized by slightly inhomogeneous illumination of the projection” , 22 Juli 2004 , GNU Free]
REFERENSI : :
- ” The Genius of China , 3000 Years of Science Discovery and Invention”, 2007
- The Observation of Sunspots“. UNESCO
- Jan Kyrre Berg Olsen , Stig Andur Pedersen , Vincent Hendricks , “A Companion to the Philosophy of Technology”