AKSI AKSI PRO INDONESIA
Seorang pengacara, Mr. Ko Siok Hie, giat melakukan berbagai aktivitas pro-Republik.[19] Ketika banyak gerilyawan Indonesia ditangkap dan diadili Belanda pada saat Yogyakarta diduduki, Mr. Ko (bersama-sama dengan Mr. Soejoedi) menyelamatkan banyak jiwa mereka dari hukuman Belanda secara cuma-cuma. Selaku pengacara, beliau juga membela orang-orang yang tidak bersalah dari tuduhan Belanda, misalnya menyembunyikan senjata. Pada saat yang lain, Mr.Ko bertindak selaku penghubung logistik antara pihak Indonesia dengan Tionghoa. Dalam suatu kesempatan, dua pejabat Republik, Mr.Soemanang dan Mr.Soetopo menghimbau kepada komunitas Tionghoa Yogyakarta supaya membantu penyediaan logistik bagi para pemuda pejuang. Mr.Ko –selaku konseptornya– lalu mempersiapkan “kue keranjang”, suatu jenis makanan tradisional Tionghoa yang bisa tahan lama. Di saat pertama kali telah diproduksi sebanyak 10 kuintal “kue keranjang”. Agen distribusinya adalah anak-anak kecil.
Dr. Sim Ki Ay, yang merupakan salah satu tokoh utama Chung Hua Hui (kelompok elit Tionghoa pro-Belanda) dari masa kolonial. Akan tetapi pada zaman revolusi beliau bersimpati pada perjuangan Republik. Dr Sim terpilih untuk menjadi salah seorang penasehat delegasi Republik Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.[20] Beliau juga dikenal sebagai dokter yang ikut memelihara kesehatan tokoh-tokoh puncak Republik, seperti Sultan Hamengku Buwono IX dan Jenderal Sudirman. Dalam kapasitasnya selaku dokter pribadi Sultan, beliau juga bertindak selaku penghubung antara Sultan dengan komunitas Tionghoa.
Selain berbagai jenis bantuan tadi, tidak ketinggalan pula muncul dukungan sumber daya manusia. Ketika dibuka pendaftaran anggota GEMPAR (Gerakan Untuk Makmurnya dan Patuhnya Rakyat) atas inisiatif pemerintah,[21] pemuda-pemuda dari kalangan Tionghoa tidak ketinggalan ikut pula mendaftarkan dirinya. Menurut penuturan seorang Tionghoa yang pernah bergabung dengan GEMPAR,[22] ia dididik selama 40 hari di Gedung Agung Yogyakarta. Beberapa mata pelajaran yang diberikan adalah: “Tata Negara” oleh Bung Karno; “Ekonomi Nasional” oleh Bung Hatta dan “Penerangan” oleh Mr. Soemanang, Kordinator pendidikan dipegang oleh Winoto Danuasmoro. Sebanyak 600 orang anggota telah terdaftar, kemudian mereka dibagi ke dalam berbagai regu yang disebarkan ke seluruh Jawa.