SUMBER :
- Sam Setyautama, Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008)
- Eddy Sadeli et al., Sumbangsih Warga Tionghoa untuk Tanah-Air Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tionghoa di Indonesia, 2003).
- Junus Jahja, Peranakan Idealis dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002)
- Nyoto, Kim Teng: Dari Pejuang Hingga Kedai Kopi (Pekanbaru: Unri Press, 2002)
- Han Nan-tjou, “Renungan dari Djauh”, Tiongkok Rakjat: Menjambut Dwidasawarsa RI, no. 8 (1965), h. 35-37
CATATAN KAKI:
[1]“Tjamboek Berdoeri” (alias Kwee Thiam Tjing), Indonesia dalem Api dan Bara. Editor: Stanley dan Arief W. Djati. Jakarta: Elkasa, 2004 (terbitan asli tahun 1947).
[2] Kajian mengenai golongan Tionghoa dalam masa Jepang belum banyak dilakukan. Pengantar terbaik adalah tulisan Twang Peck-yang, The Chinese Business Élite in Indonesia and the Transtition to Independence 1940-1950 (Kuala Lumpur: Oxford, 1998) Untuk konteks Yogyakarta lihat tulisan-tulisan Didi Kwartanada, “Chinese Leadership and Organization in Yogyakarta during the Japanese Occupation”, dalam Paul Kratoska (ed.), Southeast Asian Minorities in the Wartime Japanese Empire (London: RoutledgeCurzon, 2002), h.65-80; “Competition, Patriotism and Collaboration: The Chinese Businessmen in Yogyakarta between the 1930s and 1945”, Journal of Southeast Asian Studies, 33 (2002), 2, h. 257-277
[3] Diringkas dari Mary Somers Heidhues, “Bystanders, Participants, Victims: The Chinese in Java and West Kalimantan, 1945-46”, paper pada konferensi “Changing Regimes and Shifting Loyalties: Identity and Violence in the Early Revolution of Indonesia”, Amsterdam, NIOD, 25-27 Juni 2003., h. 16. Terimakasih kepada Ibu Mary yang telah mengijinkan penulis untuk mengutip makalah tersebut.
[4] Paparan singkat mengenai politik resinifikasi Jepang, lihat dua tulisan Didi Kwartanada, ‘Minoritas Tionghoa dan Fasisme Jepang; Jawa 1942-1945’, dalam Penguasa Ekonomi dan Siasat Pengusaha Tionghoa (Yogyakarta; Kanisius-Realino. Cetakan ke-4, 2001), h..24-41; serta ‘The Road to Resinification: Education for the Chinese during the Japanese Occupation’, dalam Peter Post et al. (ed), Encyclopaedia of Indonesia in the Pacific War (Leiden: E.J. Brill, 2010), h. 327-333.
[5] Abu Hanifah, Tales of a Revolution (Sydney: Angus and Robertson, 1972), h. 209, terjemahan bebas dan garis miring dari penulis.
[6] Biografi Liem Koen Hian terlengkap saat ini ada dalam Leo Suryadinata, Tokoh Tionghoa & Identitas Indonesia: dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), h. 63-90. Perlu diingat, bahwa Liem adalah mentor politik AR Baswedan, seorang tokoh pergerakan keturunan Arab, lihat juga tulisan Adaby Darban tentang hubungan mereka berdua dalam Nabil Forum ini.
[7] Arnold C. Brackman, Indonesian Communism: A History (New York: Praeger, 1963), h. 135.
[8] Dikutip dari Martin N. Marger, Race and Ethnic Relations: American and Global Perspectives. Edisi Kedua (Belmont: Wadsworth, 1994), h. 51-52. Terjemahan bebas dari penulis.
[9] Mengenai analisis teori ‘minoritas perantara’ dan relevansinya bagi golongan Tionghoa di Indonesia lihat Didi Kwartanada, ‘Perang Jawa (1825-1830) dan Implikasinya pada Hubungan Cina-Jawa’, pengantar untuk buku Peter Carey, Orang Cina, Bandar Tol, Candu dan Perang Jawa: Perubahan Persepsi tentang Cina 1755-1825 (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008) h. ix-xxxiiDari Ibu Liem sampai John Lie:
Sumbangsih Tionghoa di Masa Revolusi Kemerdekaan
Didi Kwartanada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.