Budaya-Tionghoa.Net | Ratu Ci Xi , Tsu Hie 慈禧太后 (1835~1908), adalah orang Manchu bermarga Yeh-he Na-la, merupakan selir Kaisar Xian Feng 咸豐帝 [ 1831–1861, berkuasa 1850 – 1861] yang meninggal pada usia muda. Setelah Kaisar Xian Feng wafat, ia kemudian memegang kekuasaan di balik layar karena Kaisar Tong Zhi 同治帝 [1856– 1875 , berkuasa 1861 – 1875] pada waktu naik tahta masih terlalu kecil. Baru naik tahta 14 tahun, Kaisar Tong Zhi meninggal sehingga tahta kekaisaran dialihkan ke Kaisar Guang Xu [1871–1908 , “berkuasa”1875 – 1908] yang pada waktu itu masih berumur 4 tahun. Alhasil Ratu Ci Xi berkuasa lagi di balik layar karena Kaisar masih terlalu kecil. Secara de facto , Ci Xi berkuasa selama hampir 47 tahun.
|
Ia adalah wanita paling berkuasa dalam sejarah perpolitikan Tiongkok. Pada masa pemerintahannya banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi seperti di antaranya Perang Jia Wu tahun 1894 di mana Dinasti Qing kalah perang dari Jepang. Jepang lalu memaksa Tiongkok menandatangani Perjanjian Ma Guan [Perjanjian Shimonoseki] yang menyebabkan Taiwan dan Pescadores harus diserahkan ke Jepang. Selain itu Tiongkok juga harus membayar pampasan perang sebesar 230 juta tael perak (kurang tahu sekarang berapa jumlahnya). Inilah salah satu faktor kemajuan pesat Jepang dan sebab mengapa Jepang memandang rendah orang Tiongkok.
Memang mayoritas orang akan merasa bahwa pernyataan perang koq dikeluarkan dari mulut seorang wali negara, ibu suri Cixi, namun sebenarnya pada masa tersebut, walau ada kaisar resmi namun kekuasaan yang sebenarnya dipegang oleh Ibu Suri Cixi. Ia memegang tampuk kekuasaan ini hampir 40 tahun sepeninggal Kaisar Xianfeng, suaminya.
Setelah Kaisar Xianfeng wafat, ia kemudian bersama seorang pangeran yang dekat dengannya mengadakan “kudeta” terhadap para kasim yang tidak suka kepadanya. Kasim yang tidak mendukungnya kemudian disingkirkan dan ia mendudukkan anaknya, Kaisar Tongzhi ke tahta kekaisaran. Karena waktu itu Kaisar Tongzhi barusan berumur 6 tahun, maka ibunya, Ibu Suri Cixi memegang kekuasaan de-facto dan Kaisar Tongzhi hanya sebagai kaisar di atas kertas (de-jure). Umur 18 tahun, Cixi menyerahkan kekuasaan kepada Kaisar Tongzhi, namun karena kaisar yang satu ini tidak berguna dan wafat pula karena sakit tahun berikutnya, Cixi kemudian memegang kekuasaan de-facto lagi.
Walau secara protokoler banyak sekali calon2 kaisar lain yang mampu, namun ia langsung memilih Kaisar Guangxu yang adalah anak dari seorang pangeran saudara kaisar Xianfeng. Mengapa Guangxu? Karena ibu kandung Guangxu adalah adik perempuan dari Cixi. Lalu, Guangxu naik tahta pada umur 4 tahun. Lagi2 Cixi “terpaksa” memegang kekuasaan de-facto dan memerintah Tiongkok. Sampai umur 19 tahun, Guangxu baru memegang sedikit kekuasaan, namun sayang setiap keputusan Guangxu harus tetap mendapatkan persetujuan dari Cixi. Guangxu itu walau punya kedudukan sebagai kaisar namun nasibnya tak lebih baik daripada seorang rakyat biasa. Sampai2 wanita yang dicintainya saja dibunuh oleh Cixi atas bantuan para kasim karena tak disukai Cixi. Sumur tempat dibunuhnya selir kesayangan Guangxu ini sampai sekarang masih dapat dilihat di kompleks Kota Terlarang di Beijing.
Jadi, inti yang ingin saya sampaikan adalah bahwa yang memegang kekuasaan de-facto adalah Ibu Suri Cixi sampai akhir hayatnya. Lamanya ia memegang kekuasaan adalah sejak 1862 – 1908. Cixi meninggal beberapa hari setelah Guangxu meninggal, namun sebelumnya ia juga masih tetap ingin “terpaksa” memerintah dengan mendudukkan Kaisar Puyi yang waktu itu juga baru masih 3 tahun ke tahta kekaisaran. Ia tak sempat memerintah di balik layar karena kematiannya yang mendadak sewaktu nonton opera Beijing.
Terus, pihak asing waktu itu mengetahui seluruh kekuasaan ada di Cixi, seluruh nota diplomatik diserahkan dan disetujui oleh Cixi. Karena pihak asing tidak suka akan gaya pemerintahannya, maka pihak asing secara terang2an mendukung Kaisar Guangxu dengan harapan dapat menjamin kepentingan pihak asing di Tiongkok.
Salah satu event terpenting dalam masa Ci Xi adalah peristiwa Boxer [Yi He Tuan] . Penyebab Boxer bisa meletus menjadi sebuah kerusuhan (pemberontakan kalau dari segi pandang Barat). Sasaran Boxer adalah terutama orang2 asing termasuklah misionaris, pedagang dan orang2 Tionghoa yang dianggap menjadi kaki tangan kekuatan asing di Tiongkok. Ada yang bilang Boxer adalah gerakan anti-Kristen, ini boleh saja disebut begitu karena memang ada unsur clash-agama di sana. Mengapa bisa begitu?
Pada awal para Boxer mengumumkan gerakan mereka melawan kekuatan asing, Maharatu Cixi sangat gembira dan mendukung gerakan ini. Ini dikarenakan Cixi sebenarnya sangat membenci kekuatan asing di Tiongkok, namun tidak berdaya menghadapi mereka dan ia berharap bahwa milisi Boxer ini dapat digunakan untuk melawan kekuatan Barat tadi. Boxer tidak seluruhnya berupa orang baik, banyak sekali preman2 yang bergabung dalam Boxer, mereka mendirikan perkumpulan2 yang mengadakan upacara shamanisme, memprovokasi rakyat setempat. Kaum terpelajar biasanya simpati terhadap organisasi ini, namun tidak berniat ikut di dalamnya. Mereka mendukung secara moriil dan materiil.
Pemerintah Qing (Maharatu Cixi) mendukung secara diam2 kegiatan ini, namun di pihak lain juga memerintahkan untuk melindungi para misionaris dan kepentingan asing di seluruh Tiongkok. Sampai pada pertengahan tahun 1900, pemerintah menyatakan dukungan terbuka (resmi) terhadap Boxer dan membatalkan seluruh perlindungan terhadap orang asing di pelosok Tiongkok. Orang2 asing seluruhnya mengungsi ke Beijing untuk mencari perlindungan ke kedubes masing2 negara. Waktu itu, Herbert Hoover, yang kemudian menjadi presiden AS tahun 1923-1933 juga terperangkap di Tianjin sebelum meloloskan diri ke Inggris. Di Beijing, diplomat Jerman dan Jepang terbunuh dalam peristiwa ini.
Dalam waktu bersamaan, Cixi yang bodoh dan tak cakap memerintah juga memaklumatkan perang terhadap seluruh kekuatan asing di Tiongkok. Militer Qing bersama Boxer mengusir seluruh orang asing dari Tiongkok. Ini menyebabkan kekuatan asing bersatu dan sepakat membentuk satu kekuatan dari 8 negara dan menyerang Beijing dalam 2 tahap. Tahap 1 terdiri dari 8000 pasukan Jepang , 3000 pasukan Inggris , 4800 pasukan Russia , 2100 pasukan Amerika Serikat , 800 pasukan Perancis , 60 pasukan Austria , 60 pasukan Italia . Tahap dua , pasukan sekutu mendapat tambahan 28000 pasukan Jerman [yang baru sampai] , 15000 pasukan Perancis , 7500 pasukan Amerika Serikat , 2000 pasukan Italia , 140 pasukan Austria, 26000 pasukan Russia , 26000 pasukan Inggris dan 600 pasukan Belgia yang datang terakhir.
Kekuatan seperti ini sangat cukup untuk melibas pemberontakan Boxer dan tentara Qing. Mereka merangsek sampai Beijing dan menguasai istana (Kota Terlarang) pada tanggal 15 Juli 1900. Cixi, Kaisar Guangxu dan pejabat istana mengungsi ke Xian.Semua ini menjadi begini karena tindakan gegabah Cixi, seorang yang cuma mahir akan intrik2 politik namun tidak mengerti pemerintahan.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa