Budaya-Tionghoa.Net| Di tahun 1975 , Tan Kim Nio [1914-1975] telah berpulang ke Maha Pencipta. Seorang peranakan Tionghoa dari ayah seorang Perancis dan ibu peranakan Tionghoa-Aceh, bekas satu “anak wayang” yang sudah keliling berbagi tempat di Indonesia bahkan sampai ke luar negri.
|
Di tahun 1920an , sandiwara keliling “Miss Riboet’s Orion” pimpinan Tio Tik Djin yang sangat terkenal sedang singgal di kota Surabaya dan terlihat seorang gadis penari dari Aceh yang berkulit putih bermata celi telah menarik perhatian satu penulis handal yang punya nama pena Monsieur d’Amour , alias Njoo Cheong Seng, maka bergabunglah Njoo Cheong Seng pada sandiwara Orion yang jelas disambut baik oleh Tio Tik Djin
Pada tahun 1927 , Tan Kim Nio resmi menjadi nyonya Monsieur d’Amour dan mulai saat itu nama Fifi Young melesat ke langit tinggi, sampai satu kali Njoo Cheong Seng berkata,”Setelah aku pandang kecantikanmu , rasanya aku butapun ikhlas”. Astaga! Ternyata ucapan Njoo Cheong Seng itu seperti terkabul tutur Fifi [yang lambat laun memang Njoo Cheong seng menjadi buta miopik kalau melihat jarak dekat].
Sekarang kita mau tuturkan asal muasal nama Fifi Young dimana Njoo Cheong Seng menceritakan seperti ini:”Njoo nama keturunan saya dalam dialek Hokkian dan menurut dialek Mandarin disebut Young. Dan saya punya bintang pujaan dari Perancis yang bernama Fifi d’Orsay dan diwaktu kita pacaran biasa kita memanggil dengan sebutan bintang yang sedang populer pada saat itu, begitupun saya selalu memanggil Kim Nio dengan panggilan Fifi.”
Rupanya nama Fifi belum cepat luntur , malah sebaliknya tetap berada dilangit , ini bisa dibuktikan dengan seruan populer yang ditujukan kepada Kim Nio yang untuk pertama kali diperkenalkan oleh Gubernur Selangor yang selalu berucap seperti ini :”One Two Three , we want FIFI !!”
Dan pada tahun 1937 , Fifi bersama suaminya dibantu oleh Henri L Duart membentuk rombongan sandiwara baru yang diberi nama “Fifi Young Pagoda” yang mendapat dukungan beberapa “anak wayang” terkenal saat itu. Demikian penuturan sandiwara keliling yang dilakonin Kim Nio bersama puterinya [Sally Young] dan disutradai oleh sang suami.
Bakat Kim Nio di dunia film terlihat pada film “Air Mata Ibu” dimana di film itu , Fifi berperan sebagai ibu tua yang memakai pakaian compang-camping dan rambut di cat putih , gigi di cat hitam dan Fifi sukses memerankan tokoh ibu tua itu. Perannya ini sangat dipuji oleh kalangan perfilman dan dikatakan sebagai seorang artis yang tidak pilih-pilih peran dan sangat profesional yang saat itu sulit dicari.
Setelah “Air Mata Ibu” , Kim Nio termasuk artis yang paling laris dan tidak kurang 200 judul film ia perankan baik untuk peran utama maupun peran kecil. Berapa besar honor bintang film ulung ini ? Fifi berkata “Saya tidak kolokan soal honor , saya tidak punya tarif , berapapun saya diberi oleh produser saya terima”.
Hampir tiga tahun Kim Nio menjanda dan hidup atas keringatnya sendiri, yang satu kali ia berkata,”Uang honor saya belikan emas diwaktu musim panen , adakalanya film sepi maka barang emas itu saya jual lagi untuk ongkos hidup.” tutur Kim Nio dengan suara khas yang merdu bercampur haru.
Terakhir kita bertemu Fifi di pekuburan Tionghoa di Kebon Nanas Jakarta Timur dimana ia sedang duduk kesal ditemani anak cucunya yang menunggu tampil didepan kamera pada pembuatan film “Mei Lan Aku Cinta Padamu”, dimana penduduk kampung berduyun-duyun sambil senyum dan berbisik, malah ada yang memanggil-manggil “Tante Fifi ….Tante Fifi”, Kim Nio yang dipanggil dengan muka letih masih bisa tersenyum dan berkata pada salah satu anak kampung tersebut “Tolong tante diambilkan air seember yah”
Tak lama dari itu seorang gadis cilik mendatangi dan serahkan air setimba, kemudian Fifi diantar ke pojokan kuburan buat mencari “lokasi” yang cocok untuk membuang air kecil. Karena awan sangat mendung dan cuaca dianggap tidak cocok buat shooting maka terpaksa ditunda untuk keesokan hari[*hmm sengsara sekali menjadi artis dijaman Kim Nio].
Dan film terakhir dari Kim Nio berjudul “Bagong Mujur” garapan sutradara Tjasmadi , produksi Sugar Indah Film, dimana Fifi bermain bersama Tan Tjeng Bok alias si Item dan bintang cilik Zainuddin.
Saat menyaksikan preview film itu , Fifi datang bersama cucunya, sambil bersalaman saya lihat wajahnya tampak pucat dan tubuhnyapun agak kurusan:”Saya baru sakit, badan saya cepat kurus belakangan ini, karena pengen mengetahui bagaimana saya main sama si Item”. Ternyata 10 hari setelah pertemuan , yakni 8 Januari 1975, Fifi tidak sadarkan diri dan langsung diangkut ke Rumah Sakit Liang Seng Ie [Husada] yang dekat dari rumahnya [Gang Komandan] dan semenjak itu Tan Kim Nio alias Fifi Young tidak melihat dunia pertunjukan lagi.
Itulah sepenggal kisah Fifi Young yang pernah harumkan dunia pertunjukan di negara ini , semoga akan muncul Kim Nio muda di masa yang sudah ada tidak ada halangan lagi bagi kaum Tionghua untuk berkarya mengunjukkan bakatnya dan supaya generasi berikutnya mengetahui bahwa dulunya kaum Tionghua pernah punya pendahulu yang hebat dalam dunia peran.
Rasanya sangat pantas bagi kaum muda untuk angkat kembali kisah yang sangat berliku dari seorang maestro dunia pertunjukan , Fifi Young, dimulai dari ia ikut sandiwara keliling “Miss Riboet Orion” , bertemu dengan Njoo Cheong “Monsieur d’Amour” Seng hingga akhir hayatnya di tahun 1975.
Hoedjin Tjamboek Berdoeri.
Catatan Admin : Tulisan ini disadur dalam ejaan baru dari tulisan asli dalam ejaan lama
- http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/tokoh-tionghoa/596-fifi-young-jang-koe-kenal-fifi-young-yang-ku-kenal
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/26629
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.