III Kendala Yang Muncul
- Masalah Yang Timbul Di Pihak Sekolah. Sesuai dengan naskah perjanjian antara kedua negara, pihak sekolah di Indonesia harus memenuhi berbagai kewajibannya, namun sampai saat ini pihak sekolah masih belum memenuhinya. Misalnya belum menyediakan antena parabola– selain itu televisinya juga rusak, belum menyediakan air conditioner (AC) , belum menyediakan surat kabar berbahasa Mandarin, serta tidak ada fasilitas asuransi dan lain- lain.
- Masalah Yang Dihadapi Keluarga . Sekitar tahun baru yang lalu, saya mendapat kabar buruk dari keluarga di Tiongkok, kakak perempuan saya yang tinggal di Kanada terserang penyakit kanker usus, dan disampingnya selain anak satu-satunya yang masih sekolah di sekolah menengah tidak ada anggota keluarga lain yang bisa diharapkan untuk bersandar. Sedangkan kedua orang tua saya juga sudah tua dan sakit-sakitan, selain itu masih harus merawat kakek berusia 80 tahun lebih yang sudah pikun dan lumpuh terbaring di tempat tidur. Di tengah kondisi seperti ini, saya juga sempat berpikir untuk mengajukan ijin pulang lebih awal untuk merawat kakak saya. Namun ditengah kebimbangan antara memikirkan kehormatan negara, tanggung jawab mengajar bahasa Mandarin, harapan dari sekolah induk saya, juga masa depan dari murid-murid kelas tiga yang akan lulus, akhirnya saya tetap membulatkan tekad untuk bertahan, tidak mengorbankan yang besar untuk hal yang lebih kecil, saya harus bertahan sampai kewajiban saya bisa tertunaikan sampai akhir. Meskipun didera masalah dan kesulitan bertubi-tubi, namun tidak sampai mempengaruhi performa saya untuk mengajar seperti biasa. Dari awal sampai akhir saya tetap bekerja sungguh-sungguh, hidup dengan kegembiraan.
IV. Prestasi Yang Diraih
Dari kondisi awal dimana saya sempat syok, lantas bisa menerima keadaan, kemudian sampai saat membahagiakan seperti sekarang ini, ini semua merupakan masa-masa dimana penderitaan dan kebahagiaan datang silih berganti. Untungnya saya tidak sampai menyerah / menundukkan kepala atas berbagai halangan / kesulitan, serta tidak sampai
kehilangan sifat periang dan terbuka saya, selain juga terus menerus berupaya meraih kemajuan.
- Bulan September tahun 2007 saat mengikuti acara selamat datang yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Republik Indonesia, saya mewakili guru relawan Tiongkok bersama Duta Besar Tiongkok Bapak Lan Lijun dan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Bapak Bambang Sudibyo bersama-sama melaksanakan acara serah terima.
- Awal bulan Desember tahun 2007 saya mewakili guru relawan Tiongkok mengikuti [ Konferensi Pendidikan Bahasa Mandarin Tingkat ASEAN Yang Ke-7 ] – suatu konferensi akbar yang dihadiri oleh delegasi / utusan dari seluruh negara-negara ASEAN, juga membuat jurnal tulisan untuk materi konferensi. Selain itu juga berbicara mewakili para guru relawan, semua ini juga mendapatkan perhatian luas serta memperoleh pandangan positif.
- Murid-murid kelas 3 semuanya lulus dengan gemilang mengikuti “Standar Ujian Nasional Kurikulum Bahasa Mandarin”, dan mereka sukses memasuki perguruan tinggi.
- Saya memikirkan, merancang, merencanakan, mengkoordinir, mengatur “Sarasehan Serta Dialog Budaya Tionghoa dan Indonesia” yang pada tanggal 24 Mei 2008 sukses dilaksanakan di SMAN 1 Turen – Kabupaten Malang. Melalui kegiatan ini, tidak hanya memperluas pengaruh budaya Tionghoa di wilayah ini, juga mempererat hubungan antara masyarakat Tionghoa dengan warga setempat, saling berkomunikasi, sebagai jembatan untuk saling membantu.
- Prestasi yang paling membuat saya merasa bangga yaitu suksesnya 8 orang murid yang giat belajar bahasa Mandarin meraih tiket masuk ke perguruan tinggi yaitu Universitas Widya Kartika di Surabaya serta Universitas Ma Chung di Malang dimana semua murid ini mendapatkan bea siswa penuh dari pihak Universitas. Cita-cita para murid ini adalah berkarir di bidang pendidikan bahasa Mandarin, setelah lulus kelak mereka akan kembali ke SMA Negeri 1 Turen untuk menjadi tenaga pengajar bahasa Mandarin. Ini semua selain meringankan beban ekonomi para murid tersebut, juga bisa memberikan prospek karir yang bagus bagi mereka, dapat dikatakan sekali rengkuh dayung dua pulau terlampaui.
- Disela-sela kesibukan mengajar, tak lupa untuk terus menulis, terus menerus membuat catatan tentang pengalaman mengajar dan perasaan kehidupan. Di Indonesia dimana ada 2 surat kabar berbahasa Mandarin besar yaitu (Guo Ji Ri Bao / International Daily News) terbitan Jakarta dan (Qian Dao Ri Bao / Harian Nusantara) terbitan Surabaya, saya telah menulis 12 artikel, dimana 6 artikel berkaitan dengan pengajaran bahasa Mandarin, 6 artikel yang lain berkaitan dengan kehidupan guru relawan Tiongkok, juga suka-duka dan perasaan selama bertugas di Indonesia.
- Merekomendasi hasil karya tulis siswa sebanyak 12 artikel, dimana semuanya juga telah dimuat di harian (Guo Ji Ri Bao) dan (Qian Dao Ri Bao). Di kalangan murid ini membangkitkan respons antusias, sehingga meningkatkan minat belajar bahasa Mandarin dan rasa percaya diri mereka.
Mengingat kembali masa mengajar sepanjang 1 tahun ini, saya sungguh bisa bernapas lega. Meskipun kesulitan dan masalah setiap saat bisa menghadang di depan kita tanpa bisa diprediksi, namun sejak awal saya tak pernah takut atau mundur. Karena “Menjadi Duta / Utusan Rakyat Yang Bisa Diandalkan” adalah cita-cita yang tertanam di dasar hati saya, adalah motto yang selalu tertanam di benak saya. Dengan mengatasi berbagai masalah dan kesulitan yang timbul, saya tidak hanya meningkatkan standar mengajar saya, melatih segenap kemampuan saya, juga terus-menerus mencari dan menciptakan peluang, meningkatkan dan mengembangkan lingkup pengaruh budaya Tionghoa.
Sebagai seorang guru relawan Tiongkok yang datang bertugas di Indonesia, adalah suatu keputusan yang seumur hidup tidak pernah saya sesali, malah sebaliknya merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan tertinggi dalam hidup saya. Saya telah mengerahkan segenap potensi dan kerja keras, sukses menunaikan tugas kehormatan sebagai guru relawan bahasa Mandarin, sebagai duta persahabatan Tiongkok dan Indonesia serta sebagai duta budaya Tionghoa, saya telah menunaikan sumbangsih saya.
Hao Lei
2008.5.26
Kata Mutiara : Harus bisa memberi tepuk tangan untuk diri sendiri, menyemangati diri sendiri dengan keberhasilan yang berturut-turut guna mempertinggi keyakinanmu, sekuat tenaga maju ke depan dari sinilah keberhasilan dapat diraih / dicapai.
Ungkapan perasaan guru relawan Tiongkok:
Terima kasih kepada diri sendiri yang telah memilih keputusan yang tepat, memilih menjadi seorang guru relawan yang terhormat ! Bila mengingat kembali masa setahun ini, saat sibuk, saat senggang, saat khawatir, saat bahagia dan lain-lain. Tak peduli betapa masa itu begitu menderita, sekarang yang terkenang semuanya adalah keramah-tamahan dan kehangatan. Beruntung diri sendiri sejak awal tidak ada rasa takut atau mundur, sejak awal tidak pernah berkecil hati. Saya tidak hanya mengembangkan budaya Tionghoa, juga menyampaikan misi persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia ! Pengalaman selama setahun ini merupakan harta tak ternilai yang takkan habis sepanjang hidup saya, suatu episode kehidupan yang selamanya menjadi kebanggaan saya. Kini dengan penuh kebanggaan saya bisa mengucapkan sepatah kalimat :
“Saya Adalah Duta / Utusan Rakyat Yang Terhormat !”
Dikutip dan diterjemahkan dari harian berbahasa Mandarin Qian Dao Ri Bao terbitan Surabaya edisi hari Sabtu tanggal 14 Juni 2008.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa [November 2008]
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.