Budaya-Tionghoa.Net | Kho Wan Gie [1908-1983] adalah salah satu tokoh pelukis komik legendaris dari kurun waktu 1930-1960an. Selain Kho Wan Gie , nama besar lainnya adalah ,Siauw Tik Kwie ,Lie Ay Poon, Kwik Ing Hoo , John Lo dan Kong Ong. Beliau mengawali dunia komik Indonesia dengan si Put On, lelaki Tionghoa gemuk bujang tua yang selalu gagal dalam masalah asmara. Tinggal bersama ibunya yang dipanggil Ne, dan dua adiknya; si Tong dan si Peng. Sedangkan sobat karibnya, A Liuk dan A Kong. Nona pujaannya, si Dortji.
Read more: Kho Wan Gie – Tokoh Perintis Komik Indonesia
Put On hanya pernah terbit di tiga media melayu Tionghoa yakni Koran Sin Po, Majalah Pantja Warna dan Harian Warta Bakti. Put On menemani sekitar 40 ribu pembacanya dari tahun 1930-1965. Kemudian setelah peristiwa G30 S nama Put On tidak pernah dipakai, tapi si pelukis sekaligus pengarang tetap bekarya dengan nama Sopoiku.
Put On bisa menjadi teman setia anak-anak. Seperti pengakuan salah satu member Budaya Tionghua , bahwa dia membaca komik tersebut di harian berbahasa Belanda “Java Bode”, sebuah harian yang didirikan di Batavia tahun 1582 oleh W. Bruining, L.J.A. Tollens and W.L. Ritter yang masih terbit awal 50an. Sangking lucunya , anak kecil pun bisa tertawa cekikikan.
Karya Put On memang didominasi dagelan yang memang mencerminkan keadaan aktual saat itu , seperti banjir , seputar budaya seperti capgomeh , sukarno dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan gambar-gambarnya juga mengikuti trend saat itu, misalnya fashion, model rambut gadis tionghoa waktu itu.
Selain penggambaran kondisi sosial budaya masyarakat Tionghoa waktu itu, sisi menarik lainnya adalah bahasanya yang khas Melayu Tionghoa. Kalau sudah diubah menjadi bahasa Indonesia, hilanglah jiwanya. Misalnya, bagaimana Put On memakai kata ganti orang pertama “owe” yang khas Peranakan kepada ‘Ne (ibu)-nya.
Bisa juga dilihat bagaimana dengan sengit sang ‘Ne suka memaki si Put On dengan kata-kata “Anak sambel!” Lalu si Put On sambil melarikan diri menjerit-jerit: “Aduh, ampun, ‘Ne, owe kaga berani lagi!” Anak sekarang rasanya tidak akan terima kalau dibilang begitu, tapi anak dulu oke-oke aja tuh, tanpa ada sakit hati terhadap orangtua! Memang lucu rasanya sih, anak sendiri koq dikatain “anak sambel!”
Put On, memang menarik karena menurut bu Myra Siddhartha , Put On merekam kehidupan penduduk Djakarta khususnya peranakan Tionghoa saat itu. Tak hanya itu, tokoh Kho Wan Gie juga merupakan tokoh yang sangat nasionalis walaupun beliau keturunan Tionghoa. Hal ini ditunjukkannya dengan kehadiran Put On yang tak pernah absen pada saat upacara 17 Agustus.
Dan yang menarik, pemuatan lagu Indonesia Raya karya WR Supratman di Harian Sin Po juga tak lepas dari jasanya. Menurut pihak keluarga, bahkan almarhum juga ikut berperan dalam penyusunan teks, sayang halini tidak pernah diungkapkan.
Menurut beliau, “Put On sebenarnya bukan nama China, melainkan nama permainan sejenis dam-dam-an dari bahasa Inggris.” Tak jadi soal karena kemudian si Put On yang awet membujang itu malah menjadi jauh lebih ngetop ketimbang pelukisnya.
Di usia tua, Oom Kho ganti nama jadi Sopoiku, kadang juga Soponyono. Terus membuat komik strip si Pengky di halaman belakang majalah Ria Film selama belasan tahun. Juga menerbitkan komik-komik lucu yang menjadi spesialisasinya seperti Nona A Go Go, Jali Tokcer, Si Lemot dan Agen Rahasia Bolong Jilu (013).
Kho Wan Gie meninggal dalam usia tua di rumahnya yang asri di kawasan Kebun Jeruk, Mangga Besar, Jakarta Kota.
*Dihimpun dari beberapa tulisan member Mailing List Budaya Tionghua
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghu
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.