Budaya-Tionghoa.Net| Miyamoto Musashi (宫本 武 蔵) lahir di sekitar masa akhir Oda Nobunaga , juga dikenal sebagai Shinmen Takezo, Miyamoto Bennosuke, atau oleh nama Buddha Niten Dōraku. Musashi adalah seorang ronin, seorang seniman pedang Jepang dan mengembangkan gaya sendiri.Secara keseluruhan , Musashi telah melakukan 60 duel dan tidak terkalahkan. Dia adalah pendiri Hyōhō Niten Ichi-ryu atau Niten-ryu gaya pedang dan penulis Kitab Lima Elemen – The Book Of Five Rings (五 轮 书, Go Rin No Sho), Sebuah buku mengenai strategi, taktik, dan filsafat yang masih di pelajari banyak orang hingga saat ini.
|
Musashi Miyamoto [1584-1645] menempuh karir pertarungan yang menakjubkan dan bahwa reruntuhan yang membuntuti kebangkitannya pasti sangat besar. Sebagian besar lawan tandingnya tewas atau cacat dan yang beruntung masih bisa bernafas , tetap hidup dengan rasa malu yang wajar. Namun jelas ia bukanlah seorang pembunuh berdarah dingin, melainkan seorang yang mengejar SENI sebagaimana orang lain di masanya dimana pertarungan melibatkan satu resiko yang mustahil diukur oleh satu perbandingan dimasa modern.
Seni bela diri di Jepang dan kelas militer memiliki hubungan dengan Buddhisme. Ada biksu ksatria di Nara pada periodeo Heian[794-1185] atau klan Hojo 北条氏 pada periode Kamakura[1185-1333] yang memperkuat diri dengan filsafat dan meditasi Zen dalam melawan penyerbu Mongol. Di masa Musashi hidup sendiri ada kumpulan biksu ahli tombak dari kuil Hozoin.
Sekte Zen sangat menarik bagi kelas ksatria. Dengan disiplin yang keras dan metode konsentrasi yang tidak rumit, penekanannya pada garis demarkasi hidup dan mati, dan penekanannya pada praktik dan tindakan yang melampaui argumen intelektual, sehingga Zen menjadi cocok untuk para ksatria yang mempertaruhkan nyawa mereka di garis depan melalui keputusan yang cepat dan intuitif. Para ksatria dengan kesadaran yang ala kadarnya tentang konsep Zen seperti muga [tanpa diri] dan munen [tanpa pikiran], telah banyak membantu mereka dalam menanggapi setiap situasi dan kondisi dengan tenang.
Musashi sendiri tampaknya dibesarkan dalam keluarga Buddhist dan kemungkinan besar melewatkan waktu cukup panjang dengan Honami Koetsu di kawasan seniman yang sebagian besar beraliran Nichiren semasa tinggal di Kyoto. Namun akhirnya ia membangun komitmen pada Zen. Ini bisa dipahami dari hubungannya dengan biksu-biksu Zen diwilayah Hosokawa di Kumamoto menjelang akhir hidupnya dan juga dari subjek seni seperti Bodhidharma dan Hotei.
Sebagai pribadi yang mengerti aksara dan suka meneliti , ada kemungkinan Musashi khusuk dengan teks-teks Buddhisme Zen sebagaimana yang dia tulis dalam konsep-konsep kehampaan dan tanpa-pikiran dalam Kitab Lima Lingkaran.
Favorit lain dalam daftar pustaka Zen yang senantiasa hadir dalam Kitab Lima Lingkaran adalah karya awal Tiongkok , Xinxinming 信心銘 [Shinjinmei dalam bahasa Jepang]. Kitab ini mengandung syair-syair panjang yang terdiri atas kaplet-kaplet pendek yang gampang diingat dan menekankan prinsip dasar Zen dibumbui dengan konsep-konsep Tao.
Rahib yang diberi penghargaan sebagai penulisnya adalah Sengcan 僧璨 , seorang patriark Zen [Chan] ketiga di Tiongkok. Konon ia meninggal sekitar tahun 606 M. Tidak dapat dipastikan kapan kitab itu masuk ke Jepang, tetapi kitab itu telah dibaca secara luas oleh para pengikut Zen sejak abad 13.
Beberapa contoh dari kaplet Hsinhsinming yang jumlahnya 146 cukup menunjukkan bagaimana pendekar itu telah meresapkan filsafatnya dan menjadikan seolah-olah miliknya sendiri.
Mencapai Jalan itu tidak sulit
cukup hindari mengambil dan memilih
Jika kau ingin melihat manifestasinya
jangan hidup dalam “ketertiban” atau “pengingkaran”
Konflik antara yang benar dan tidak benar,
Inilah yang membuat pikiran sakit
Dengan penegasan atau pengingkaran sekecil apapun
pikiran tersesat dalam kerumitan
Lepaskan, dan berbagai hal akan seperti adanya
esensinya tidak ada pada pergi atau tinggal
Jika pikiran tidak menciptakan perbedaan
semua hal persis seperti apa adanya
Pada akhirnya , pada dasarnya
berbagai hal tidak tergantung pada aturan
Tidak tinggal disini , tidak tinggal disana
sepuluh arah membentang didepan matamu
Satu hal adalah persis segala sesuatu
segala sesuatu adalah persis satu hal
Jika kau bisa seperti ini,
mengapa mengkhawatirkan apa yang tidak lengkap?
Hidup dan bertindak tanpa preferensi, menjaga pikiran agar senantiasa terbuka lebar, menerapkan prinsip yang sama terhadap semua Jalan, dan hidup tanpa penyesalan. Kitab Xinxinming pasti telah “berbicara” pada Musashi dan memperkuat apa yang telah ia alami dalam masalah-masalah intens dalam kehidupan sehari-hari. Memang meragukan apakah literatur Zen seperti itu dapat “mengajarkan” sesuatu pada Musashi tentang seninya. Namun bisa jadi literatur tersebut telah memberi Musashi suatu kerangka kerja yang mudah dipahami, dengan mana ia bisa menggarap konsep-konsep gelap dan tak bernama yang telah ia jadikan miliknya sendiri.
Dada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
REFERENSI :
William Scott Wilson,”The Lone Samurai, Kehidupan Miyamoto Musashi”, Gramedia Pustaka Utama , 2006