Budaya-Tionghoa.Net | Sebagaimana ajaran Confucius yang menekankan sifat Budiman dalam setiap kelakuan, sehingga dapat hidup secara bertanggung jawab terhadap masyarakat dan kehidupan, maka Lau Zi juga menekankan pentingnya sikap hidup Budiman. Lau Zi mengumpamakan seorang Budiman selayaknya air telaga yang dalam, dengan sifatnya yang tenang. Hati seorang Budiman yang lemah lembut, dapat dipercaya, jujur, tenang, bijaksana, dan senantiasa mengalah sehingga dimanapun seorang Budiman berada, dapat diterima oleh lingkungannya.
|
” Di manapun seorang Budiman berada, senantiasa dapat menyesuaikan dirinya. Hatinya senantiasa tenteram, bagaikan air telaga yang dasarnya dalam. Dalam pergaulan selalu mencurahkan cinta kasihnya. Bicaranya lemah lembut dan dapat dipercaya. Dengan hati yang tenang dan jujur, dapat menyelesaikan segala persoalan secara bijaksana dan sempurna. Semua tugas dapat diselesaikan dengan baik. Setiap gerakan dilakukan pada waktu yang tepat, karena senantiasa mengalah. ” (Tao Tee Cing VIII, 3).
Kalau Sang Buddha mengisyaratkan bahwa seorang pelaksana Dharma sejati, selalu bertindak sesuai dengan Dharma, dan tidak akan pernah terpisah dari Buddha dan AjaranNya (Dharma), maka Lau Zi mengatakan bahwa seorang Budiman selalu dapat bertindak sesuai dengan Tao dan melakukan pekerjaan sesuai pula dengan Tao, tegasnya dalam segala tingkah lakunya tidak pernah berpisah, meski hanya sekejap matapun dari Tao.
” Maka seorang Budiman dalam tingkah laku sehari-hari tidak terpisah dari Tao, bagaikan tentara yang bergerak maju tidak dapat terpisah dari perbekalannya.” (Tao Tee Cing XXVI, 3).
Lau Zi menjelaskan, bahwa seorang Budiman yang sesuai dengan Tao tidak pernah menonjolkan kebajikannya, sebaliknya orang yang masih rendah budi pekertinya, bila melakukan sedikit saja kebajikan, selalu dipamerkan,
dibangga-banggakan supaya mendapat pujian. Untuk itu seorang Budiman harus dapat menaklukan sifat ke-aku-annya, sehingga segala perbuatannya sesuai dengan Tao.
” Kebajikan luhur tidak dikenal sebagai kebajikan. Tetapi justru ini adalah kebajikan yang sejati. Kebajikan yang rendah terlihat nyata, akan tetapi justru karena kelihatan, maka bukanlah merupakan kebajikan yang sewajarnya.
Kebajikan luhur tanpa berbuat, namun tidak ada yang tidak dikerjakan olehnya. Kebajikan yang rendah dilakukan menurut sifat ke-aku-an, maka perbuatannya mempunyai maksud tertentu, yaitu pamrih.” (Tao Tee Cing XXXVIII, 1-4).
Seperti diungkapkan dalam ajaran Confucius, bahwa di empat penjuru lautan ini semuanya saudara, sehingga dunia dalam keadaan harmonis dan manusia hidup damai, demikian juga dengan ajaran Sang Buddha yang membawa perdamaian dunia dengan mengatakan, setiap orang memiliki benih Buddha, sehingga setiap orang akan memandang orang lain sebagai saudara sederajat yang memiliki sifat sama juga dengan dirinya, dengan demikian akan dapat dihindari sikap saling membenci dan iri hati. Maka Lau Zi mengungkapkan dengan jelas bahwa
seorang Budiman mengetahui, di dalam diri setiap orang tersembunyi sifat Tao, yang mempunyai sifat sama satu dengan lainnya, sehingga tidak membedakan di antara manusia dan memandang semua manusia adalah saudara dan mencurahkan cinta kasihnya tanpa membeda-bedakannya. Dengan memahami inti dari konsep ajaran-ajaran tersebut, maka dapat diharapkan seluruh kehidupan di dunia akan diliputi kesejahteraan, perdamaian, saling mencintai dan mengasihi bagaikan saudara sendiri.
” Para Budiman di dunia ini senantiasa memperkecil diri dan suka bergaul dengan rakyat jelata, tanpa mengadakan perbedaan satu sama lain dan memandang mereka sama saja seperti dirinya sendiri.” (Tao Tee Cing Bab 49, 4 ).
Terdapat tiga sifat luhur yang disebut Lau Zi sebagai Tiga Mestika, yaitu Cinta Kasih, Hemat, dan Tidak mendahului dunia, haruslah dipegang oleh seorang Budiman dan dijalankan dengan sepenuhnya.
” Aku mempunyai tiga mestika, yang aku pegang teguh dan mempertahankannya. Pertama Cinta Kasih, kedua Hemat, ketiga Tidak berani mendahului dunia.” (Tao Tee Cing Bab 67, 3).
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | ICCSG | Facebook Group Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.