Budaya-Tionghoa.Net| Confucianisme dalam bahasa mandarin Ru Xue berarti teori dari intelektualisme. Dijaman tekhnologi informatika dan telekomunikasi ini dapat dikatakan bahwa Confucianisme adalah mendidik, membentuk manusia menjadi orang dewasa yang mandiri, berkebudayaan dan bermoral. Saya dapat mengatakan bahwa Confucianisme tidak saja membentuk manusia yang pintar, cerdas secara IQ namun berbarengan juga dengan kecerdasan emosional (EQ).
|
Tujuan hidup bukanlah melulu material saja. Confucianisme menghubungkan pendidikan dengan penghidupan budaya dan hubungan antara manusia dalam masyarakat dan tugasnya dalam masyarakat. |
Menurut Confucius kita membentuk intelektual yang cerdas dan pandai di masyarakat tiada berbuat sesuatu yang tidak rational, tidak mementingkan diri sendiri, tidak sombong, arogan dan bisa mengendalikan emosinya (Li), tidak serakah, atau kita katakan seorang intelektual dengan IQ dan EQ yang sehat.
Singkatnya membentuk manusia yang berkebudayaan dan bijaksana, atau manusia yang sehat dalam pikiran dan jiwa. Personalia yang mepunyai kemampuan belajar harus kita pimpin agar dia mempunyai kemauan belajar seperti makan nasi dalam mencari keilmuan,dengan demikian kita baru bisa membentuk orang yang mempunyai kecerdasan intelectual dan kecerdasan emosional yang tinggi dan terpecaya (Xin).
Ahli ahli psikater, psikolog dan pedagog mengatakan bahwa inteligensi adalah bawaan, hanya dapat dirobah sedikit sewaktu muda, yaitu sewaktu anak itu mendapatkan pendidikan disekolah rendah, kemudian sewaktu mereka bersekolah di SMP inteligensia sudah tidak dapat lagi ditingkatkan.
Anak pandai di SMP akan tetap pandai, anak rata rata akan tetap rata-rata di universitas. Kenyataan ini diterima oleh ahli penyakit jiwa dan psikolog. Namun saya bertanya mengapa ada beberapa intelektual-intelektual yang baru berkembang di universitas dan bahkan ada intelektual yang baru berkembang sesudah dia bekerja di institusi penelitian, misalnya sarjana kenamaan Albert Einstein.Beliau biasa-biasa saja sewaktu di sekolah rendah dan menengah .
Menurut pandangan Confucianisme orang harus terus belajar dan dimulai dari kanak kanak sampai dia meninggal; seorang individu harus dibentuk dari kecil, diberi pendidikan bagaimana hubungan antar manusia, saling mencintai (Ren), disamping itu anak harus mengerti kalau dia berbuat yang jahat, tidak saja harus dihukum atas perbuatanya bahkan ini suatu perbuatan yang memalukan sekali, tidak saja untuk dia pribadi tetapi juga bagi kelurganya. Jelas perbuatan yang sala harus mendapatkan justice, keadilan (Yi). Menurut Confucius karena mereka mengerti malu dan justice, hukuman maka anak tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.
Mengapa demikian? Ini karena kita belum jelas apakah manusia itu pada dasarnya baik atau jelek, namun demikian tidak tergantung dengan dasarnya demi kepentingan masyarakat dan pribadinya mereka perlu dibentuk manjadi orang yang berguna bagi keluarga, bangsa dan negara. Sebagi manusia anak mempunyai kemampuan untuk belajar dan karenanya perlu dibentuk.
Confucianisme menghubungkan pendidikan dengan penghidupan budaya dan hubungan antar manusia di masyarakat, yang diperlukan untuk menunaikan tugasnya di kemudian hari sebagai angota masyarakat. Untuk kepentingan ini tujuan dari pendidikan confucianisme menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak kita dan bagaimana mereka harus berorientasi dalam perjalanan kehidupan manusia yang sehat.
Tujuan hidup manusia bukan melulu untuk kepentingan material saja. Dijaman modern ini segala-galanya pendidikan kita dinilai dan dijuruskanhanya ke arah kehidupan material saja. Sebagai parameter kebanyakan orang hanya memakai kecerdasan intelektual saja, sebagai orang tua kita harus mengenal bahwa sukses dari kepemimpinan seorang, kecerdasan emosional, relasi antar manusia sangat signifikan. Sebagai pemimpin bagaimana kita bisa berinteraksi dan berelasi secara sehat dengan sejawat-sejawat kita dari segala tingkatan, sehingga mereka bisa bekerja sama dengan baik.
Budaya Tionghoa mengatakan bahwa bekerja adalah bekerja sama (Gongho) dan ini sangat penting bagi produksi dan dukungan cultur politik dari perusahaan yang sudah dibuat oleh pimpinan perusahaan. Jelaslah bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dibanding dengan kecerdasan intelectual. Ini menjelaskan mengapa orang yang mempunyai kecerdasan intelectual yang tinggi gagal, dan orang yang mempunyai kecerdasan rata-rata bisa sukses.
Ini tidak lain disebabkan karena yang terdahulu mempunyai kecerdasan emosional yang rendah sehingga beliau tidak dapat dukungan dari masa, dan orang yang terachir dengan kecerdasan emosional yang tinggi membawah sukses di berbagai perusahaan yang besar dan organisasi yang besar, karena mereka toleran dan soepel dalam menghdapi tantangan dan menyelesaikan persoalan. Bagiku seorang dengan IQ yang tinggi dapat ditempatkan dalam institusi riset dan dipimpin oleh seorang yang mempunyai EQ yang tinggi.
Dr. Han Hwie Song
Breda 30 agustus 2003 (Holland)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 4179