Budaya-Tionghoa.Net| Oleh karena itu, kita harus gembira untuk menerima kritik, caci maki, fitnahan orang. Apa yang perlu kita marah dan kesalkan? Sebagai tambahan pula, tetap tenang dan sabar menghadapi fitnahan orang adalah seumpama membiarkan sebuah obor terbakar di udara, akan padam dengan sendirinya. Bila kita mendengar fitnahan langsung membela diri dan marah, adalah ibarat ulat sutra yang membelenggu diri dengan kepompongnya. Seperti pepatah kuno…..
|
“Orang yang membelenggu diri dalam kepompong adalah mencari penderitaan sendiri”.
Oleh karena itu, bila kita marah, kesal akan menganggu fungsi hati/lever, tidak ada untung malahan rugi. Demikian juga kita memperlakukan kesalahan yang sejenis. Bila kita dapat mengerti dan berpikir dengan baik dan teliti, kesalahan tidak akan terulang lagi.
3. Mengubah berdasarkan hati.
Walaupun kesalahan yang dibuat manusia beribu jenis dan juga berbeda-beda, semua itu adalah berasal dari hati/pikiran. Bila tanpa pikiran, maka tidak ada tindakan dan tidak mungkin berbuat kesalahan. Bila hati kita selalu dipenuhi oleh keinginan, nama, untung, sex, kemarahan, saya tidak mungkin dapat terlepas dari perbuatan salah. Kita memerlukan hati yang tulus, baik dan keinginan untuk melakukan perbuatan yang baik. Selama kita selalu berhati baik, sudah tentu tidak akan muncul pikiran kacau.
Semua kesalahan berasal dari hati, maka kita harus mengubah dari hati. Ibarat membuang sebatang pohon beracun, kita harus mencabut sampai ke akar-akarnya agar tidak dapat tumbuh lagi, mengapa mau membuangnya dengan mencabuti daun per daun, cabang per cabang? Cara yang terbaik untuk mengubah kesalahan diri adalah melatih hati kita. Bila kita dengan tulus dan tekun melatih hati kita, maka akan segera menghapus segala kesalaahn. “Karena segala kesalahan adalah bersumber di hati”.
Membersihkan hati dapat menghapus pikiran-pikiran yang tidak baik sebelum menjadi perbuatan. Bila hati kita bersih murni, kita dapat segera menghentikan pikiran-pikiran tidak baik yang muncul, ide-ide yang amoral akan segera hilang pada saat kita menyadarinya.
Bila kita tidak berhasil mengubah pikiran tidak baik berdasarkan hati, maka kita akan coba pada level mengubah berdasarkan kebenaran, yaitu mengapa kita perlu mengubah. Bila kita tidak berhasil dengan kedua metode ini, maka kita akan mencoba metode mengubah berdasarkan masalah dan memaksa memusnahkan pikiran tersebut.
Cara paling baik adalah melatih hati kita dan mengerti alasan untuk mengubah. Cara alternatif lain adalah memaksa diri jangan berbuat salah lagi. Kadang-kadang ke 3 metode tersebut dapat digunakan untuk mencapai hasil yang baik.
Adalah bodoh bila meninggalkan cara yang terbaik yaitu mengubah kesalahan berdasarkan hati daripada berdasarkan masalah”.
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.