Budaya-Tionghoa.Net| Ada seorang yang bernama Feng Chu Hsu yang tinggal di Chanso, Propinsi Chiangsu, ayahnya sangat kaya. Bila ada bencana kelaparan, ayahnya selalu menyumbang padi dan seluruh uang hasil sewa sawah kepada yang miskin. Suatu malam, dia mendengar hantu bernyanyi di luar rumahnya : “Bukan bercanda! Bukan bercanda! Seorang dari keluarga Hsu akan lulus ujian negara!” Hal ini terjadi beberapa hari dan benar saja, tahun itu anaknya Feng Chu lulus ujian. Sejak itu, dia lebih rajin dan tekun melakukan kebaikan dan mengumpulkan kebajikan. Dia selalu memperbaiki jembatan-jembatan yang rusak, melayani orang-orang yang sedang berpergian dan Bhiksu-bhiksu. Suatu hari diai mendengar hantu bernyanyi lagi : “Bukan bercanda! Bukan bercanda! seorang dari keluarga Hsu akan lulus level tinggi ujian negara”.
|
Benar, Feng Chu lulus ujian negara tingkat tinggi dan menjadi Gubernur di dua propinsi.
Contoh cerita nyata lain adalah seorang yang bernama Kung Shi Tu yang tinggal di Chia Shing, propinsi Chehkiang. Tuan Tu bekerja di pengadilan dan selalu bermalam di penjara berbicara dengan para tawanan. Bila dia menemui ada yang tidak bersalah, dia akan menulis surat keterangan untuk menjernihkan perkara terdakwa tersebut dan diserahkan kepada hakim untuk ditindak lanjuti. Hakim akan menyelidiki dan membebaskan dakwaannya.
Karena usaha Tuan Tu ini, sepuluh orang yang benar-benar tidak terlibat dalam kasus kriminal sesuai yang didakwa kepadanya dapat dibebaskan dan mereka sangat berterima kasih kepada hakim yang bijaksana tersebut. Tuan Tu
yang secara diam-diam membiarkan hakim yang menerima jasa atas perbuatannya, juga menulis surat kepada Hakim Agung yang mengatakan : “Bahkan dipengadilan kota banyak tawanan yang sebenarnya tidak bersalah, apalagi di seluruh negeri, saya menyarankan agar hakim agung setiap lima tahun sekali mengutus penyelidik untuk memeriksa kembali kasus kriminal tawanan, hukuman dapat dikurangi atau dibebaskan untuk mencegah tawanan yang tidak bersalah tetap ditahan di penjara”.
Hakim Agung menyampaikan sarannya kepada raja dan disetujui. Tuan Tu diangkat juga sebagai salah seorang penyelidik untuk mengurangi hukuman tawanan yang tidak bersalah. Suatu malam dia bermimpi seorang Malaikat mendatangi dia dan berkata : “Sebenarnya anda tidak berhak untuk mendapat seorang anak pada kehidupan ini, akan tetapi karena tindakan anda untuk mengurangi hukuman tawanan orang yang tidak bersalah adalah sesuai dengan keinginan Yang Kuasa, anda akan dianugrahi tiga anak dan mereka semua akan berpangkat tinggi”. Setelah itu, istrinya hamil dan melahirkan tiga orang anak dan semua menjadi orang terpandang dalam masyarakat.
Contoh cerita nyata lain adalah Tuan Ping Bao yang tinggal di Chianshing. Ping adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara dari seorang pejabat di Chichou, Propinsi Anhui. Dia menikah dengan seorang putri dari keluarga Yuan di Propinsi Pinghu dan adalah teman baik kakek anda. Ping Bao sangat pintar dan berpengetahuan luas, akan tetapi tidak pernah lulus ujian negera.
Dia mempergunakan seluruh waktunya untuk menekuni ajaran Buddha dan Tao.
Suatu hari, ketika dia sedang mengadakan perjalanan ke Danau Liu, dia tiba di sebuah kampung dan melihat sebuah Vihara usang yang sangat memerlukan renovasi. Dia melihat rupang Boddhisattva Guan Yin berdiri dalam keadaan basah kuyup kehujanan karena atap gentengnya retak. Ping mengeluarkan semua uangnya diberikan kepada Bhiksu pemilik Vihara untuk biaya renovasi Vihara tersebut. Bhiksu tersebut berkata : “Ini adalah pekerjaan besar, saya takut uang ini tidak cukup untuk memenuhi keinginan anda”. Ping Bao lalu mengeluarkan semua barang dan pakaian mewah miliknya dan menyerahkan kepada Bhiksu tersebut. Pelayannya coba membujuknya untuk tetap mempertahankan pakaian mahal tersebut, tetapi dia menolak dan berkata : “Itu tidak masalah bagi saya, yang penting rupang Boddhisattva Guan Yin tetap baik, tidak masalah bagi saya bila tidak memakai pakaian ini”. Mendengar perkataan Ping
Bao, Bhiksu tersebut dengan berlinang air mata berkata : “Memberi uang dan pakaian bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi ketulusan yang dalam dari Anda sangat berharga dan sulit ditemukan”.
Setelah Vihara tersebut selesai direnovasi, Ping Bao membawa ayahnya mengunjungi dan menginap di Vihara tersebut. Malam itu, Ping bermimpi bahwa Satria Pelindung Dharma Vihara yang bernama Chie Lan, mengucapkan terima kasih dengan berkata : “Karena kebajikan anda ini, anak dan keturunan anda akan mendapat jabatan tinggi di pemerintah untuk jangka waktu yang lama”. Akhirnya, anak dan cucu kedua-duanya lulus dalam ujian negara dan diangkat sebagai pejabat negara.
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.