Budaya-Tionghoa.Net | Ditinjau dari segi bahasa, istilah huanna ini tidak salah. Beberapa waktu yang lalu saya pernah ikut menjelaskan, bahkan disusul oleh sdr. Rinto Jiang yang hidup di Taiwan, yang sehari-hari berbahasa Hokkian.
|
Pada bulan Maret 2004 saya mendapatkan kamus baru yang baru terbit Januari tahun yang sama. Judulnya Minnanhua Zhangqiang Cidian atau Kamus dialek Hokkian logat Zhangzhou (Ciangciu), dikarang oleh beberapa ahli bahasa yang mewakili berbagai kabupaten di kota prefektorat Zhangzhou.
Meskipun orang Hokkian di Indonesia bukan semua dari Zhangzhou, tapi para penulis, dan pengarang cerita Tionghoa dalam bahasa Indonesia semua menggunakan logat Zhangzhou, sampaipun yang non Hokkian menggunakan nama dengan dialek Hokkian logat Zhangzhou.
Huan berarti non Han, dipergunakan untuk orang asing atau orang Tiongkok non Han. A adalah akhiran untuk kata benda. Jadi asalnya huan’a. Dalam dialek Hokkian tidak seperti Mandarin, tiap suku berdiri sendiri, tidak saling mempengaruhi, dalam dialek Hokkian Huan’a ini dibaca Huana.
Dalam kamus itu, dikatakan, Huana adalah orang asing, kebanyakan menunjukkan orang barat atau barang yang berasal dari luar.
Contoh:
1. Huana beci angka Arab ,
2. Huana hue, kapur asing atau semen,
3. Huana hue (nadanya beda dengan hue di atas), api asing atau korek api
4. Huana lao, gedung asing atau pencakar langit
5. Huana oqtng, sekolah asing atau sekolah sistem modern
6. Huan kheq, tamu asing, justru menunjuk orang Tionghoa yang berimigrasi ke Asia Tenggara.
7. Huana laq, lilin asing atau sabun.
Lihat, kata huana tidak negatif, kita pulang ke Tiongkok akan disebut Huana atau Huankheq ,karena kita hidup di tanah asing (terhadap orang Tiongkok).Mengapa menjadi negatif, di sebagian perasaan orang?
Kalau kita bicara membicarakan orang, sering kita menggunakan kata ganti agar orang tak mengerti. Misalnya, saya berkata pada isteri, “Awas si cilik mau main api lagi.” Saya gunakan si cilik, tidak nama anak, kalau langsung nama anak, anak itu mengerti dan akan protes, karena merasa ia belum main api.
Demikian juga kalau orang berbicara tentang orang non Tionghoa, kalau di Indonesia, non Tionghoa ya pribumi, supaya dia tak mengerti, lalu digunakan istilah Huana. Misalnya minta Huana itu yang mengurus, buang waktu ke kelurahan minta KTP. Dengan demikian orang pri itu tak mengerti siapa yang dimaksud.
Waktu hangat-hangatnya perdebatan istilah Cina – Tionghoa di majalah Sinergi lama, seorang kiayi NU mengatakan: “Sudahlah jangan berdebat lagi, cari asal usul dll. Kalau kita panggil “Cina” orang yang bersangkutan tersinggung, sebagai bangsa timur yang beradab, janganlah digunakan lagi kata itu.” Menurut saya ini cara penyelesaian yang baik.
Menurut tata bahasa, orang Indonesia dipanggil Huana tidak menghina, kitapun dipanggil Huankheq oleh orang
Hokkian di Tiongkok. Karena itu saya sendiri tidak setuju memberi peringatan kepada yang menggunakan kata
Huana, ia tak salah.
Tapi saya lebih cenderung mengikuti pendapat kiayi NU di atas. Kalau yang bersangkutan tersinggung, janganlah kita pakai lagi, minimal di muka umum.Tapi tentu jangan marah kalau anda ke Tiongkok disebut Huankheq atau Fanhak. Kalau orang Hakka mengatakan Fannyin, maksudnya sama, juga tak menghina. Sebaliknya kata f****i (Hakka) dan T*** (Hokkian) mengandung penghinaan, jangan sekali-kali dipergunakan.
Semoga jelas
LIANG U
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua