Budaya-Tionghoa.Net | Sebuah kisah yang amat menggugah hati orang terjadi di propinsi Ciang Si kota Nan Chang. Pada tahun 1938 bertepatan dengan masa peperangan Sino-Japanese War II. Saat waktu luang ,banyak tentara pergi berbelanja keperluan sehari-hari. Saat itu mata uang yang digunakan adalah Yen. Kaum wanita yang sudah berusia lanjut dan lemah tampak berjajaran di sepanjang jalan menjual handuk dan kaos kaki bagi keperluan tentara.
|
Suatu hari, seorang nenek tua menangis terisak-isak di sebuah jalan. Orang yang lewat menanyai sebabnya, rupanya seseorang telah membeli banyak sekali dagangannya dengan uang Yen palsu. Ketika sadar uang itu palsu, si pembeli sudah lenyap entah kemana.
Kebetulan lewat seorang tentara yang baru mendapat gajian dan berbelanja di sekitar jalan itu. Melihat sang nenek sangat sedih, maka dia menghiburnya,
“Tak usah sedih Nek,gaji saya cukup. Tukarkan uang palsumu kepada saya sebagai kenang-kenangan. Nah,ini ambillah. Semoga dapat menjadi modal
usahamu kelak”.
“Mana boleh? Mana mungkin saya menerima sementara anda yang mengorbankan uangmu”. Si Nenek terus bersikeras tidak mau menerima tawaran si tentara tapi karena tak tega menolak ketulusannya, akhirnya menerima juga dengan ucapan terima kasih yang mendalam.
Selang beberapa bulan si Tentara berdinas kembali ke kota Nan Chang dan mencari Nenek yang malang itu. Dia berkata bahwa kepingan Yen palsu itu
telah menyelamatkan nyawanya.
Ceritanya ketika dia berada di barisan depan dalam medan pertempuran, tiba-tiba sebuah peluru menghantam ke dadanya. Tamat sudah kali ini,
pikirnya hingga pingsan karena ketakutan. Tapi begitu mata di buka, sakitnya tidak terasa. Dirabanya bagian dada tapi tak ada darah sedikitpun. Waktu
menyentuh kepingan logam yang berada di kantong kirinya ternyata uang Yen palsu itu sudah cekung karena peluru itu. Rekan seperjuangannya menjadi tak habis berpikir, bagaimana mungkin peristiwa tersebut dapat terjadi. Berita itu meluas keseluruh kota Nan Chang.
~~~
Siapa bilang perbuatan baik dan jahat tiada balasannya? Cuma karena waktu yang belum matang, hingga pembalasan karma belum tampak. Inilah salah satu kesaksian betapa pentingnya memupuk jasa pahala dan kebajikan. Karena itu, menegakkan jasa kebajikan secara samar (tanpa diketahui orang)
akan mendatangkan anugerah yang tak disangka. Demikianlah Hukum Karma itu.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua 4222
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.