Budaya-Tionghoa.Net | Suatu ketika terjadi bencana kelaparan disebuah negara. Orang2 mulai menimbun makanan dan menyembunyikannya dari para tetangga dan teman2nya. Suatu hari, seorang asing tiba kesuatu dusun, selain kelaparan, rambut, wajah sampai pakaian2nya serba lusuh tidak terurus. Dari rumah kerumah ia mampir, mengharapkan seseorang menerimanya dan memberinya makanan. Namun, satu demi satu, penduduk setempat berkata bahwa mereka sendiri juga amat kelaparan dan tidak bisa menolongnya.
|
Baru setelah ia tiba dirumah terakhir dusun itu, penghuninya, seorang ibu tua, keluar dan memberitahunya bahwa apa yang tersisa padanya cuma tinggal air saja, namun dengan senang hati ia dipersilahkan untuk berbagi. Pria ia bilang, airnya lebih dari cukup. Lanjutnya, ia bilang ia punya sebuah batu ajaib yang bisa membuat cukup banyak sop untuk memberi makan seluruh dusun itu. Wanita tua yang sedang kelaparan itu begitu gembira, penuh suka cita dan semangat, melompatlah ia berlari memberitahu para tetangganya. Orang asing itu pun mengisi sebuah panci besar dengan air dan melemparkan sebuah batu bundar mengkilat kedalamnya. Orang2 dusun itu membawakan kayu bakar dan beramai mengelilingi panci itu untuk melihat mujijat Sop Batu.
Sop Batu itu mendidih dan orang2 dusun yang lapar saling menunggu. Lalu pria asing itu menyicipi sop itu dan berkata keras2, ” Wuihhh, enaknya sop ini, aku suka sekali. Tapi tentu saja, Sop Batu dengan sedikit kobis mustahil dikalahkan rasanya.” Langsung ada seseorang mendekat, agak ragu2, membawa sebuah kobis yang baru ia ambil dari simpanan- nya. Diberikan pada orang asing itu dan ditambahkan kedalam panci. “Bagus, wah.. bagus…, dulu aku pernah buat Sop Batu dengan kobis dan sedikit bawang putih dan brambang , dan rasanya begitu sedap, sampai2 cocok dan layak jadi makanan bagi seorang raja.” Sebentar lagi datang seseorang membawakan beberapa brambang dan bawang putih untuk sop itu. Demikianlah, terus ber-tambah2, lewat “Ahh, seandainya kita punya sedikit kentang…Coba, andaikata ada sedikit wortel
dan buncis” ,,,, dst nya. Akhirnya jadi juga sop yang enak sekali bagi semua orang.
Penduduk dusun itu menawarkan sejumlah besar uang untuk membeli batu ajaib itu, tetapi ia menolak menjualnya, dan keesokan harinya melanjutkan perjalanannya. Boleh jadi ia kembali memasak Sop Batu nya didusun selanjutnya. Tak lama kemudian petaka kelaparan itu berhenti, tetapi orang2 dusun itu tidak pernah melupakan sop paling enak dan sedap yang telah pernah mereka makan itu. Kalau kita masing2 menyumbang sedikit, kita bisa memberi makan pada seluruh dusun dunia ini. (JM)
Catatan Admin : Kisah ini merupakan folktale yang berasal dari Eropa tapi tidak ada salahnya untuk dibaca oleh warga Budaya Tionghua.
Juni 2004
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.