Di tengah rumpun bunga,
meletakan sekendi arak,
menuang sendiri, meneguk sendiri,
tiada kawan, tiada pula orang terkasih,
kujunjung cawan setinggi-tingginya,
mengundang rembulan di langit datang minum bersamaku,
akupun bersama rembulan,
lalu menghadap bayanganku,
begitulah kami bertiga minum.
|
Namun,
rembulan tak tahu nikmat minum arak,
bayangan pun tak kenal perasaan manusia,
hanya menemani ragaku,
hanya sementara berkawan dengan rembulan, bermesraan dengan bayangan,
hidup manusia perlu nikmati kegembiraan,
selagi musim semi semarak ini.
Aku bernyanyi dengan suara nyaring,
rembulan pun mondar-mandir di langit raya,
ketika aku menari,
bayangan tak keruan di lantai,
waktu sadar kami saling menghibur,
ketika mabuk, kami saling berpisah.
Oh,
Aku harap kami menjad kawan bersenda selama-lamanya,
saling berjanji,
tamasyah bersama ke bimasakti nun jauh di sana.
Li Bai, dari drunken god
—————————————————————————————————————————–
Li Bai ( 701-762 ) , seorang penyair besar dinasti Tang, seorang berjiwa ksatria, Pemabuk berat, suka minum arak, pada usia 20 tahun sudah bertualang, bertemu Du Fu di Lok Yang, mereka menjadi sahabat karib. Pernah mencoba mengabdi kepada kaisar, menjadi pejabat di bidang sastra, namun mencemooh para pembesar sehingga difitnah dan dipecat. Sajaknya, kuat dan unik, gagah perkasa dan kaya imaginasi, penuh perasaan dan halus, sehingga ia dijuluki DEWA SAJAK.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa