Budaya-Tionghoa.Net |Beberapa waktu yang lalu saya menganjurkan yang ingin mengetahui tentang sne (marga)nya menyebutkan dialeknya. Jikalau dialekpun anda sudah tidak mengetahuinya saudara King Hian pernah memberi saran memeriksa panggilan [panggilan kekerabatan] di rumah, dengan sebutan apa anda memanggil paman, bibi dll. Mengapa?
|
Sebab bisa beda, misalnya orang sne Ciu (Tjioe) kalau ia Hokkian maka ia sne Zhou dalam Mandarin, tapi kalau ia Konghu, ia sne Zhao dalam Mandarin, jadi tanpa menyebut dialek, semua bisa salah. Sne Nyao (dulu Njauw) pasti orang Hakka, bunyi “ny” hanya ada dalam dialek Hakka. Dalam dialek Hokkian “Nyao” dibaca “Jiao” (dulu Djiauw).
Sne Jiao,dulu ditulis Djiauw (Mandarin Rao),Kheq Nyao (dulu ditulis Nyauw) pertama berkembang di Raoyang, sebuah tempat yang pada zaman Negara Berperang (Mandarin: Zhanguo, Hokkian Ciankog) termasuk negara Zhao (Tio).
Catatan sejarah menunjukkan, pada saat memperingati perkabungan kaisar Siang Ong yang keenam tahun, diangkat Tiang An Kun menjadi penguasa di Rao (Jiao). Keturunan dialah yang kemudian menggunakan sne Jiao. Kota Jiao (Rao) ini sekarang masih ada, termasuk propinsi Hebei. Kemudian yang menjadi pusat leluhur [lihat juga : daerah asal ] sne Jiao adalah Pingyang dan Linchuan.
Pada zaman dinasti Tang orang sne Jiao sudah berkembang di propinsi Jiangxi daerah selatan. Seorang pejabat yang bernama Jiao Ting Tit, berasal dari Jiangxi. Orang sne Jiao yang terkenal banyak sekali, di antaranya adalah Rao Lu (Jiao Lou), seorang cendekiawan zaman dinasti Song.
Di Indonesia kebanyakan orang sne Jiao adalah orang Kheq (Hakka).Orang Kheq atau Hakka di Indonesia kebanyakan berasal dari propinsi Guangdong timur laut dan propinsi Fujian barat daya, dengan pusat di Moiyan, Moiyan ini tempat utama dari orang Kheq, dalam Mandarin disebut Mei Xian atau kabupaten Mei, sekarang disebut kota Meizhou.
Pusat orang Kheq di Tiongkok adalah prefektorat (keresidenan) Meizhou dengan pusat utama di Meixian atau kabupaten Mei, orang Hakka sendiri memanggilnya Moiyan. Ada juga orang Kheq yang bukan berasal dari sini tapi kebanyakan dari daerah sekitarnya, tidak terlalu jauh dari Moiyan. Daerah ini termasuk propinsi Guangdong dekat perbatasan dengan propinsi Fujian, dan berada di pedalaman, berbeda dengan orang Hokkian yang kebanyakan berasal dari pesisir.
Sekarang anda dapat naik pesawat terbang ataupun kereta api, atau bis cepat ke sini dari Hongkong, lalu lintas sudah sangat mudah. Tempat pemukiman orang Kheq ini berada di pedalaman, jauh dari pesisir, beda dengan tempat pemukiman orang Hokkian, yang hampir semua dari pesisir. Jadi leluhur anda dari daerah ini, tapi leluhur mereka dari propinsi Hebei di utara seperti telah dipaparkan di atas. Di Jakarta ada rumah abu orang sne Nyao ini.
Mengenai penulisan Nyauw. Di luar negeri bahasa yang mempunyai “ny” itu tak banyak, di Tiongkok dialek yang penting yang punya “ny” hanya Kheq. Bahasa Perancis ada “ny” tapi ditulis “gn”. Karena itu banyak yang menciptakan ejaan untuk dialek Kheq di Tiongkok maupun di Taiwan menggunakan “ngi” sebagai “ny”. Mereka tidak biasa dengan kombinasi “ny”.
Dalam Hanyu Pinyin kita lihat “y” selalu pada awal suku kata, jadi Pinyin bukan pi-nyin tapi pin-yin. Oleh karena mereka itu merasa janggal menulis “nyao”, mereka menulisnya menjadi “ngiao”. “Nyit” menjadi “ngit”, “nyong” menjadi ngiong. Jadi Ngiao adalah Nyao atau Nyauw/Njauw dalam ejaan Belanda dulu.
Rao Zhou
Kepala sekolah saya dulu marganya “Rao” dalam pinyin, 饶 dalam bentuk simplified atau 饒 dalam bentuk traditional. Almarhum berasal dari Lumajang dan pindah ke kota kami di akhir tahun 50an. Seingat saya beliau memang fasih bahasa Khe, tapi encek-encek asal Hokkian memang kalau menyebut namanya suka bilang Jiao. Saya lihat di kamus Hakka, dengan penulisan Inggris, ada berbagai cara spelling, tetapi untuk spelling [Dongguan] dan [Meixian] disebut “ngiau2”. Mungkin ini yang dimaksud saudara Liang U dengan marga Jiao dalam Hokkian ini.
Kalau itu benar, maka tanah leluhur marga Rao ini adalah daerah yang kini dikenal dengan nama Raoyang (饶阳) yang sudah ada sejak zaman pra dinasti Han, dan kini merupakan daerah kecamatan di propinsi Hebei. Sejarah marga Rao sudah sekitar 2200 tahun, jadi termasuk satu marga kuno.
Namun walau berasal dari daerah Hebei, keluarga Rao malah banyak dijumpai di distrik Rao (饶州 Rao Zhou) di provinsi Jiangxi sehingga banyak yang mengira kalau asal usul marga Rao ini dari sana. Perkembangan keluarga Rao di Jiangxi bisa ditelusuri mulai dari zaman dinasti Tang.
Apakah ini marga Njauw yang ditanyakan, saya juga tidak bisa pastikan. Tapi saya pikir anjuran saudara Liang U untuk mengecek cara sebutan dalam keluarga mungkin bisa membantu.
Hanya saja kadang buat generasi peranakan yang sudah turun temurun mungkin kadang ada kekacauan. Misalnya, dalam keluarga kami karena tinggalnya di kampung yang tidak banyak keluarga Hakka dan orang tua saya memang tidak bisa bahasa Khe, sebutan Apak dan Empek jadi campur aduk, walaupun untuk adik ayah masih dipanggil Asuk.
Telusuri Marga Lain Di : http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/marga-tionghoa-chinese-surname
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 4397
Hallo terima kasih sudah mengulas ttg marga rao/nyau ini.saya ada seorang yg bermarga nyau dan leluhur saya sudah sejak lama ke tanah indonesia.saya skrg tinggal di kalimantan barat,marga kami mmg sedikit dan ulasan ini menambah pengetahuan saya ttg marga kami.salam
Halo Eka. Saya juga keturunan marga Njauw / Rao. Senang rasanya ketika mengetahui ada seseorang yang memiliki marga yang sama, mengingat marga kita ini sangat jarang di temui.
Saya juga berasal dari Kalimantan Barat, papa saya lahir dan besar di Kota Sintang.
Kakek dan nenek buyut saya datang langsung dari daratan Tiongkok, yang berarti menempatkan saya sebagai generasi ke 4 yang lahir di Indonesia.
Saya pribadi juga ingin tahu lebih jauh mengenai keluarga kak Eka, barangkali jika di urai kita masi merupakan saudara yang dekat.
Bisa hubungi saya melalui email ya : [email protected]