Budaya-Tionghoa.Net| TAO dalam huruf Tionghoa terdiri dari 2 titik (`'), artinya ‘yin’ dan ‘yang’
atau positif dan negatif. Positif dan negatif ini menggambarkan simbol Thay Cik dimana di dalam plus terdapat minus dan di dalam minus terdapat plus. Bila hanya minus tak akan ada perubahan , dan bila hanya ada plus juga tidak akan ada pertumbuhan. Bila kita jelaskan dengan istilah modern berarti di dalam hati saya terkandung dirimu dan di dalam hati anda terkandung diriku, itulah makna pokok. Tetapi di dalam praktek yang seharusnya minus ya minus, yang seharusnya plus ya plus. Seumpama kita mengemudikan mobil, memang waktunya harus perlahan ya kemudikanlah perlahan, waktu diperlukan untuk cepat ya kemudikanlah dengan cepat. Bila hal ini dibolak-balik tentu akan timbullah banyak musibah. Pengertian pembolak-balikan yang keliru inilah disebut sebagai “tersesat dalam kekosongan”. Orang yang mengkhayal bahwa dirinya telah mencapai tahap kekosongan (kesunyataan) seringkali terjebak pada kesalahan ini. Akibatnya adalah kesesatan tak terperi. Adalah lebih baik orang yg masih tersesat dalam kejahatan karena masih bisa dibetulkan daripada tersesat dalam kekosongan ini karena sekalipun Langit runtuh pun tidak akan dapat menolongnya.
|
Di bawah dua titik itu terdapat satu garis (一), artinya: Esa. Keesaan adalah tujuan akhir yang dikejar oleh berbagai agama dan aliran filsafat. Bahkan ilmu fisika modern yang dipelopori oleh Prof.Stephen Hawkings pun sedang berusaha untuk merumuskan Grand Unified Theory (Teori Kemanunggalan Agung). Maka agama Konghucu menganjurkan suatu “kekonsistenan dengan Keesaan”. Agama Buddha mengatakan “kembali kepada yang Satu”. Esa ini tidak hanya berarti satu tetapi juga berarti semua berada di dalam yang satu, dan yang satu berada di semua keberadaan. Esa adalah keseluruhan (integral) pada taraf turunan berikutnya menimbulkan dualisme. Asli dan palsu, siang dan malam dsb apabila dapat ditembusi maknanya adalah termasuk dalam yang Esa. Esa adalah sangat penting artinya, bahkan ada orang yang mengerahkan seluruh kehidupannya untuk mencari yang “Esa” ini. Di dalam Taoism dikenal sebagai Pao yuan shou ik.
Dalam huruf Tionghua, manusia (ren 人 ) apabila telah ditambahkan dengan Yang Esa (一) maka ia akan menjadi besar (大 ). Lalu Esa itu dikembangluaskan sehingga sesuai dengan keinginan Thian/ Langit (天) akan mencapai suatu taraf terpadunya Tuhan dan manusia (天人之一) 。Para Nabi pernah bersabda : Langit bila mendapatkan yang Esa akan menjadi bening, bumi bila mendapatkan yang Esa akan menjadi tenteram, manusia bila mendapatkan yang Esa akan menjadi suci.
Taoist mengatakan dalam Kitab Nei Yeh :
Mereka yang dapat mengubah sesuatu hal, disebut “tercerahkan”;
Mereka yang dapat mempengaruhi suatu situasi, disebut “bijaksana”.
Tetapi untuk mengubah tanpa mengeluarkan energi vital (Chi); untuk mengubah tanpa menghamburkan kebijaksanaan:
Hanya manusia teladan yang memegang erat yang Satu yang dapat melakukan hal ini.
Peganglah erat yang Satu; janganlah melepaskanNya,
Dan kamu akan dapat menguasai ribuan hal.
Manusia teladan bertindak menguasai benda-benda;
Bukan dikuasai oleh benda-benda,
Karena mereka memeluk prinsip pemandu yaitu Yang Satu.
Tseng T’san (606 M), sesepuh ke tiga dalam kitab “Faith of Mind” mengatakan :
Bagaimana kamu dapat mengenali yang Satu?
Apabila kamu gagal menembusi yang Satu,
Di kedua tempat (kehidupan sekarang dan setelah kematian) kamu akan kehilangan.
Lalu kita telaah lagi di bawah garis itu terdapat huruf 自 yang artinya diri sendiri, yang berarti Tao berada dalam diri sendiri, dalam jiwa dan hati nurani kita. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam kitab suci Liu Cu Than Cing :
Bila kita meninggalkan TAO, sepanjang hidup tak akan melihat adanya TAO. Agama Buddha menyatakan : Setiap orang sebenarnya adalah Buddha juga adanya. Agama Konghucu mengatakan : Tao tidak menjauhkan manusia, manusia sendirilah yang menjauhkan TAO. Yesus mengatakan : Tuhan bersama dengan Aku. Semua pernyataan ini sama maknanya, hanya pengutaraannya saja yang berbeda. Seperti apa yang dikatakan :
Di dalam sanubari saya terdapat Buddha, Buddha saya adalah Buddha Sejati, bila saya tidak memiliki hati Buddha, dimanakah dapat saya cari Buddha itu?
Semua pernyataan-pernyataan itu mengingatkan kita, agar kita mencari yang Esa itu ke dalam diri kita, dan bukan mencarinya di luar diri.
`'一自tiga huruf ini bila digabung menjadi satu akan menjadi huruf 首 shou, yang berarti ‘yang utama atau pertama’. Disini berarti, dari langit sampai ke bumi hanya TAO lah yang paling mulia. “Berkelana di dunia yang fana ini, hanya membina diri di dalam TAO-lah yang paling tiada salahnya”.
Sejak jaman dahulu kala, yang membuat kita selalu terkenang di dalam sanubari kita adalah orang-orang suci yang telah mencapai kesempurnaan dan kembali ke asalnya, meninggalkan nama harum di dunia ini, tapi bukan pembesar-pembesar dan saudagar kaya raya. Dr.Sun Yat Sen Bapak Republik Tiongkok pernah berkata, “Lakukanlah hal-hal yang besar, jangan hanya menjadi ‘pembesar’ “. Nah, dalam uraian di atas tersebutlah terkandung makna yang sebenarnya.
Lalu dibawahnya terdapat huruf ” 辶” yang berarti ‘harus dilaksanakan’. TAO bukan hanya untuk dibicarakan atau menjadi buah bibir, tetapi harus dimengerti untuk kemudian dihayati dan dilaksanakan. TAO adalah kesadaran yang timbul dari hati sanubari yang telah melaksanakan ajaran Ketuhanan. Apabila TAO hanya dibicarakan di mulut saja, maka akan menimbulkan sindrom “lain di mulut lain di hati”. Maka baik bagi dirinya sensiri maupun bagi masyarakat tiada gunanya bahkan mengganggu. Tapi kalau dimengerti , direnungkan dan dilaksanakan sepanjang hidup maka bagi dirinya akan mencapai kesucian dan juga akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan semua mahluk hidup.
TAO berarti Kebenaran. Bila Kebenaran ini terdapat di Langit maka jadilah hukum-hukum kesunyataan. Bila terdapat di Bumi, maka menjadi hukum-hukum materi. Bila terdapat di dalam manusia maka jadilah hukum-hukum moral, budi pekerti, kebaikan hati, welas asih, dsb. Di dalam masalah-masalah praktis dalam kehidupan bermasyarakat maka TAO ini bermanifestasi dalam bentuk “Aturan”. Di dalam alam
terdapat hukum alam, di dalam diri manusia terdapat norma kesusilaan, di luar duniawi terdapat hukum karma, dsb.
Bila langit kehilangan Aturan maka bintang-bintang akan berguguran. Bila bumi kehilangan Aturan maka terjadilah bencana-bencana alam. Bila manusia kehilangan Aturan maka ia menjadi tidak beradab , sial bahkan menuai kebinasaan. Maka di dalam alam semesta kongkrit maupun abstrak ini, terdapat suatu Aturan yang mengatur segala sesuatunya. Seorang suci hidup selaras dengan Aturan-aturan ini. Seorang Tao yang tidak memahami hal ini tentu tidak akan mencapai kesempurnaan. Bila semuanya ini mengikuti Aturan maka akan menjadi aman sentosa, bila kehilangan Aturan maka akan terjadi angkara murka dan bencana. Li (理) Aturan, harus mendapatkan一 (yi) yang Esa. Kalau kata tersebut kehilangan koneksi dengan yang Esa (一) maka akan menjadi埋 (mai) yang berarti “terpendam”. Pepatah mengatakan: Berpegang pada Aturan, dapat berkelana di seluruh dunia dengan aman, tiada Aturan sejengkal keluar rumah pun celaka.
Kitab Taoist yang ditemukan di Mawangdui mengatakan:
Aturan (理) dilahirkan dari Tao ( 道)
Itulah yang memimpin, lurus bagaikan panah
Antara sukses dan kegagalan
Ia menunjukkan apa yang benar dan yang salah.
Jadi, apa yang mengontrol Sang Jalan
Membidani kelahiran dari Aturan
Dan tak berani untuk menentangnya;
Sekali Aturan telah ditetapkan
Siapa pun tak berani untuk menumbangkannya.
Hanya siapa yang mampu dari hatinya
Akan memimpin dirinya lurus bagaikan panah
Dengan Aturan
Ia memiliki intuisi yang jernih
Di dunia ia akan bebas dari ketidakpastian.
by Li Li Tian 李理天
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 59955
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.