Budaya-Tionghoa.Net | Tanpa bermaksud menyinggung permasalahan agama disini . Tetapi ketika satu unsur dalam Budaya Tionghoa berusaha digathuk-gathuki , ini adalah pemelintiran yang harus diluruskan. Dalam hal ini permasalahan Nv Wa yang dikutip oleh Samuel Wang , dimana point-pointnya adalah sebagai berikut:
|
- Samuel Wang mencoba menyamakan Nv Wa dengan nabi Nuh , bahkan dalam buku bahasa Indonesia , penerjemah mencoba menyamakan atau dalam pandangan saya memaksakan lafal penyebutan NvWa dengan Nuh. Nv Wa seharusnya dibaca Nie Wa bukan Nu Wa. Kedua , Nv Wa adalah mitos dimana Beliau adalah seorang wanita yang menciptakan manusia beribu-ribu pasangan. Sehingga hingga sekarang banyak orang Tionghoa meyakini Beliau sebagai Dewi yang menjodohkan manusia berpasang-pasangan. Pandangan monogami itu sempat timbul di masa dinasti Shang.
- Kisah nabi Nuh merupakan hasil adaptasi dari mitos Gilgamesh, yang mana pandangan ini telah banyak didukung oleh para ahli sejarah, misalnya Chaim Potok [1929-2002] yang merupakan ahli histografi Yahudi. Nabi Nuh sendiri dalam kisah tidak pernah menciptakan manusia. Samuel Wang memaksakan pendapatnya bahwa Nv Wa itu adalah pria dan bukan wanita. Yang mana hal ini mengherankan bagi saya , karena banyak buku-buku serta para ahli sejarah Tiongkok sudah memahami bahwa Nv Wa itu adalah wanita. Misalnya sebutan untuk Nv Wa oleh kaum Taoist adalah Lao Shan Niang-Niang ( bunda Lao Shan ). Tulisan-tulisan kuno mengenai Nv Wa juga telah menyebutkan bahwa beliau adalah wanita. Misalnya Ge Hong 葛洪 [283-343 M] dalam Bao Puzi 抱朴子.
- Banjir besar , dimana dalam mitos Nv Wa , banjir itu disebabkan langit bocor akibat peperangan antara dewa api Zhu Rong dengan dewa air Gong Gong. Tiang penyangga langit patah , dan untuk menggantikannya Nv Wa memotong kaki kura-kura raksasa. Nv Wa mengolah batu lima warna untuk menambal langit yang bocor akibat tiang penyangga patah. Samuel Wang menyamakan batu lima warna ini dengan mezbah dan pelangi. Yang mana dalam kitab Perjanjian Lama , pelangi itu adalah busur Allah yang diletakkan di langit untuk mengingatkan perjanjian Allah dengan manusia.
- Perbedaan pandangan sistem kemasyarakatan antara Tiongkok purba dengan Timur Tengah purba , dalam hal ini mencakup Mesopotamia , Summeria , Mesir dan Kanaan purba. Tiongkok purba berbasiskan pada sistem maternalistik , hal ini terlihat dari mitos purba bahwa wanita yang menciptakan manusia. Pada awal perkembangan budaya Tiongkok purba , semua marga memiliki karakter wanita. Hal ini nampak dalam kitab Dao De Jing yang menyebut Tao adalah Bunda segala Mahluk. Timur tengah purba berbasiskan pada sistem paternalistik , hal ini terlihat dari mitos-mitos purbakala mereka , misalnya Marduk (figur pria) , Baal (juga figur pria) dan lain-lain.
- Pandangan masalah menghadapi banjir , perlu diketahui bahwa mayoritas kebudayaan purba di dunia ini berada di tepian sungai. Jadi tidaklah aneh mereka sering menghadapi bencana banjir. Perbedaannya adalah mitos Nv Wa menunjukkan keinginan melawan bencana banjir dengan berusaha. Selain mitos Nv Wa menghentikan banjir, kita juga mengenal legenda kepahlawanan Shun dan Yv [Tokoh legenda dan pendiri Dinasti Xia] yang juga berusaha melawan banjir dengan membuat kanal-kanal dan usaha terus menerus melawan bencana banjir tersebut. Yang mana kepahlawanan melawan banjir terus dilakukan hingga abad 21 ini dengan bendungan raksasa. Pahlawan-pahlawan lain yang mengatasi banjir adalah Li Bing 李冰 dari masa akhir Zhanguo [negara berperang , warring states] dan Sui Yangdi.
Jika masih ada yang meragukan jenis kelamin Nv Wa , bisa mencari data mengenai mitos Nv Wa di seluruh fakultas yang membahas Sinologi. Dan lihat apakah Nv Wa itu berkelamin pria atau wanita ? Atau menggunakan search enginges dan baca apakah Nv Wa itu pria atau wanita ? Jadi sungguh mengherankan sdr.Sammy Li sendiri tidak tahu mitos Nv Wa dan termakan kata-kata bahwa Nv Wa itu adalah Nuh yang notabene berkelamin pria. Masih ada kemungkinan lain, yaitu dosen-dosen tempat saya dahulu kuliah adalah orang-orang bodoh , para ahli sejarah purbakala serta mitologi Tiongkok purbakala seperti Prof.Dr Li Shen , Huang Lide , Wang Ping dan lain-lain adalah orang-orang dungu sehingga tidak ada kredibilitas untuk membaca manuskrip-manuskrip kuno dan mengajar. Jika jawabannya adalah ya , maka Samuel Wang dengan Sammy Li sudah sewajarnya dan sepatutnya menjadi guru besar di Beijing University , Ren Min university , Wen Hua University , Shi Fan university , Nan Jing university bahkan sudah seharusnya menendang posisi Prof.Dr Huang Lide sebagai pakar sinologi di Fordham university.
Sayangnya hingga hari ini saya tidak pernah mendengar nama Wang Jingzi aka Samuel Wang menjadi guru besar yang mengajarkan Tiongkok purbakala di universitas-universitas di atas. Sama pula seperti Nelson yang hingga hari ini tidak pernah menjadi guru besar huruf-huruf Tiongkok di Shi Fan university Taiwan maupun Beijing atau Wen Hua (culture)university Taiwan. Bandingkan dengan Weiger dimana buku-bukunya menjadi salah satu acuan dalam mempelajari huruf-huruf Tiongkok kuno.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua