Budaya-Tionghoa.Net| Pepatah mengatakan, bahwa ” Semut di seberang lautan kelihatan, tetapi gajah
di pelupuk mata tidak kelihatan.” Demikian juga terdapat banyak orang yang tidak melihat kekurangan dirinya sendiri, tetapi kekurangan orang lain akan selalu menjadi perhatiannya. Seorang Budiman dikatakan oleh Lau Zi tidak mempunyai kekurangan dalam dirinya, karena dia telah mengetahui dan mengakui kekurangan tersebut.
|
” Barang siapa mengenali kekurangan dalam dirinya sendiri, maka barulah dia dapat membersihkan kekurangan tersebut, sehingga dia akan tidak mempunyai kekurangan lagi. Seorang Budiman tidak mempunyai kekurangan, karena dia telah mengetahui segala kekurangan dalam dirinya dan berani mengakuinya sebagai suatu kekurangan dalam dirinya, sehingga dia dapat membersihkan segala kekurangan tersebut dan tidak mempunyai kekurangan lagi.” (Tao Tee Cing Bab 71, 2-3).
Sikap instropeksi diri merupakan hal yang paling utama dalam berbagai jalur spiritual yang telah diperkenalkan oleh para Guru Agung. Buddha Gautama bersabda, “Amat Mudah melihat kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi sangat
sulit untuk melihat kesalahan-kesalahan sendiri. Seseorang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan orang lain seperti menampi dedak, tetapi ia menyembunyikan kesalahan-kesalahannya sendiri seperti penjudi licik menyembunyikan dadu yang berangka buruk. Barang siapa yang selalu memperhatikan dan mencari-cari kesalahan orang lain, maka kekotoran batin dalam dirinya akan bertambah dan ia semakin jauh dari penghancuran kekotoran-kekotoran batin” (Dhammapada, 252-253). Yesus Kristus yang penuh Kasih juga memperhatikan pentingnya melakukan instropeksi diri, sabda Beliau, “Jangan kamu menghakimi (orang lain), supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak aengkau ketahui.” ( Matius 7 : 1-3).
Guru Spiritual abad ini, Supreme Master Ching Hai mengatakan, “Berpegangan pada satu ujung, lalu menggunakan prasangka kita untuk mengkritik orang lain, menasehati orang, melarang orang, ini menunjukkan bahwa kita belum
dewasa, belum mempunyai wawasan yang luas dan hati kita masih belum murni.” Sering sekali kita tidak melihat kesalahan diri sendiri sebagai suatu kesalahan, tetapi kesalahan orang lain yang sekecil apapun, sudah merupakan suatu kesalahan yang besar. Untuk itu pengembangan diri sendiri adalah penting adanya, sebelum kita berlaku untuk melatih orang lain dalam kebajikan.
Buddha Gautama bersabda, “Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan diri sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela.” (Dhammapada, 158). Yesus Kristus bersabda, “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.” (Matius 7 : 4-5). Guru Sejati,
Supreme Master Ching Hai mengatakan, “Kita harus menemukan kekuatan Kasih dalam diri kita terlebih dahulu, baru kita dapat benar-benar menyayangi orang lain.” Oleh karena seorang Budiman yang telah dapat mempersatukan dirinya dengan Tao, telah terbebas dari perasaan ke-aku-annya, hingga tidak egois, maka dia tidak perlu menimbun baik harta maupun benda, pujian atau nama baik untuk diri sendiri. Sebaliknya, dia hanya bercita-cita untuk mencurahkan kebaikan bagi sesamanya dan memberikan pertolongan kepada semuanya. Semakin banyak kebaikan yang dia lakukan, lebih besar kebahagiaan yang dia dapatkan, dan semakin banyak dia memberikan, maka kepunyaannya semakin bertambah.
” Seorang Budiman tidak menimbun. Semakin banyak dia berbuat kebaikan, semakin besar kebahagiaan yang dia dapat, dan semakin banyak dia memberi pada sesamanya, maka semakin bertambah miliknya.” (Tao Tee Cing Bab 81, 4).
Seorang yang Budiman, dikatakan oleh Lau Zi adalah seorang yang memegang teguh janji yang telah dibuatnya dan menjalankan segala kewajibannya dengan kesungguhan hati. Sebaliknya orang yang tidak berbudi, senantiasa memakai akal muslihat untuk menarik keuntungan dan dengan licik menyalahi perjanjian yang telah dibuatnya.
” Orang yang berbudi mentaati perjanjian, sebaliknya orang yang tidak berbudi menggunakan akal untuk menarik keuntungan dari perjanjian itu. ” (Tao Tee Cing Bab 79, 3).
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.