Budaya-Tionghoa.Net | Apabila terdapat pemerintahan dengan suasana tenteram dan damai dengan kehidupan yang sederhana, maka tidak akan timbul segala bentuk kejahatan. Oleh sebab itu, suatu negeri yang dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan yang arief dan bijaksana dan dapat mengatur kehidupan seluruh rakyatnya secara adil dan merata, sehingga tercapai ketenteraman dan kedamaian, maka akan menjadikan seluruh negeri aman dan sejahtera.
|
” Senantiasa berusaha agar rakyat tidak memiliki pengetahuan yang rendah, tidak timbul nafsu serakah dan angkara murka. Walaupun di antara mereka ada yang mengerti tipu muslihat, tetapi tentu mereka tidak berani melaksanakan, karena dalam suasana yang tenteram dan kehidupan yang sederhana, pengaruh kejahatan akan musnah.” (Tao Tee Cing III, 5).
Lau Zi mengenalkan adanya empat era pemerintahan yang menunjukkan bagaimana pribadi manusia jadi semakin merosot, hingga masyarakatpun jadi semakin kalut. Kebusukan bagaimanapun akan tercium, layaknya sampah membusuk yang dibungkus dengan kain sutera, tetap akan tercium bau busuknya. Sudah banyak kita saksikan dalam berbagai sejarah pemerintahan di kebanyakan negara ketiga ataupun negara terbelakang lainnya, dimana sering terjadi para penguasa tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat, korupsi terjadi dimana-mana, para pejabat saling berlomba untuk memperkaya diri sendiri. Mungkin pada masa pemerintahan pertama, rakyat masih kurang mengetahui kepala negaranya. Pada masa pemerintahan kedua, adanya rasa hormat dan memuji yang karena suasana kamuflase yang diciptakan sedemikian rupa, sehingga rakyat merasa terlindungi. Intimidasi mulai muncul pada era ketiga, hanya untuk menunjukkan kekuasaan, sehingga rakyat ketakutan. Pada era berikutnya, dapat dipastikan terjadi pemberontakan dari rakyat menentang kekuasaan, dan kepala pemerintahannya dipandang rendah oleh rakyat.
” Pada dahulu kala, yaitu era yang pertama, rakyat tidak mengetahui siapakah yang menjadi kepala pemerintahan (raja). Pada era kedua, rakyat menghormati dan memuji pada kepala pemerintahannya (rajanya). Setelah sampai pada era ketiga, rakyat takut pada kepala pemerintahannya (rajanya). Dan pada era keempat, rakyat memandang rendah dan menghina kepala pemerintahannya (rajanya).” (Tao Tee Cing XVII, 1 – 4).
Sebaliknya pemerintahan yang dilakukan secara bijaksana, adil, tenggang rasa dan dalam menjalankan pemerintahan diutamakan kepentingan rakyat jelata,bukan untuk kepentingan sendiri, dapatlah disebut era emas yang diperintah oleh raja yang Budiman. Dimana apabila terjadi malapetaka ataupun bencana, rakyat juga tidak akan menyalahkan atau mengutuk kepala pemerintahannya (rajanya). Pemerintahan yang baik tercipta apabila rakyat dapat merasakan kemakmuran secara sewajarnya, sebagai suatu karunia dari Tao.
” Sebaliknya pemerintahan dari raja yang bijaksana begitu sempurna, karena sang raja selalu berhati-hati dalam membicarakannya, menjalankan pekerjaaannya untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan diri sendiri, meskipun demikian tidak membanggakan pahalanya, sehingga rakyat tidak dapat mengetahui, dan menganggap kemakmuran ini terjadi dengan sewajarnya.”(Tao Tee Cing XVII,6 ).
Raja yang bijaksana dan adil, tidak pernah menggunakan kekerasan untuk menghukum rakyatnya. Dia berhati tulus, jujur dan tidak mengenal korupsi. Terang seperti cahaya rembulan, tetapi tidak menyilaukan.
” Dari itu Raja bijaksana berlaku adil dan tenggang rasa, akan tetapi tidak menggunakan kekerasan untuk menghukum. Tulus hati dan tak menyusahkan orang, berhati lurus dan tidak korupsi. Terang tetapi tidak menyilaukan.” (Tao Tee Cing Bab 58, 7-8).
Akhir-akhir ini terdapat banyak peristiwa pemberontakan dan kudeta di berbagai negara. Pemberontakan dan kudeta tersebut disebabkan oleh perasaan tidak puas terhadap pemerintahan yang ada. Hal tersebut telah berlangsung dari sejak jaman pemerintahan di Tiongkok dulu yang mengalami berbagai penggantian kepala negara, karena rakyat merasa kurang puas dengan pemerintahan yang dinilai tidak adil dan bijaksana. Untuk itu, pemerintah haruslah senantiasa berusaha memperbaiki kehidupan dan nasib hidup rakyat jelata dan menjaga agar jangan sampai mereka menderita kesukaran, dalam hal tempat tinggal dan mencari nafkah, serta tidak dipersukar dengan segala undang-undang atau peraturan-peraturan yang membatasi ruang gerak mereka.
” Jikalau rakyat tidak takut lagi dengan kekuasaan pemerintah, maka dapat ditunggu datangnya pemberontakan dari rakyat. Jangan mempersempit tempat tinggalnya, jangan mempersukar kehidupannya.” (Tao Tee Cing Bab 72, 1-2).
Pemerintahan yang bijaksana juga sangat ditekankan dalam Buddhisme, dimana rakyat haruslah diberlakukan secara adil dan dianggap sebagai anak-anaknya. Hal ini tercantum dalam Bodhisattva-gocaropaya-visayavikurvana-nirdesa-sutra, ” Tugas seorang pemimpin adalah melindungi rakyatnya. Ia adalah orang tua bagi rakyatnya dan
ia melindungi mereka dengan undang-undangnya. Ia harus mengentaskan rakyatnya, seperti orang tua mengasuh anak mereka, memberikan popok yang kering untuk mengganti yang basah, tanpa harus menunggu anaknya menangis. Demikian juga, seorang pemimpin hendaknya menghilangkan penderitaan dan memberikan kebahagiaan, tanpa harus menunggu rakyatnya mengeluh. Sesungguhnyalah, pemerintahannya tidaklah sempurna sampai rakyatnya merasakan kedamaian. Rakyatlah yang menjadi kekayaan negara. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang bijaksana, senantiasa memikirkan rakyatnya dan tidak akan melupakan mereka walaupun sekejap.”
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | ICCSG | Facebook Group Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.