Budaya-Tionghoa.Net | Sinyo Supit alias Yap Mien Fong [1959] adalah bintang tenis meja nasional dimasanya. Sinyo mengenal tenis meja dari ayahnya dan mulai menekuni serius pada usia 10 tahun. Dirumahnya ada meja untuk berlatih tenis meja dibawah bimbingan ayahnya. Setahun kemudian , Sinyo Supit masuk klub Shuang She di Surabaya dan digembleng selama empat tahun dengan karakter penyerang.
|
Karir Yap sebagai atlet mencuat ketika menduduki posisi delapan besar dalam Kejurnas di Semarang pada tahun 1974 dan kemudian menjuarai Kejuaraan Tenis Meja Junior di Palembang pada tahun 1975. Yap kemudian terpilih menjalani latihan selama tiga tahun di Yugoslavia. Menjelang keberangkatan ke Yugoslavia, Willy Waroka pengurus PTMSI mengganti nama Yap Mien Fong menjadi Sinyo Supit. Nama Sinyo Supit ini terus dipakai oleh Yap sampai sekarang.
Di Yugoslavia , Sinyo bersama tiga rekan Indonesia dilibatkan dalam program latihan pemain nasional Yugoslavia. Sinyo masuk dalam golongan 12 besar ketika awal datang ke Yugoslavia. Kemudian masuk lima besar dan sempat menjadi juara kompetisi lokal di tahun 1977. Di Yugoslavia ,Sinyo sempat berpacaran dengan wanita Yugoslavia , Kormanyos Eleonora yang seusia dengannya.
[Foto Ilustrasi : http://www.hariansumutpos.com/
Sekembalinya dari Yugoslavia , Sinyo selalu memperkuat tim nasional tenis meja Indonesia selama satu dekade [1977-1987]. Dalam event Asian Games 1978, Sinyo dan Empie Wuisan menghadapi kompetisi yang ketat di cabang yang senantiasa didominasi petenis meja dari Asia Timur , dan berhasil meraih medali perak. Selanjutnya Sinyo meraih medali emas dalam SEA Games 1979 di nomer ganda putra bersama pasangannya , Empie Wuisan.
Dua tahun berikutnya , Sinyo mempertahankan prestasinya dengan kembali meraih medali emas di nomer ganda putra bersama pasangannya , Tony Meringgi. Puncak prestasi Sinyo adalah tahun 1983, dengan meraih dua medali emas dinomer tunggal putera dan ganda putera [bersama Sugiarto].
Setelah mengakhiri karir sebagai pemain nasional , Sinyo Supit hidup sempat hidup serba kekurangan di Jakarta karena hanya mengandalkan les privat tenis meja dan tidak mencukupi biaya hidup di Jakarta. Sinyo sekeluarga kemudian pindah ke satu desa kecil , Pehkulon , Kecamatan Papar, Kediri , Jawa Timur. Sinyo bersama istrinya membuka salon kecantikan dan Sinyo tetap memberikan les privat tenis meja untuk menghidupi empat anaknya.
Bakat yang dimiliki oleh Sinyo mengalir ke anak keduanya Fikky Supit Santoso , yang telah dikontrak klub Sanjaya , Gudang Garam Kediri.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua