Budaya-Tionghoa.Net|Disini aku akan menulis tiga buah essay yang ditulis oleh filosof filosof Tiongkok kuno sebelum dan sesudah Masehi. Ceritera ceritera kuno ini mencapai tingkat sophistication pada jamannya. Diantara pakar pakar termasuk Han Fei Zi, Zhuang Zi, Lie Zi etc. dan ceritera ceritera mereka di turunkan melalui cerita dan tulisan dan memberikan contribusi perkembangan kultur Tiongkok kuno. Banyak dongengan dongenan seperti ini yang dahulu aku pernah membaca dari buku Äncient Chinese Fables.
|
Mencurigai Seseorang Dan Efek Psikologis – Lie Zi
Pada suatu hari ada seorang yang akan mengerjakan tanahnya kehilangan kapaknya, dia mencari cari beberapa lamanya, tetapi tidak dapat menemukannya. Dia mencurigai anak tetangganya yang mencuri kapaknya. Kalau dia melihat anak lelaki itu cara bicaranya, cara jalannya dan expressi mukanya menyerupai seorang pencuri. Pokoknya semua tingka lakunya melihatkan betul betul dia itu adalah seorang pencuri. Tidak salah lagi dia pastilah yang mencuri kapakku.
Tidak lama kemudian pada waktu dia akan menggali tanahnya, ia menemukan kapaknya kembali. Sesudah itu pandangannya tanpa berasa berobah. Kalau dia melihat anak tetangganya tidak lagi menyerupai sorang pencuri. Tingka lakunya menunjukkan seorang anak yang baik.
—-
Tombak Dan Perisai (Tameng) Yang Luar Biasa – Han Fei Zi
Dahulu di negara Chu, pada periode The Warring States (Peperangan antar Negara) ada seorang yang menjual tombak dan perisai. Dia pergi ke sebuah lapangan untuk menjual barang dagangannya. Disini dia main tambur dan mengangkat serta memainkan silat dengan barang dagangannya. Sesudah banyak orang yang berdatangan dia berkata dengan congkaknya “perisai yang kubuat sangat kuat, tiada satu yang dapat menebusnya. Tombak yang kubuat begitu tajamnya tiada satu yang tidak dapat ditembusnya.”
Ada seorang yeng kelihatannya lemah, tetapi matanya cerah bertanya pada penjual:” bapak, apakah yang terjadi apabila satu dari tombakmu memukul satu dari tamengmu ?”
Penjual itu tertawa karena tidak dapat menjawabnya!?
—–
Bapak Gubernur Menikmati Waktu Yang ‘Nganggur’ – Tan Gai
Suatu hari seorang gubernur dari sebuah provinsi di Tiongkok mengunjungi sebuah kelenteng dan bercakap cakap dengan kepala hwesio dari kelenteng itu. Kepala hwesio (monk) yang telah diberitahu sebelumnya, mempersiapkan untuk menerima tamu agung yang akan datang, menurut norma norma pada waktu itu. Sesudah bercakap cakap beberapa lamanya, minum dan makan kecil, gubernur itu sebelum meninggalkan kelenteng, mensitir sebuah syair pada jaman Tang dinasti yang isinya kira kira sebagai berikut:
Berjalan melalui kelenteng yang indah ini
aku mampir untuk berbicara dengan bapak hwesio
Diluar kesibukan hidup sehari hari
Ketika yang nganggur dan santai ini
aku sangat menikmatinya.
Sesudah mendengar syair ini bapak hwesio tersenyum. Bapak gubernur mengira bahwa syairnya baik dan enak didengar lalu bertanya padanya:”mengapa bapak senyum?” Pak hwesio menjawabnya:” Bapak gubernur menikmati ketika yang nganggur ini, tetapi bapak gubernur tidak tahu bahwa aku telah repot beberapa hari untuk mempersiapkannya!”
Dr. Han Hwie-Song
Breda, 11-11-2004 (The Netherlands)
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/8720
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.