Budaya-Tionghoa.Net | Kami berangkat dari Schiphol pada tanggal 24 maret jam 19.30 dan sampai di Cairo pada jam 01.00 pagi (local time, maju satu jam dari jam Eropa) dan sampai di Sheraton hotel kira kira jam 02.30 pagi. Kami “check in” di resepsi dan kami mendapatkan kamar ditingkat bawah (ground floor) didepan swimming pool dengan pohon pohon tropis disektarnya. Kami berdua lalu cepat masuk kamar, cepat cepat mandi dan lalu tidur.
|
Hari pertama : kami bangun jam delapan untuk makan pagi di buffet dari Sheraton, American buffet banyak macamnya, makanan Perancis dan Mesir, tetapi tanpa babi, bahkan sosisnya dibuat dari ayam.
Jam 11 pagi, cuaca terang dan hawa udara nyaman, kami pergi dengan bus ke Pyramida dari Giza yang umurnya diperkirakan 2500 tahun sebelum Masehi. Pyramida pyramida itu berada di padang pasir yang luas dan ternyata tidak jauh dari kota Cairo. Disini terdapat beberapa pyramida yang tingginya kira kira sampai 100 meter, dibuat dari batu basar besar bersegi empat yang beratnya ratusan kilogram.
Pertanyaan yang pertama ialah bagaimana memotong batu batu itu yang begitu rata dan kedua bagaimana numpuknya batu batu yang berat itu sampai keatas dan lagi rapi merupahkan pyramida. Konon membuat pyramida itu memerlukan ribuan pekerja yang memakan waktu dua puluh tahun lamanya. Jaman sekarangpun sulit membuat pyramida yang tinggi dan besar itu. Kami hanya masuk satu pyramida, selainnya kami tidak masuk, duduk di bus, karena masuknya harus membungkuk dan jalanan yang sempit, dan begitu banyak orang hawa udara tidak segar.
Didalam kami melihat kamar yang temboknya diukir dengan banyak relif, terutama gambaran hewan-hewan yang bagus dan tulisan chas Mesir jaman dahulu. Kerena penuhnya orang didalam ada beberapa orang yang keluar pucat dan nek ingin tumpah. Pyramida yang kecil adalah kuburan wanita dari kerajaan, seperti istri raja atau putrinya. Perlu diketahui bahwa umumnya jalan jalan ke pyramida sangat sukar karena pasir dan batu batu yang besar besar dan banyak kotoran dari unta unta. Pula tiada perumahan atau bangku bangku dimana pengunjung yang capai bisa istirahat. Kami gembira bisa melihat pyramida pyramida ini karena menurut buku buku pyramida dari Gisa adalah sala satu “oldest tourist attraction” dari dunia dan dibangun oleh bergenerasi turun menurun dari pharaohs, raja raja Mesir kuno. Juga patung Sphinx yang berada disitu umurnya sama dengan pyramida pyramida itu. Jam dua siang kami diantar ke restoran dan makan di kebun yang luas dibawah pohon pohon, setiap orang membayar kira kira sepuluh euro (tujuhpuluh lima pound Mesir) dengan satu gelas bir tanpa alkohol.
Hari kedua, juga hari dengan cuaca yang terang, kami ke Kota Kairo lama (Old Cairo) . Daerah Cairo lama ini dahulu terutama ditinggali oleh orang orang kristen, dikenal oleh orang asing dengan nama “Coptic Cairo”. Turist yang berkunjung disini harus berpakean yang menenutupi dada dan paha, dengan pakean ini mereka dapat masuk ke gereja, mesjid dan synagoge.
Jalanannya bersih, tetapi sempit dan banyak undakan undakan sukar untuk dilalui oleh orang senior seperti aku suami istri ini.
Disini dalam daerah satu kilometer pesegi terdapat lima gereja kuno, gereja orthodoks, mesjid kuno dan synagoge kuno, rumah rumahnya kcil kecil dan interiornya masih tetap seperti dulu. Yang aku pertanyakan ialah tiga agama yang dibeberapa negeri diluar Mesir bertentangan tetapi disini bisa berkoeksistensi dengan baik; dengan jarak masing masing sangat dekat. Jalanan sudah sempit kami masih “diganggu”, selalu diikuti oleh penjual penjual souvenir dengan kata kata yang tak henti hentinya. Dengan ketawa turist membisiki aku:”anggaplah sebagai tawon terbang dipinggir kupingmu.” Sayang “Hanging Church”, St. George Church, tidak dijinkan masuk, kami hanya melihat dari luar saja. Kami berkunjung Ben Ezra Synagoge, synagoge yang tertua di Egypt dan dibangun kira kira pada abad ke empat sesudah Masehi. Jam kira kira 14.00 kami diantar makan di restoran Mesir dan setiap orang seperti kemarin membayar kira kira sepuluh euro.
Malamnya kami melihat light show di padang pasir, untung kami berpakean cukup tebal, disini banyak angin dan hawa udara agak dingin. Light shownya menceritahkan sejarah dari Raja raja Mesir dahulu. Permainan lampu demikian bagusnya dan suaranya angker dan keras semua orang yang duduk dibelakangpun dapat dengar dengan baik. Dalam light show ini Sphinx seolah olah sebagai juru bicara dari “suara dari Padang pasir”. Untuk acara light show ini kami setiap orang harus membayar 15 euro (diluar acara yang kami sudah pesan dahulu dari Holland).
Kami sampai di hotel kira kira jam 20.45, menempatkan barang barang yang kami beli lalu ke restoran hotel untuk makan malam sebelum masuk ke kamar kami.
Hari ketiga, hari terang dan hawa udara bagus, kami kunjungi Mesjid mesjid dan yang paling lama kita berdiam ialah di mesjid Mohamad Ali. Konon Mohamad Ali berasal dari Albania, seorang berdagang kaya raya yang kemudian memerintah Mesir atas perintah raja Turki, kira kira dua ratus tahun yang lalu. Beliau berjasa memodernisir Cairo. Gedungnya sangat luas dengan atapnya berupa lengkung (domes) dan kuburannya beliau juga berada di gedung ini. Di tengah tengah pelataran yang besar terdapat lonceng kuno pemberian dari Louis-Philippe, raja Perancis, sebagai trima kasih atas pemberian tuguh peringatan (obelisk) yang menghiasi “Place de la Concorde” di Paris.
Mesjid ini kalau dilihat hampir sama dengan gereja gereja kuno kristen yang besar. Bangunannya menurut architecture Turki dan memakan waktu 18 tahun (1830-48), ruangan dalamnya tiada interiornya, kami semua duduk di jubin diatas karpet merah. Isinya jauh kurang dibanding dengan gereja gereja di Roma. Di ruangan tengah sangat besar, konon katanya ruangan ini interiornya sangat bagus, merupahkan “dining room”. Interiornya dahulu semua dipergikan dan dipakai sebagai dancing hall. Mesjid ini banyak dikunjungi oleh turist luar negeri. Disini kami diberi penjelasan tentang agama Islam. Siang kami makan diluar dengan harga seperti biasanya tujuh puluh lima pound Mesir
Sorenya kami pergi ke pasar dari old Egypt. Juga disini jalanan sempit dan penuh dengan pengunjung, toko tokonya sangat kecil kecil tetapi penuh dengan barang barangnya. Disini orang berjualan pakean, minyak wangi, barang barang dibuat dari tembaga dan perak, perhiasan dan seterusnya. Membeli barang harus ditawar sampai kira kira 40-50% harganya. Rasanya pakean dan barang barang harganya lenih murah dari Indonesia. Toko tokonya chas seperti kita nonton bioskop bioscop mengenai bazar jaman dahulu.
Hari ke empat seperti hari hari yang lalu hawa udara bagus, kami pergi ke Memphis dan Luxor, dahulu menurut sejarah kota Memphis adalah ibu kota Mesir. Kota Memphis dan Luxor mustinya kota yang cantik dan ramai, banyak istanah, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi karena banjir dan bencana alam lainnya. Batas kairo dan Memphis kira kira 25 kilometer, sekarang tidak kelihatan lagi keindahannya dahulu, yang kami lihat sekarang adalah satu desa. Disini sekali lagi kami melihat pyramida pyramida, tetapi kebanyakan sudah rusak. Juga kami melihat musium kecil dimana ada patung Ramses II yang sudah jatuh dan diletakkan seperti lagi tidur. Ini adalah satu satunya , peninggalan, peringatan kebesaran ibu kota Memphis dahulu yang sekarang hanya menjadi kenang kenangan! Saya dari sini tidak lama lalu turun dan duduk di bus, bersama dengan istriku. Kami berasa capai dan juga karena pemandangannya hanya padang pasir dan tiada bangku untuk duduk dan pengiyupan. Toilet toilet sangat kotor. Untuk mengikuti acara ini kami harus membayar setiap orang 20 euro (Tidak termasuk dalam acara yang kami telah pesan dahulu di Holland). Siang hari kami diajak makan direstoran, namun karena kulihat jalanan yang kotor, saya tidak berani makan, hanya minum teh panas dua cangkir. Istriku tokh mau menyoba makan, tetapi tidak berani makan salad. Beliau tidak mendapatkan diarhe, harganya seperti biasanya kira kira 75 pound Mesir.
Hari ke lima, hawa udara tidak hujan, agak berawan, kami pergi ke musium. Disini banyak yang dilihat, konon ada seratus ribu barang barang antik dan reliks, kalau setiap barang dilihat 1 menit, maka memerlukan waktu sembilan bulan. Barang tersebut terutama yang diambil dari pyramida pyramida itu.
Dari sini dapatlah disimpulkan bahwa pyramida pyramyda itu adalah “home of eternity” dari raja raja dan keturunannya. Isi dari “home of eternity “ditempatkan di kamar kamar didalamnya agar memberikan kemewahan hidup sesudah mati. Barang barang peningalan ini sangat berharga, menunjukkan kepada dunia kebudayaan mereka yang tinggi, dan merupahkan sala satu keajaiban dunia. Peninggalan peninggalan tersebut memberi pengertian pada kita bagaimana penghidupan orang Mesir jaman dahulu.
Di musium kami melihat barang barang penghidupan sehari hari, ranjang, alat alat masak, alat alat memancing ikan, memburuh binatang, membuat kapal dan patung kuno dan seterusnya. Ada chusus dua kamar yang mempertunjukkan perhiasan perhiasan yang begitu halus dibuatnya untuk dipakai oleh raja dan permaisurinya. Perbedahan dari patung patung itu dengan Roma ialah di Mesir patung patung itu berpakean rapih di Roma banyak telanjangnya terutama kaum lelakinya. Kami berdua hanya mengunakan waktu 3 jam ,dapat dikatakan seperti perkataan orang Tionghoa: “melihat bunga , sambil naik kuda”. Tetapi siapa yang mau tinggal di musium diperbolehkan. Aku dan istriku pulang dahulu karena capai, terlalu banyak berdiri, kursinya terlalu sedikit, kami tidak ada ketika untuk duduk. Kami hanya berdua saja diantar dengan bus yang besar pulang ke hotel. Kami gembira sesudah di hotel dapat istirahat sambil minum teh dan makan buffet.
Makan malam dan pagi selalu kami lakukan di Sheraton hotel. Banyak turist mudah makan malam keluar, makan direstoran Mesir, tetapi kami berdua tidak berani takut diserang diarhe. Minum juga dianjurkan agar selalu minum dari air mineral botolan dan harus masih tertutup rapat, bahkan sikat gigi harus dengan air botolan ini. Ini adalah advis dari Travel biro Holland dan juga advis dari Dinas Kesehatan Kota di Belanda dimana kita sebelumnya mendapatkan suntikan suntikan.
Hari ke enam acara bebas. Hawa udara cerah, kami sewah taxi selama enam jam hanya 25 euro, kira kira 28 dollar US. Mobilnya kecil buatan Eropa timur dahulu. Kami turun dan berjalan jalan dipinggir sungai Nile, dikanan kiri sungai sangat bagus dan bersih, banyak pohon pohon, daerah ini termasuk yang termahal di Cairo. Disini ada sebuah lapangan bisa duduk minum teh dengan daun mint (hanya satu daun saja) atau kopi dan kuwe. Sungai sungai yang kecil kotor, banyak dibuangi sampah seperti di Indonesia. Kami melalui daerah yang dinamakan Islamic Cairo, disini banyak moskee yang besar besar dan bagus bangunnannya, jalanannya juga besar. Pembanguanan mesjid mesjid di Cairo banyak dipengaruhi oleh architecture Turki kuno. Disimpangan jalanan yang kecil kecil bayak orang berjualan buah buahan dan warung warung. Hawa udara sangat smoky dari gas mobil dan debu, yang terachir ini karena dekat dengan padang pasir.
Cairo berpenduduk enambelas juta orang dari enampuluh juta peduduk seluruh Mesir, maka dari itu kota Cairo penuh dengan kendaraan. Lalu lintasnya tidak teratur, kendaraan menyalip dari kiri dan kanan bahkan kadang kadang memotong. Heranya tidak ada tubrukan dan orang tidak marah dan bertengkaran meskipun lalu lintas yang “ngawur”itu. Saya harus ketawa karena toleransi dari pengendara pengendara mobil di Cairo. Kami melalui Cairo university, indah dan besar, kami melalui American University sekolahan yang termahal di Mesir. Kami makan di restoran di garden restaurant yang besar, siang hari penuh dikunjungi orang, makannanya terutama ayam panggang, dan setiap orang diberi separoh ayam, disampingnya itu diberi banyak macam bumbu, sayuran dan frites (kentang goreng ala perancis). Kami diwanti wanti oleh teman temanku di Belanda jangan berani makan makanan yang tidak dimasak, maka kami tidak makan salad dan bumbu bumbunya. Karena orang yang berkunjung ke Mesir banyak yang mendapatkan diarhee. Kira kira jam 15.00 kami pulang, karena nanti malam jam 22.30 kami harus berangkat ke Airport kembali ke Holland.
Mesir sebagai negara yang bercultur sangat tua dan menerima banyak sekali turist turist dari pancanegara didunia, tetapi sangat disayangkan tidak mempunyai fasilitas untuk orang senior dan disable (orang yang kurang dayanya), Tiada bangku untuk duduk, tiada lift, kadang kadang harus membungkuk, toilet toiletnya sangat kotor dan harus menjongkok kalau mau buang air besar dan nyamuk beterbangan dimukamu. Jalanan yang dikunjungi turist dan tempat tempat of interest sangat sempit. Namun berkat kemauan dan kerja sama dengan istriku, hati hati dan bergandengan tangan semua kesulitan dapat dikurangi. Jam 22.30 kami berangkat dengan bus hotel ke airport. Dari Sheraton ke airport memakan waktu 45 menit.
Menurut time schedule kami kembali ke Holland hari ketujuh dengan KLM yang terbang jam 02.00 pagi, berhubung kerusakan, terlambat datangngnya dua jam di kota Cairo. Sehingga plane baru terbang membawah kami pada jam 04.00 pagi. Dapat dikatakan kami tidak tidur semalam hari. Kami sampai di Holland pada hari ketujuh pagi jam 09.00 pagi.
Kunjungan kami ke Cairo patut berharga, dan kami dengan puas meninggalkan Mesir, apalagi musium of Egypt dengan pyramidanya merupahkan suatu keajaiban kepandaian manusia. Pyramida yang tingginya kira kira 100 meter dengan batu batu yang beratnya 2-3 ton ditotoh/ditumpuk sampai begitu tinggi dan rapih, sekarangpun susah untuk mengerjakannya. Betul betul kami menikmati kunjungan ini dan meninggalkan perasahan yang dalam..
Han Hwie Song M.D. Ph.D.
Breda, 8 april 2004
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua 1884
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.