BAGIAN 9
Aku biasa kemana aku pergi senantiasa tidak lupa untuk melihat-lihat toko toko buku yang besar-besar , juga di Indonesia. Di Indonesia aku melihat banyak buku-buku filosof Barat, tetapi susah untuk mendapatkan buku-buku dari filosof-filosof Tiongkok dari Kong Fu Zi, Lao Zi, Meng Zi, Zhuang Zhi, Sun Zi, India atau dari Indonesia sendiri. Padahal untuk pembinaan jiwa dan karakter lebih banyak ditulis oleh filosof filosof Asia. Tulisan aku ini jangan disalah mengertikan karena aku tidak saja penggemar filosof-filosof Tionghoa tetapi aku juga mengakui dan menghargai tinggi-tinggi nilai karya filosof-filosof Barat. Dari pemikiran merekalah kemajuan negara dan ekonomi Barat.
Kalau kita naik mobil di Jawa, kita semua mengalami disetiap parapatan lampu merah, selalu ada anak-anak muda yang membawa kroncong mendatangi untuk minta uang sambil memainkan kroncongnya, tanpa ada melodinya. Saya tanyakan pada pak sopir sebagai berikut:” anak-anak ini mengapa tidak mau bekerja menimbang berhenti setiap hari diprapatan kepanasan untuk minta-minta. Saya kira tidak seberapa pendapatannya; ataukah anak-anak ini memang tidak ada lowongan untuk mereka bekerja? Pak sopir mengatakan padaku:” anak-anak ini memangnya pemalas, tidak mau bekerja, dan kalau dapat uang, uangnya digunakan untuk minum-minuman arak dengan kawan-kawannya. Kalau memang demikan maka ini memang perlu pendidikan pembinaan nasion dan karakter.
Para pemimpin kita mengatakan tentang pembinaan nasion dan karakter, memang ini penting untuk memberi “bagasi keilmuan” pada pemuda-pemuda kita yang kelak mengambil pimpinpin negara. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diatas harus dilaksanakan dimulai dengan pendidikan di sekolah rendah, agar mereka kelak mempunyai perasaan moril untuk berbuat sesuatu kebaikan pada manusia, negara dan bangsa. Kita semua mengetahui bahwa masyarakat jaman sekarang ini keras dan zakelijk, sifat manusia jaman sekarang lebih “mau menerima dari pada memberikan”. Kong Fu Zi mengatakan : » setiap hari orang harus menanyakan dirinya, apakah yang telah ku berbuat kebaikan untuk manusia ? Dan sitat beliau lainnya yalah: Kalau kita mendapatkan sukses, berusahalah agar orang lain juga sukses». Siapa yang dapat dan mempunyai kemampuan untuk berbuat sesuatu yang baik, kerjakanlah demi kemanusiaan yang pada waktu ini sangat diperlukan untuk meringankan penderitaan rakyat kecil. Perbuatan untuk perikemanusiaan ini juga perlu didikan bahwa sesudah membantu agar dia bisa merasakan puas, gembira bahwa dia bisa berbuat sesuatu kebaikan, dengan kata lain yang baik harus dipuji dan yang salah harus dijelaskan kesalahannya.
Di Belanda atas inisiatifku, aku dengan beberapa intelektual peranakan mendirikan perkumpulan Hua Yi Xie Shang Hui dan aku memimpinnya sebagai ketua dari tahun 1984 sampai tahun 2002. Selama kira-kira delapanbelas tahun lamanya. Tujuan aku untuk mendirikan ormas ini ialah integrasi orang-orang Tionghoa di masyarakat Belanda, dengan mempertahankan kebudayaan Tionghoa yaitu pikiran Kong Fu-Zi, Lao Zi etc. creme de la creme dari budaya Tionghoa, melalui diskusi-diskusi (xie-shang berarti discusi) terbuka. Untuk meluaskan tujuan kepada masyarakat Tionghoa ini aku terbitkan majalla Hua Yi Xie Shang Hui magazine. Ini merupahkan satu periode yang baik bagiku untuk mendapatkan pengalaman dalam penghidupan masyarakat. Hua Yi Xie Shang Hui berkembang dengan baik dan terkenal sebagai perkumpulan dengan symposia-simposia yang bernilai. Pembicara-pembicaranya aku carikan betul-betul ahli yang mengenal tema yang dibicarakan. Untuk sejarah orang Tionghoa ddonesia, Prof. Dr. Blusse, untuk kultur Tionghoa Prof. Dr. Idema, Disamping itu kami mengundang ahli-ahli dalam dan luar negeri, Prof Dr. S.B. Wu wakil gubernur dari kota Delawere, USA, Prof. Dr. de Moor ahli sosiolog, Prof Dr. Entsinger ahli dalam bidang integrasi, Dr. Li Ming-Huan dari universitas Xiamen, anggota-angota parlemen dari empat besar partai di Belanda, menteri etc. etc. Aku menganjurkan pemuda-pemuda Tionghoa bahwa kita ini adalah Warga Negara Belanda dan mengerti dan mempunyai tanggung jawab seperti : » mengenal hak-hak dan kewajiban sebagai WN-Belanda. Hua Yi Xie Shang Hui di kalangan masyarakat Tionghoa Belanda terkenal sebagai ormas dengan simposia-simposia yang bermutu.
Seperti aku beberapa kali pernah mengemukakan bahwa masyarakat satu negara, apalagi negara besar seperti Indonesia dan Tiongkok adalah kompleks. Demikian pula dengan kebudayaanya terdapat banyak perbedaannya dan kalau tidak diurus dengan betul merupahkan potensi bagi munculnya konflik yang besar. Pemerintah, media massa dan ormas-ormas perlu mendorong dan mengemembangkan etika dan moral perikemanusiaan yang berkesamaan untuk mempersatukan semua etnis, membangun persaudaraan dan kebangsaan. Membentuk kesadaran bahwa mereka itu semua adalah bagian integral dari bangsa Indonesia. Etika dan moral itu patut terus diperkembangkan dan disesuaikan menurut jamannya agar bangsa Indonesia yang besar dapat menemukan mutual understanding untuk interaksi dan komunikasi sosial dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Sekali lagi aku tekankan perlunya diskusi terbuka dan jujur, dipimpin oleh pemerintah dan didukung penuh oleh media massa.
Kita tahu bahwa apa yang terjadi dalam penghidupan masyarakat adalah buatan manusia, karena itu nation and character buikding sangat diperlukan meskipun setiap orang berbeda keyakinannya.
Solo, 19 Januari 2005