Budaya-Tionghoa.Net| Saya memberitahu ibu hal ini dan mengundang Tuan Khong pulang serta menetap sementara di rumah. Ibu ingin saya melayani Tuan Khong dengan baik, setelah menguji keahlian menghitung, meramal nasib saya, ternyata segala hal besar/kecil yang diramalnya adalah tepat sekali, sehingga saya percaya dan mulai belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian “Siu Chai”. Tuan Khong meramalkan lagi bahwa untuk ujian tingkat Kabupaten, untuk gelar “Thun Sen” akan mendapat ranking 14, untuk ujian tingkat Kotamadya akan mendapat ranking 72, ujian di tingkat Propinsi mendapat ranking 9.
|
Tahun berikutnya, saya mengikuti ujian di 3 lokasi dan lulus tepat sesuai ranking yang diramalkan Tuan Khong. Oleh karena itu saya mohon diramalkan nasib seumur hidup. Tuan Khong meramalkan, bahwa pada ujian tahun x saya akan mendapat ranking ke berapa, tahun y akan mendapat tambahan tunjangan makanan dari pemerintah, tahun z akan mendapat gelar “Kung Sen”, pada tahun xx akan diangkat sebagai Bupati di propinsi She Cuan selama 3,5 tahun dan meletakkan jabatan pulang kampung. Meninggal pada umur 53 tahun, tanggal 14 Agustus diantara jam 1-3 pagi dan tidak mempunyai anak.
Sejak itu, semua ujian yang saya ikuti lulus dengan ranking seperti Tuan Khong ramalkan. Tuan Khong juga meramalkan bahwa saya akan menerima tunjangan beras dari pemerintah (dahulu gaji dibayar dengan beras, bukan uang) sebesar 91 she 5 thou, baru akan naik pangkat “Kung Sen”, tetapi waktu menerima gaji 70 she, saya sudah naik pangkat sebagai “Kung Sen”, karena itu saya mulai meragukan ketepatan ramalan Tuan Khong, tetapi tidak diduga surat permohonan untuk mengisi lowongan “Kung Sen” ditolak, sampai tahun Ting Mau atasan dari penguji menemukan bahwa hasil ujian saya yang mengandung usulan-usulan serta pandangan kepada pemerintah baik sekali dan tidak tega memendam bakat
seseorang, maka memerintahkan untuk mengajukan permohonan secara resmi ke pejabat penguji. Kenaikan pangkat “Kung Sen” tersebut dihitung kembali, tunjangan beras yang saya terima tepat 91 she 5 thou.
Sejak peristiwa ini saya percaya pada takdir, semua sudah ditentukan sejak kita dilahirkan, sehingga saya menjadi pasif terhadap kehidupan ini, tidak bergairah dan tidak menuntut. Setelah terpilih sebagai pelajar negara, saya belajar di sebuah Universitas Beijing. Selama 1 tahun tinggal di Ibukota, saya tertarik akan meditasi dan selalu duduk tenang tanpa pikiran,
kehilangan minat belajar dan sama sekali tidak belajar lagi.
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.