Budaya-Tionghoa.Net| Lalu mengapa ada orang yang berbuat baik, tetapi keluarga dan keturunannya malah hidup menderita, di lain pihak, orang yang selalu banyak membuat kejahatan mendapat kehidupan baik, mana hukum sebab akibatnya? Apakah tidak ada standarnya dalam ajaran Buddha?
|
Guru Jung Feng berkata : “Manusia umumnya buta oleh kejadian sehari-hari, mereka tidak membersihkan pikiran mereka dari hal-hal yang tidak baik dan salah persepsi, karena itu perbuatan yang baik dianggap salah dan yang salah dianggap betul, ini sudah umum pada zaman sekarang. Lagi pula, orang-orang ini tidak menyalahi diri atas kesalahan persepsi ini, malah menyalahi Yang Kuasa tidak adil atas nasibnya yang jelek ini!”
Murid kedua berkata : “yang baik adalah baik dan yang jelek adalah jelek, bagaimana mereka dapat salah menafsir?” setelah mendengar ini, guru Jung Feng meminta mereka masing-masing mengeluarkan pendapat masing-masing tentang apa yang baik dan apa yang salah.
Murid ketiga berkata : “Memarahi dan memukul orang lain adalah salah, menghormati orang lain adalah baik”.
Guru menjawab : “Belum tentu”.
Murid keempat berkata : “Tamak dan mengambil uang orang lain adalah salah, mengalah adalah benar”.
Guru menjawab : “Belum tentu”.
Murid-murid lain semua mengatakan ini adalah benar, itu adalah salah, akan tetapi guru selalu menjawab : “Belum tentu”. Lalu murid-murid bertanya : “Apa yang dianggap baik dan yang salah?”
Guru Jung Feng menjawab : “Berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain adalah baik, untuk kepentingan diri sendiri adalah salah. Bila kita berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain, tidak masalah bila kita memarahi atau memukul orang tersebut, ini adalah tetap dianggap baik. Bila tujuan kita adalah untuk kepentingan diri sendiri, tidak peduli bagaimana kita bersikap mengalah atau sopan santun, tetap dianggap salah”.
Karena itu, bila kita berbuat sesuatu hanya untuk kepentingan orang lain, orang banyak, ini adalah kebajikan sejati. Bilamana berbuat sesuatu hanya untuk kepentingan diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu.
Bila kebajikan tersebut benar-benar bersumber dari hati nurani kita, ini adalah kebajikan sejati, bila kita berbuat kebaikan hanya karena ini adalah baik, maka dianggap kebajikan palsu. Sebagai tambahan, bila kita berbuat kebaikan tanpa mengharapkan balasan, ini adalah kebajikan sejati, kita
berbuat baik untuk tujuan tertentu diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu. Orang yang ingin mempraktekkan kebajikan perlu merenungkan perbedaan ini.
Apa yang dimaksud kebajikan lurus dan miring. Kita sering menganggap orang yang ramah adalah orang baik, tetapi orang bijak dan orang suci menganggap orang yang berani berbuat dan bercita-cita tinggi adalah orang baik.
Ini karena orang berani berbuat dan bercita-cita tinggi mudah dididik dan dibimbing dan mungkin kelak akan berhasil meraih cita-citanya dengan cemerlang. Sedangkan orang yang terlalu hati-hati dan kaku tidak dapat berbuat sesuatu yang cemerlang.
Untuk orang yang selalu bertindak kaku dan terlalu hati-hati, mungkin mereka selalu disenangi semua orang, tetapi karena kepribadiannya yang lemah, mereka sangat mudah terbawa arus, tidak dapat berbuat apa-apa. Orang suci selalu berkata bahwa orang jenis ini adalah pencuri kebajikan. Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat bahwa pandangan orang suci adalah sangat berbeda dengan orang awam.
Apa yang dianggap baik oleh orang awam, orang suci menganggap tidak baik, apa yang dianggap tidak baik oleh orang awam, orang suci menganggapnya baik.
Langit, Bumi, Dewa/Dewi, Malaikat mempunyai pandangan yang sama dengan orang suci. Orang baik diberi berkah, orang jahat dihukum. Apapun tanggapan orang suci bahwa suatu hal ini baik, mereka juga beranggapan demikian, mereka tidak menilai sesuatu dari segi pandangan orang awam. Karena itu, seseorang yang ingin mengumpulkan kebajikan jangan tertipu dan terpengaruh oleh hanya untuk memenuhi dan menyesuaikan pandangan dan kebiasaan-kebiasaan umum manusia di masyarakat. Sebaliknya, mereka harus melatih diri agar selalu jujur dan rendah hati, tidak hanya ingin mencari nama atau menyenangkan orang dengan tujuan mendapat simpati. Seseorang harus selalu berusaha mempertahankan kemurnian hatinya jangan sampai terjadi penyimpangan.
Kebajikan lurus berasal dari keinginan yang selalu hendak menolong orang lain. Kebajikan miring timbul atas kerakusan untuk menyenangkan orang lain untuk mendapat simpati dan selalu berpura-pura. Memberikan kasih sayang kepada orang lain adalah kebajikan lurus. Iri hati, kemarahan adalah kebajikan miring. Kebajikan lurus adalah bila seseorang bersikap sopan, kebajikan miring adalah bila seseorang bersikap tidak tulus.
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.