Budaya-Tionghoa.Net | Masa kanak-kanak adalah masa yang paling indah dalam hidup seseorang. Sehari-hari hanya diisi dengan belajar dan bermain.Saat TK-SD kelas tiga , saya menyandang predikat sebagai anak”nakal” suka sekali mengganggu&menggoda teman-teman apalagi teman perempuan.
|
Suatu hari saat kelas 3 SD ketika jam instirahat siang saya dan kawan-kawan bermain petak umpet. Permainan kami berjalan sangat seru sekali, sampai…..Karena saya dan seorang teman berebut untuk lebih dahulu memegang pal, tangan saya secara tidak sengaja memecahkan kaca pintu kelas. Darah mengalir deras dari tangan kanan saya, para guru yang sedang santai di ruang guru tiba-tiba menjadi panik semua.
Setelah mendapat pertolongan pertama saya segera diantar pihak sekolah menuju RSUD untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Hari itu ibu saya sedang menengok nenek di Solo. Ayah saya mendapat kabar, begitu panik segera menyusul ke RSUD. Waktu itu telepon masih tidak semudah sekarang,ayah menghubungi ibu melalui telegram. Di RSUD saya mendapat jahitan sebanyak 40-an,seorang guru yang mendampingi saya dirawat karena tidak tega terpaksa keluar dari ruang perawatan terlebih dahulu. Inilah sosok saya 20 tahun-an yang lalu. Mari kita bandingkan dengan cerita berikut.
Pada jaman dinasti Jin hiduplah seorang pelajar yang bernama Fan Xuan. Fan Xuan adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya.Suatu hari ketika Fan Xuan berusia 8 tahun,ia membantu sang ibu memotong sayuran di kebun belakang. Walaupun sudah dilakukan dengan berhati-hati,Fan Xuan tetep secara tidak sengaja terluka jarinya.Fan Xuan lantas menangis,mendengar anaknya menangis sang ibu segera datang. Sang ibu dengan penuh kasih bertanya kepada Fan Xuan:”Nak apakah jari kamu terasa sakit karena terluka?” Fan Xuan menggelengkan kepala, sambil menangis berkata:”Saya tidak karena jari terluka lantas menangis.Badan raga ini adalah pemberian ayah-ibu,tidak bisa karena kecerobohan menjadi terluka. Sekarang jari saya terluka, saya kuatir ayah dan ibu menjadi risau barulah menangis.”
Saya tidaklah sebanding dengan Fan Xuan. Fan Xuan semenjak kecil sudah mengerti jika menjaga badan kasar sebaik-baiknya agar tidak terluka adalah salah satu perwujudan dari sikap bakti. Sebaliknya saya kecil-kecil sudah mendapatkan 40-an jahitan di tangan. Semoga cerita ini bisa menjadi sumber inspirasi agar semua bisa lebih hati-hati dalam menjaga badan raga pemberian ortu.
Xie Zheng Ming
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.