Budaya-Tionghoa.Net| Ini adalah kisah yang berasal dari Zhuangzi seorang ahli filosofi kuno dari Tiongkok mengenai Chaos (hun tun). Suatu kali kawan-kawan sang Chaos bermaksud memberinya hadiah karena mereka merasa berhutang budi padanya. Mereka memikirkan hadiah apa yang pantas untuk diberikan pada sang Chaos. Maka karena mereka melihat bahwa sang Chaos tidak mempunyai mata, diberikanlah Chaos mata, karena Chaos tidak punya telinga maka diberikanlah telinga. Hingga akhirnya lengkaplah Chaos dengan keenam indriyanya. Pada saat mereka bersuka ria atas keberhasilan mereka, maka matilah sang Chaos.
|
Kisah ini sungguh sangat dalam. Chaos tidak memiliki mata, telinga, hidung, dan lain sebagainya, maka di dalamnya tidak ada diskriminasi. Inilah yang barangkali dalam Buddhisme disebut dengan Buddhanature (Foxing) dan merupakan hakekat terdalam semua makhluk. Ajaran Zhuangzi ini sungguh selaras dengan Buddhisme. Segala macam pikiran diskriminatif kita bangkit dari sikap membeda-bedakan ini yang disebabkan oleh kontak antara indriya dan obyek-obyek indriya. Mata menyenangi obyek-obyek yang indah. Telinga menyenangi suara-suara indah. Terciptalah dualisme indah dan buruk, baik dan jahat, dan lain sebagainya.
Tujuan dari Buddhisme adalah mengembalikan kita pada kondisi asali yang tanpa diskriminatif ini, dimana dalam Sutra Hati dikatakan: “tiada mata, tiada telinga, tiada hidung, …..” . Chaos menurut Ajaran Zhuangzi ini dapat disejajarkan dengan Tathagatagarbha (Rulaizang) dalam Buddhisme, yang merupakan asal dari segala sesuatu. Karena sifat diskriminatif kita maka kecemerlangan Tathagatagarbha ini tertutup oleh segenap hambatan spiritual yang terdiri dari klesavarana dan jneyavarana. Klesavarana ini relatif kasar dan mudah untuk di diamati, sementara jneyavarana ini lebih halus.
Klesavarana ini merupakan kekotoran batin dalam artian umum, sementara jneyavarana meliputi kekotoran batin dalam bentuk intelektual. Kekotoran batin dalam bentuk intelektual ini lebih susah diatasi. Banyak orang yang gagal datang dalam kebenaran karena pikiran mereka dipenuhi oleh berbagai konsep, yang sesungguhnya merupakan pandangan salah. Konsep ini merupakan pandangan salah yang
menghalangi kita untuk mengenali Buddhanature kita. Pandangan salah inilah yang mematikan sang Chaos. Demikianlah sedikit renungan kita pada kesempatan kali ini.
(Ivan Taniputera dipl. Ing. 1 April 2004).
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 1709