Budaya-Tionghoa.Net | Liang Qichao [梁启超, 1873-1929] adalah salah satu tokoh sejarah dan intelektual penting di Tiongkok pada peralihan abad 19 ke abad 20 yang tidak sedikit mempengaruhi pemikiran generasi muda Tiongkok ketika itu.Liang Qichao adalah salah satu pemikir brilian di masa akhir Dinasti Qing. Liang dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1973 di Xinhui , Guangdong.
|
Selain sebagai pemikir , Liang juga dikenal sebagai seorang scholar, jurnalis dan reformis. Liang lulus dalam ujian provinsi pada usia 16 tahun [15 tahun menurut hitungan usia ala Barat] dan menjadi kandidat termuda yang berhasil pada masa itu.
Rekan senior seprovinsi , Kang Youwei [康有為, 1858–1927] , kemudian menjadi mentor bagi Liang. Mereka berdua adalah tokoh kunci bagi gerakan reformasi yang dilancarkan oleh kaisar Guangxu di tahun 1898. Ketika reformasi gagal, Liang pindah ke Tokyo , Jepang. Selama dua dekade berikutnya , esai-esainya mengenai reformasi politik menjadi tulisan yang paling berpengaruh dibandingkan tulisan politik lain dalam bahasa Tionghua.
Bersama Kang Youwei , Liang sudah pernah datang ke Indonesia tahun 1903 mengunjungi sekolah Tiong Hoa Hwee Koan atau Pa Hoa di Patekoan /Jl. Perniagaan, Jakarta, mereka berdua [keduanya berasal dari propinsi Guangdong seperti Dr.Sun Yatsen] dikenal sebagai tokoh reformasi 100 hari ketika pada periode Kaisar Guangxu di tahun 1898.
Tetapi gerakan reformasi yang diawali oleh ide mereka berdua dan kemudian disambut serta dijalankan oleh Kaisar Guangxu tersebut hanya mampu bertahan hidup 100 hari, karena dihentikan oleh intervensi ibusuri Cixi [Tzu Hsi] yang merasa pengaruh dan kekuasaannya terancam oleh gerakan reformasi tersebut. Cixi mengeluarkan perintah hukuman mati kepada kedua orang ini yang akhirnya berhasil melarikan diri ke Jepang, sedangkan Kaisar Guangxu [1871-1908] dikebiri kekuasaannya serta diisolasi dalam istana.
Berbeda dengan ide Dr. Sun Yatsen yang bercita-cita ingin mengakhiri sistim monarki dinasti Qing yang otoriter, terbelakang dan bangkrut dengan negara Republik dengan metode revolusi.
Kang Youwei ingin menggantikan sistim monarki absolut dinasti Qing itu dengan sistim monarki konstitusionil seperti model Jepang sesudah reformasi Meiji, jadi masih tetap mempertahankan sistim monarki tanpa perlunya ada revolusi. Liang Qichao kemudian berubah pikirannya dari “mentor”-nya, Kang Youwei, menjadi revolusioner, pengikut paham Dr. Sun Yat Sen.
Kiprah Liang Qichao ini di zaman revolusi Sun Yatsen sangat ambigu, dia mengakui ide republik, tapi karena pengaruh Kang Youwei, dia lebih mendukung perubahan bertahap, bukan revolusi frontal, pada awalnya dia masih satu kubu dengan gurunya, menghendaki monarki konstitusional, meniru Jepang.
Polemik berapi-api antara kubu reformasi dan kubu revolusi ini sempat mewarnai awal dari periode revolusi yang dipimpin Sun Yatsen. setelah gerakan revolusi meraih dukungan luas, Liang Qichao baru mengubah haluannya, itupun dia membentuk partai sendiri, tak mau bergabung dengan Sun. tapi bagaimana pun dia berlainan dengan Kang Yowei, yang sampai mati masih berusaha mempertahankan sisitem kerajaan.
Liang Qichao menetap cukup lama di Jepang selama 14 tahun yang juga bersamaan ketika itu banyak mahasiswa Tiongkok belajar disana. Selama di Jepang Liang aktif menerbitkan jurnal-jurnal, suratkabar, tulisan (politik, sastra klasik, novel) dan terjemahan buku asing. Setelah tahun 1911, Liang kembali ke Tiongkok.
Salah satu kontribusi penting dari Liang dalam gerakan pembaharuan di Tiongkok adalah menterjemahkan dan menerbitkan buku-buku yang merumuskan ide-ide Barat dan Jepang serta menyebarkannya (diseminasi) kepada kaum terpelajar Tiongkok ketika itu seperti ide- ide demokrasi, sistim konstitusi, pemerintahan parlementer, kesetaraan gender, nasionalisme, darwinisme, dan teori sosial lainnya. Liang juga mempunyai minat yang tinggi serta menulis dibidang sastra, filsafat klasik dan sejarah.
Golden Horde
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa