Budaya-Tionghoa.Net | Kepada rekan Rinto Jiang , saya baru saja menerima email dari saudara saya yang di jakarta, dan mereka sama sekali tidak berkeberatan kalau ceritanya di kirim ke milis. Mereka malah berharap cerita tentang family GAN ini dapat menjadi contoh bagaimana kita harus bermasyarakat satu sama lainnya.
|
Ceritanya dapat disingkatkan sebagai berikut.:
Sekitar akhir tahun 70-an, ada beberapa dari generasi Kay (generasi ke 7 kalau dihitung sejak kedatangan cikal bakal nya family GAN PENG di Jawa /generasi ayah saya) yang berniat membuat silsilah keluarga. Untuk itu mereka meminta salah seorang keponakannya yang bekerja di perusahaan koran untuk membantu menyusunnya. Entah bagaimana rencana itu terhenti dan tidak lagi diteruskan.
Dua tahun lalu, ketika si keponakan ini berkunjung ke salah satu paman nya yang tinggal di Hong Kong, si paman menanyakan mengenai tembok tua di rumah leluhur di Pekalongan, yang mana ada tertuliskan silsilah keluarga di tembok tersebut.
Si keponakan mengatakan kalau rumah leluhur itu sudah dijual dan ia tidak mengetahui bagaimana keadaannya sekarang. Si Paman menghela napas dengan sedih dan mengatakan kalau sekarang family GAN akan tercerai berai tanpa mengetahui kalau mereka saudara satu sama lainnya. Karena bukti silsilah nya sudah hilang.
Hal itu menggerakkan hati si keponakan yang mengingat akan paman- paman nya yang dulu berencana membuat silsilah tapi terhenti. Sekarang paman-paman tersebut sebagian besar sudah wafat dan ini mencambuk si keponakan untuk meneruskan usaha paman-paman tersebut.
Sedikit demi sedikit ia menanyakan perihal saudara, dan di luar dugaan ia mendapat banyak bantuan dari saudara-saudara yang lain sehingga akhirnya silsilah keluarga dapat tersusun dengan mencakup sekitar 5000 nama dan 1300 lebih alamat tersebar di seluruh dunia.
Tentu tidak mudah untuk mencari keluarga yang sudah tercerai berai itu. Salah satu keuntungan dalam hal ini adalah bahwa marga GAN ini tidak begitu banyak di Indonesia, sehingga memudahkan dalam pencarian dan penyusunan silsilah keluarga ini.
Menurut catatan salah satu sesepuh keluarga GAN, Gan Peng adalah nenek moyang mereka yang datang di Indonesia, tepatnya tanah Jawa di tahun 1770. Gan Peng menetap di desa Kretek di daerah Kedu/Jawa Tengah.
Menurut catatan tersebut, rumah keluarga Gan Peng tadi dijarah habis sewaktu perang Diponegoro sehingga keluarga nya tercerai berai. Dua orang cucu dari Gan Peng yang waktu penjarahan itu sedang sekolah di kota lain akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke desanya.
Seorang menetap di Pekalongan, seorang lain pergi ke Purwokerto. Tercantum juga catatan bahwa dalam penjarahan tadi seorang anak wanita keturunan Gan yang melarikan diri ditolong oleh orang Arab, dan seorang lagi ditolong oleh orang Jawa. Mereka berdua kemudian dinikahi oleh penolongnya tadi.
Keluarga Gan yang di Pekalongan tadi akhirnya bisa meneruskan kehidupannya, sedang mengenai keluarga Gan yang di Purwokerto, sampai sekarang ini masih dicari hubungannya. Aneh nya, cerita kalau adanya wanita Gan yang dinikahi oleh orang Arab dan Jawa itu tetap berkisar dicerita-cerita orang tua. Hal ini membuat penasaran bagi penyusun silsilah untuk mengecheck kebenaran tersebut. Bahkan beberapa orang tua malah dapat mengatakan nama-nama keluarga Arab/Jawa tadi.
Tentu saja ada perasaan was-was dari penyusun silsilah dalam pengecheckan kebenaran cerita ini. Bagaimana kalau reaksi nya akan negatif ? Bukankah ini akan memalukan sekali ? (ngaku-ngaku saudara?).
Tetapi sungguh mengherankan sekali ketika dia menanyakan hal ini ke salah satu keluarga jawa tersebut, mereka bahkan mengakui dan mereka gembira sekali kalau dapat mengenai “saudaranya” yang baru. Mereka juga menceritakan kalau didalam keluarga mereka selalu diceritakan kalau nenek moyang mereka adalah keturunan GAN. K
etika disampaikan bahwa ia dan beberapa saudara yang lain sedang menyusun silsilah, mereka yang keturunan arab dan jawa ini malah antusias sekali bahkan ikut-ikutan mencari silsilah mereka untuk digabungkan dengan silsilah keluarga GAN yang waktu itu sudah setengah jadi.
Kira-kira awal december tahun lalu kalau tidak salah, diadakan pertemuan kecil di Ciawi, untuk menjajagi kemungkinan mengorganisir reuni. Banyak sekali anggauta keluarga GAN yang datang. Dari Jakarta, Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang dll. Mereka yang keturunan Arab dan Jawa juga turut datang dan saling kenal satu sama lainnya. Hubungan baik itu tetap dijalin hingga sekarang. Saling bercerita mengenai nostalgia, saling membantu satu sama lain dsb.
Rencana untuk mengorganisir Reuni belum tercapai, tapi kami telah mendirikan satu Paguyuban untuk memulai usaha kami untuk membantu keluarga yang tidak/kurang mampu. Banyak dari keluarga GAN yang berhasil dalam bisnis nya.
Ada juga dari keluarga GAN yang berprestasi untuk negara, tetapi tidak sedikit mereka yang tidak mampu dan hidup miskin. Ada juga yang tinggal di rumah tinggal di kalangan elit di jakarta, tapi ada juga yang hanya menarik becak karena itulah pekerjaannya sehari-hari.
Untuk itu Paguyuban tersebut didirikan, untuk membantu keluarga yang kurang/tidak mampu. Dan hampir semua keluarga turut membantu, baik yang dari masih bermarga GAN, atau pun ber marga Tionghua lainnya, maupun yang keturunan Arab/Jawa. Mereka saling membantu.
Sekian, Salam , Steve
2004
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua 3934