Budaya-Tionghoa.Net | Membesarkan anak dari bayi sampai dewasa membutuhkan banyak energi, emosi dan material. Mendidik anak untuk bekal penghidupan agar mereka kelak bisa hidup dengan baik juga tidak mudah. Kalau kita menganalisa maka dapat dikatakan bahwa pendidikan anak dapat dibagi dalam pendidikan rumah, pendidikan sekolah dan norma-norma yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya, dan hasil dari tiga faktor-faktor ini membentuk identitas anak untuk menjadi dewasa. Meskipun ketiga faktor ini menentukan, namun menurut pengalaman saya yang penting ialah yang pertama dan kedua. Mendidik anak tergantung dari budaya orang tuanya. Biasanya kalau ayah atau ibunya seorang dokter, maka anaknya kebanyakan juga sekolah kedokteran dan seterusnya.
|
Faktor yang kadang-kadang menentukan ialah si ibu. Banyak filosof-filosof Tionghoa ternama kebanyakan dididik oleh ibunya, karena waktu mereka masih bocah, ayahnya sudah meninggal dunia, misalnya Kong Fu-Zhi, Mengke (Mencius) Auw-yang Siu etc. Aku mengenal beberapa teman Belanda yang mengatakan pada anaknya agar mereka memilih sekolah atas dasar kesenangannya, jangan sampai kelak kecewa atas pilihannya. Pendapat ini juga sering ditulis di koran-koran Belanda, dengan perkataan lain si anak diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih sendiri. Saya katakan padanya bahwa kalau orang Tionghoa, si anak dari kecil dididik dan dengan kecintaan dijuruskan arahnya, menurut kemampuan sianak dan kebutuhan masyarakat. Ini adalah dua faktor yang penting yang dapat mensukseskan keberhasilan sekolah dan pekerjaannya kelak.
Kebanyakan ibu orang Tionghoa menganjurkan agar anaknya sekolah menjadi dokter atau jurusan-jurusan yang dapat berdiri sendiri seperti apoteker, dokter gigi etc. Sayangnya, sekolah dokter ada quotanya, apalagi di Indonesia tidak mudah untuk seorang keturunan Tionghoa untuk mendapatkan tempat di fakultas kedokteran. Juga jarang universitas-universitas swasta yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa mempunyai fakultas kedokteran dan kedokteran gigi, kecuali Universitas Res Publica yang dahulu didirikan oleh Baperki yang mempunyai fakultas-fakultas kedokteran dan tehnik yang mahal biayanya.
Aku mengenal anak dari seorang temanku yang sekolah di fakultas sastra Belanda menurut kemauan anaknya. Sesudah lulus, dia tidak mendapatkan pekerjaan selama dua tahun, lalu karena kecewa dia sekolah lagi jurusan hukum, lulus dan mudah mendapatkan pekerjaan. Adalagi yang sekolah antropologi, sesudah lulus juga tidak dapat pekerjaan dan menganggur sampai sekarang, kalau dia belajar sastra Tionghoa lebih mudah dapat pekerjaan, karena perusahan-perusahan Belanda banyak yang berdagang dengan Republik Rakyat Tiongkok, lagi pula dahulu jarang orang mengambil jurusan ini. Maka dari itu saya anjurkan agar anak-anak kita dibantu mencari jurusan yang kelak kalau lulus bisa bekerja.
Boleh dipikirkan dengan jurusan kesenangan anaknya, tetapi harus dipikirkan bersama berbagai faktor faktor yang penting kemungkinan dapat pekerjaan sesudah anaknya lulus, terutama kebutuhan masyarakat. Kalau tidak ada pekerjaan maka kesenangannya akhirnya mengakibatkan kekecewaan. Pengalaman saya dahulu ialah, saya ingin sekolah menjadi insinyur kimia, namun ibuku selalu dengan kalem dan pengertian menganjurkan aku menjadi dokter. Beliau mengatakan bahwa dokter pekerjaan yang nobel, menyembuhkan penyakit atau meringankan penderitaan manusia. Sesudah aku menjadi dokter ternyata aku merasa bahwa pekerjaanku sebagai dokter adalah karirku yang ideal. Aku harus berterima kasih kepada ibu yang dengan kebijaksanaan memilihkan jurusan yang tepat untukku. Tentunya Beliau mengetahui dengan pasti kemampuanku, dengan ijasahku bagian ilmu pasti/fisika/kimia bisa masuk ke fakultas kedokteran. Anak yang baru lulusan SMA belum mempunyai pengalaman penghidupan, maka harus kita bimbing agar yang dipilih itu tepat untuk kemudian hari.
Untuk menjawab pertanyaan: ”Bagaimana aku bisa mendapatkan karir yang ideal?” benar-benar perlu dipikirkan, bukan saja untuk memenuhi kesenangan si anak terhadap bidang pelajarannya tetapi juga, kemampuannya, kebutuhan masrakat dan kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus kalau sudah lulus dll. Pertama-tama, orang harus memilih karirnya menurut kepandaian pribadi, kesenangannya dan juga permintaan dari masyarakat. Kedua, sesudah dia menemukan karirnya, dia harus bekerja dengan betul-betul, teliti, kesabaran dan jangan mudah merubah pikirannya waktu melihat sesuatu yang baru. Ketiga, jangan berpikir bahwa karir yang ideal baginya ialah pekerjaan dengan gaji yang tinggi atau untuk mendapatkan kekuasaan dan nama.
Maka dari itu karir yang ideal menurut pendapatku ialah yang dapat mengembangkan talenta seseorang, cocok dengan kepribadian dan kebutuhan masyarakat. Kata-kata yang cocok untuk mensukseskan karir seseorang ialah: kepandaian yang sudah dikuasahi (Zhi), kepercayaan pada diri sendiri (Xin), bekerja keras, disiplin tetapi rasionil (ching-li), komunikasi (Ren) dan kejujuran (Yi). Pekerjaan semacam ini adalah yang ideal bagi seseorang. Dengan mengerjakan pilihannya dengan giat dan hati-hati, dia bisa membuat hari depan yang gemilang.
Dr. Han Hwie Song
Breda 21-04-2004 (Nederland)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 2317